Seperti biasanya, Aura, Amanda Crystalaura, mengirimkan pesan di Bubble Chat yang langsung tertuju pada sahabat dekatnya, Dewa, Sadewa Reethenio.
Aura:
"Wa, bantuin mtk TwT"Tidak lama, pesan itu muncul di notifikasi Dewa, ia segera membalas dengan nada santai, seperti biasanya.
Dewa:
"Pake ka! Sopan sama yang lebih tua"Aura memandangi pesan itu dengan wajah cemberut, kesal.
Aura:
"Oke. Ka. Dewa, bantuin mtk ya??????"Dewa:
"Ok, otw."Dewa menyimpan ponselnya di saku celana, meraih jaket hitam yang tergantung di belakang pintu kamar, lalu segera melangkah menuju mobilnya. Rumah Aura tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit perjalanan. Dewa mengendarai mobilnya pelan, menikmati suasana malam yang tenang.
Tak lama, cahaya kilat menyambar langit, sesekali menerangi kegelapan malam. Bulan yang semula terang, kini tertutup mendung tebal, dan guntur bergemuruh, membuat suasana semakin mencekam. Tetesan hujan mulai turun, perlahan membasahi kaca depan mobil Dewa, menciptakan suara yang menenangkan sekaligus mengingatkan pada sesuatu yang tak bisa ia lupakan.
Seketika, ingatan buruk bertahun-tahun lalu kembali terputar di benaknya—memori yang selalu membekas dan meninggalkan luka yang dalam.
Saat itu…
Dewa dan orang tuanya sedang dalam perjalanan pulang, berada dalam satu mobil. Cuaca saat itu sangat mirip dengan yang ia alami sekarang. Hujan.
---
Flashback: 11 Tahun Lalu
Ulang tahun Dewa yang ke-6. Dewa merasa sangat bahagia karena baru saja selesai makan malam bersama keluarganya, dan mereka sedang dalam perjalanan pulang.
"Mama nggak nyangka, kamu udah 6 tahun aja, Wa. Mama masih ingat rasa sakit pas ngelahirin kamu kemarin, hahaha," ucap mama Dewa dengan lembut sambil mengelus rambut Dewa.
"Makasih, Ma. Pa," jawab Dewa polos.
"Buat apa, Dewa makasih ke mama dan papa?" tanya sang papa, penasaran.
Dewa tersenyum manis.
"Makasih mama, mama sudah susah payah melahirkan Dewa. Papa sudah mencari uang untuk beli susu, popok, makan, mainan, dan jajan Dewa. Terima kasih, mama dan papa, sudah merawat Dewa dengan sayang dan cinta.""Haha, anak kita sudah gede, Pa. Pinter banget, kaya mama-nya," jawab mama sambil terkekeh.
"Enak aja, nurun dari papanya," sahut papa sambil tersenyum manis.
"Dewa, mama dan papa sudah nyiapin hadiah spesial buat Dewa. Dewa nggak bakal lupa sama hadiah ini," kata papa dengan senyuman yang tak bisa disembunyikan.
"Apa itu, Pa?" tanya Dewa kecil, penasaran.
"Surprise dong," jawab papa dengan nada menggoda.
"Ah, papa," Dewa sedikit merajuk, matanya berbinar.
"Dewa sayang mama papa," ujar Dewa kecil dengan suara manis.
"Kami juga say-" ucap mama, namun kalimatnya terhenti.
---
Tiba-tiba, suara teriakan memecah ketenangan.
"MAS, AWAS!"
Mama Dewa berteriak panik, membuat seisi mobil terkejut.Sebelum sempat menyadari apa yang terjadi, mobil yang datang dengan kecepatan tinggi menabrak keras bagian kanan mobil mereka. Mobil Dewa langsung hancur setengah, dan Dewa yang masih sadar hanya bisa menangis histeris, menyaksikan orang tuanya meninggal dengan cara yang sangat mengerikan di depan matanya.
---
Flashback off
Kedua orang tua Dewa tak bisa diselamatkan. Kejadian itu meninggalkan luka mendalam yang terus mengganggunya hingga kini. Dewa bahkan sempat mengidap PTSD, dan hingga sekarang, ia sering menolak makan, minum, dan tidur, dilanda trauma yang tak pernah benar-benar sembuh.
Dan sekarang, saat hujan datang, kenangan itu kembali menghantui.
"Papa... Mama... Apa ini hadiah Dewa? Ini benar-benar hadiah terburuk dalam hidup Dewa."
Kepalanya terasa sangat sakit, disertai pusing dan mual. Tidak ingin mengambil risiko lebih jauh, Dewa memutuskan untuk menepi.
Ia mengatur napas yang terengah-engah, mencoba menenangkan dirinya.
Dengan satu tangan, ia memukul-mukul kepalanya, berharap bisa mengusir semua kenangan buruk yang terus menerobos pikirannya.
---
Setengah jam berlalu.
Di sisi lain, Aura masih menunggu Dewa, namun tak kunjung datang. Kecemasan mulai merasukinya. Perjalanan dari rumah Dewa ke rumahnya tak mungkin memakan waktu lebih dari 15 menit. Terlebih, pesan Dewa hanya dibaca, tanpa balasan.
"Lo kemana sih, Kak..." gumam Aura, khawatir.

KAMU SEDANG MEMBACA
SADEWA & RAHASIANYA
Novela Juvenil"Perjuanganku Sudah Sampai Titik Pasrah, Tuhan" Sadewa Reethenio, seorang lelaki manis yang tumbuh dengan berbagai tuntutan dan harapan dari sosok yang ia sebut ayah. Sejak usia enam tahun, ia kehilangan orang tua kandungnya, meninggalkan luka menda...