Ada yang masih inget book ini?
Hehe...
.
Happy reading!
.
.
Sudah seminggu yang lalu sejak Jungwon melihat anak laki-laki yang begitu mirip dengannya. Sejak saat itu pula ia belum menemukan eksistensi anak itu.
"Ayo sarapan." Tubuh gempal anak itu tersentak dalam lamunannya lalu mengikuti langkah si ibu.
"Apa ada yang menganggu pikiranmu huh? Kau terlihat banyak melamun akhir-akhir ini."
"Nda.. pa won o—key!" Jungwon menjawab sarkas pertanyaan Sunghoon.Setelah menyelesaikan sarapannya Jungwon kembali dimeja ruang tamu sembari membawa pensil warna dan buku lusuhnya. Sunghoon selaku ibu anak itu menatapnya iba. Ia lihat bagaimana putranya menggambar dengan pensil warna yang sudah sangat pendek tenggelam dalam jemari kecilnya.
"Jangan lupa makan makananmu, popa berangkat."
"Huum! Pa uga.. s-se ngatt pa!"Lihatlah senyum berlesung itu sangat manis dan tidak pernah berubah sedikitpun. Sunghoon menghangat dibuatnya.
Siang ini jungwon berdiam diri menatapi bunga-bunga yang ia tanam dihalaman rumah bersama popa kesayangannya beberapa hari yang lalu. Semuanya nampak baik-baik saja.
Jungwon senang karena Sunghoon memperbolehkannya pergi keluar walau hanya sebatas dihalaman rumah. Siang itu cukup terik namun tidak membuat Jungwon mengurungkan niatnya untuk bermain-main dihalaman.
Ia berlari kecil menangkap belalang dan kupu-kupu yang hinggap dibeberapa tanaman. Tawanya begitu nyaring, ayolah ini sangat seru sekali. Baru saja memasukan satu belalang kedalam toplesnya ia mendengar suara tangisan.
Ia bertanya-tanya apakah itu hantu? Apakah hantu juga datang di siang hari??
"Hiks— dimana aku menjatuhkannya.. hiks—"
Jungwon membeo lucu, badannya menegang tak berani menoleh kala suara itu semakin mendekat kearahnya.Puk!
"AA!"
"...."Jungwon berjongkok melindungi dirinya sendiri. Ayolah hantu itu kenapa datang mengganggunya, menyebalkan sekali.
"Pe—gi.. nan gugu won.. pis pe gi.."
Jungwon ketakutan setengah mati, tahu begini ia memilih untuk tidur siang saja tadi."Kamu kenapa? apa aku membuatmu takut?"
Jungwon mengadahkan wajahnya menatap anak laki-laki sebayanya yang menatap khawatir."Kamu tidak apa-apa?"
"Ku .. b—ik."
"Hah? Aku tidak bisa mendengarmu.. maaf tapi semoga kamu baik-baik saja, maafkan aku."Jungwon hanya mengangguk masih tidak mengerti dengan anak sebaya berseragam sekolah dasar itu.
"Apa kamu mau membantuku? Aku sangat memerlukan bantuanmu." Anak itu menyipit memperhatikan gerakan bibir Jungwon dengan seksama.
"A—pa?"
"Bantu aku mencari alat pendengaranku, alatnya kecil biasanya dipakai di telinga. Aku tidak bisa mendengar tanpa alat itu."Jungwon makin tak mengerti, alat pendengaran? Memangnya alat apa itu? Namun satu hal yang ia tahu bahwa anak laki-laki itu membutuhkan bantuannya. Dengan ragu ia mengangguk kecil ikut mencari alat pendengaran milik entahlah siapa namanya Jungwon tidak berani untuk bertanya.
"Aku yakin jatuh disini, tadi sebelum sekolah aku bermain disini."
Anak itu terus mengomel tidak jelas sedangkan Jungwon pura-pura ikut mencari disemak-semak. Jujur saja ia tidak tahu rupa alat yang dimaksud."Ketemu!!" Lantas anak itu mengusap peluhnya menarik Jungwon untuk berteduh diteras rumah.
Jungwon menurut saja memperhatikan anak laki-laki itu seksama. kalau dilihat-lihat anak laki-laki itu mirip dengan dirinya.
"Oh iya aku lupa berkenalan denganmu, namaku Sunoo, Shim Sunoo. Kalau kamu siapa?"
"J—won."
"Hah siapa? coba katakan sekali lagi."
"Ju—won."
"Maaf.. aku rasa alat pendengaranku rusak.."Jungwon menatap iba kearah Sunoo yang perlahan melepas alat pendengar yang sudah sempat ia pakai tadi. Ia dapat melihat seberapa kecewanya anak itu.
Kkruyukk..
"Huh, aku lapar sekali.. "
Sunoo mengusap perutnya berkaca-kaca. Malangnya nasibnya hari ini. Alat pendengarannya rusak, ayahnya telat menjemput, lapar pula.Sunoo mengalihkan pandangannya ketika Jungwon menepuk bahunya. menaikkan satu alisnya seolah bertanya ada apa.
Lantas Jungwon merasakan tangannya seperti orang memakan makanan. Sunoo diam sebentar untuk berpikir.
"Kamu mengajakku menyanyi?"Jungwon menggeleng cepat. Mengulangi gerakannya. Kali ini ia coba sambil berbicara.
"M—mam"
"Oh! Kamu mengajakku untuk makan siang?"
Jungwon cepat dan tersenyum."Apa boleh aku makan bersamamu, maksudnya apa orang tuamu tidak akan marah?"
Jungwon mengangkat bahunya, menarik Sunoo masuk untuk makan bersama.Kesan pertama yang Sunoo rasakan saat memasuki rumah adalah nyaman.
Ia mengikuti langkah Jungwon yang Sunoo yakini adalah dapur."Kamu dirumah sendiri?" Jungwon mengangguk kecil sebagai jawaban dan sibuk menyiapkan mangkuk untuk menaruh sup.
Tanpa banyak percakapan keduanya kini sudah duduk berhadapan dimeja kecil ruang tamu menyantap nikmat sup ayam dan gorengan tempe ditangan masing-masing.
"Ini makanan terenak yang pernah ku makan!"
Jungwon menggeleng kecil dengan tingkah kecil Sunoo. Anak itu sangat lahap memakan sup nya dan tidak berhenti memuji makanannya."SUNOO-YA! SHIM SUNOO!!"
Jungwon mengentikan acara makannya beralih menatap jendela. Ia rasa pria itu sedang mencari Sunoo. Tanpa pikir panjang ia berlari keluar meninggalkan Sunoo yang masih sibuk menghabiskan mangkuk sup milik Jungwon."P—mi..s-si."
Jungwon menarik mantel pria dewasa itu perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian laki-laki itu sedikit membungkuk menyamakan tingginya."Sunoo—ya.. astaga sayang, apa kamu baik-baik saja? Maafkan ayah nak.. maaf."
Laki-laki itu memeluk Jungwon begitu erat, tapi tunggu.. dia ini Jungwon bukan Sunoo."Ayo pulang sekarang sayang, ayah sudah memasak telur kesukaanmu." Jungwon tersentak kala laki-laki dewasa itu menggendongnya membawanya pergi. Ia panik mau berteriakpun tidak bisa.
Disisi lain Sunoo selesai mencuci mangkuknya memilih untuk menyusuri rumah milik teman yang baru saja ia temui beberapa jam yang lalu.
"Popa pulang!"
Sunoo diam menatap pria dewasa yang baru saja memasuki rumah."Jungwon kemarilah, popa membawakanmu sesuatu."
Sunoo masih diam ia tidak mendengar apapun dari laki-laki dewasa itu, ingat? Alat pendengarannya rusak."Kemarilah." Sunoo mendekatkan dirinya kearah pria itu setelah pria itu melambai seakan menyuruhnya mendekat.
"Popa membelikanmu pewarna dan buku yang baru, lihat apa kau senang?"
Sunoo berbinar-binar melihat banyak sekali pewarna baru yang ada dimeja."Jungwon, dari mana kau dapat baju seragam ini?"
"Paman berbicara apa? Aku tidak mengerti tapi terimakasih untuk pewarnanya paman! Sunoo sukaa.""Sunoo?"
Sunghoon membeku ditempatnya, dimana putranya? Mengapa anak ini sangat persis seperti Jungwon-nya. Sebenernya apa yang terjadi disini?To be continue —
Hallo guys! maaf ya ini book terlantar banget
Thank you for your support and star
see you!