Orang-orang sering menjuluki Aeon sebagai bocah misterius. Sebagian lain, menyebutnya anak aneh. Aeon kerap menyendiri dan selalu menghindari keramaian. Bocah lelaki bertubuh jangkung dengan punggung sedikit bungkuk itu juga tidak senang bersosialisasi seperti layaknya anak-anak sebayanya. Aeon seolah memiliki dunia sendiri, teman imajiner sendiri di dalam kepalanya. Oleh karena itu, orang-orang kerap menjaga jarak dengannya. Begitu pula dengan Aeon.
Ketimbang berbicara, Aeon lebih senang menyelidiki, mengamati, atau membaca. Jika seluruh bahan bacaan yang diberikan sang paman telah habis, Aeon tidak keberatan untuk mengulangi bacaannya kembali.
Aeon memiliki satu tokoh yang benar-benar disukainya, seorang tokoh panutan, yaitu, Detektif Paris. Detektif Paris adalah protagonis fiksi yang ceritanya kerap dibaca Aeon. Kecerdasan dan kejeliannya menyelesaikan kasus-kasus fiktif membuat Aeon terkagum-kagum. Kelak, jika sudah dewasa, Aeon bertekad untuk mengikuti jejak Detektif Paris.
Terinspirasi dari tokoh fiksi panutannya, Aeon sering mengamati sekitar dengan seksama dan mendengarkan gosip-gosip kampung mereka dengan lebih jeli. Terkadang, Aeon berpura-pura sedang berspekulasi akan sesuatu atau menebak-nebak selentingan gosip yang didengarnya setengah-setengah. Namun, lambat lain, hal itu membuatnya bosan. Aeon ingin kasus sungguhan yang melibatkan orang-orang.
Dan, bocah gempal yang selalu belanja di toko kelontong pamannya dengan uang bernominal besar akan menjadi kasusnya yang pertama.
Aeon mengambil topi basket yang selalu ada di saku jaket usangnya. Dengan langkah berjingkat-jingkat, Aeon melangkahi genangan air di depan pintu toko. Akan tetapi, seberapa besar pun kehati-hatiannya, sebelah kaki Aeon tanpa sengaja akhirnya menapak genangan cokelat terang itu. Air bercampur lumpur memercik pada dinding toko dan seketika membuat Aeon gusar. Aeon memang agak terobsesi dengan kegiatan bersih-bersih seperti menyapu, mengepel, menyikat, dan ia sangat membenci noda-noda yang menempel pada dinding toko.
Selagi Aeon mengomeli kecerobohannya sendiri, matanya menangkap beberapa keping biji-bijian pipih berwarna cokelat pucat. Rasanya Aeon tidak pernah melihat benda itu di sekitar toko sebelumnya. Bocah berkacamata itu lantas memunguti tiga keping biji yang mungkin akan diamati dan ditelitinya setelah menyelesaikan kasus si bocah gempal kelak.
Aeon hendak lanjut melangkah, ketika matanya kembali menemukan biji-bijian serupa. Sementara, di kejauhan, si bocah gempal bermantel hujan terlihat berbelok di balik sebatang pohon besar yang dipenuhi tanaman benalu. Apakah biji-biji ini berhubungan dengan si bocah gempal?
Setelah sedetik mengamati benda itu, Aeon akhirnya mengenali biji-bijian itu sebagai benih Labu. Ya, benih Labu yang sering disebut-sebut oleh para pengunjung toko kelontong. Benih Labu yang dapat tumbuh di segala kondisi, hasil kemuktahiran teknologi di Javarta.
Berdasarkan informasi dari hasil curi dengar yang Aeon lakukan di toko kelontong pamannya, benih Labu adalah komoditas langka. Orang-orang rela menukar apa pun untuk mendapatkan biji Labu di tengah krisis pangan pokok yang melanda Javarta beberapa tahun belakangan ini. Akan tetapi, bagaimana si bocah gempal itu bisa memilikinya dalam jumlah yang ... sebanyak ini?
Aeon membelalak. Biji-biji benih Labu serupa berceceran di hadapannya, pada jalanan tanah kuning berbatu dengan genang air di sana sini, membentuk sebuah jejak yang dilewati oleh si bocah gembal.
Tanpa memunguti biji-biji benih Labu, Aeon bergegas mengikuti jejak si bocah gempal yang di dalam kepalanya kini mendapat julukan baru, si bocah benih Labu. Aeon nyaris berlalu, tetapi juga harus waspada menjaga langkah kakinya agar tak lagi terjebak di genangan air. Tanah kuning berbatu yang tak kunjung diperbaiki para petinggi Republik Javarta ini benar-benar menyusahkan. Pada musim kemarau, teksturnya yang halus membentuk kepulan debu di permukaan, sementara pada musim penghujan seperti sekarang, tanah kuning begitu licin dan lembek, nyaris seperti lumpur. Dan, tekstur tanah seperti ini adalah tanah tak subur yang terdapat di sebagian besar Javarta. Hanya pusat-pusat pemerintahan dan perkotaan memiliki jalanan berpaving premium sejak teknologi justru nyaris menghancurkan peradaban manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aeon dan Bocah Benih Labu
Short StoryAeon, bocah sepuluh tahun, yang misterius, penjaga toko kelontong kecil di daerah paling barat Javarta, harus berhadapan dengan bocah tambun mencurigakan yang senang membelanjakan uang dengan nominal besar untuk satu jenis jajanan saja. Kelakuan si...