6. Secret

48 8 0
                                        

Setelah Dewa dibawa ke rumah sakit, Mika berbicara dengan dokter mengenai kondisi Dewa. Sementara itu, di ruangan tempat Dewa dirawat, hanya ada Aura yang terlihat cemas. Ia menggenggam tangan Dewa yang terpasang infus dan alat bantu pernapasan, tubuh Dewa yang lemas membuat hati Aura semakin teriris. Tak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan kegelisahan yang ia rasakan saat melihat teman dekatnya terbaring tak berdaya.

Tiba-tiba, tangan Dewa yang ia genggam bergerak gemetar. Dadanya terangkat-turun cepat, seolah ia kesulitan bernapas. Aura panik dan langsung berteriak, "Suster! Dokter?!"

Suster segera masuk ke ruangan, meminta Aura untuk memberi ruang agar ia bisa menangani Dewa. Aura dengan langkah lemah mundur, menggigit kukunya, kecemasan jelas tergambar di wajahnya. Ia terus mengintip ke dalam ruangan, berharap Dewa segera pulih.

Mika keluar dari ruangan dan mendekat ke Aura, mencoba menenangkan temannya yang terlihat begitu khawatir. "Dewa bakal baik-baik aja, Ra," katanya dengan lembut.

Tak lama setelah itu, dokter keluar membawa mika menyingkir dari Aura.
"Dewa mengalami stres berat, kecapean, dan sudah lama tidak mengonsumsi obatnya," jelas dokter Fernand.

Mika menanggapi, "Apa yang membuat dia drop begitu, dok?"

"Trauma pasca kecelakaan yang dia alami, itulah yang memicu semuanya," jawab dokter, menatap Dewa yang masih terbaring lemah. "Tapi kelelahan dan stres berlebihan memperburuk kondisinya."

Setelah berbincang cukup lama, dokter Fernand pun pergi, dan Mika kembali menghampiri Aura

Namun, Aura merasa ada yang disembunyikan. "Lo ngerahasiain sesuatu dari gua, ya?" tanyanya dengan nada curiga.

Mika buru-buru mengalihkan pembicaraan. "Gak Ra, semuanya baik-baik aja. Ayo, masuk yuk."

Aura masuk, kemudian langsung menyembunyikan wajahnya ke selimut Dewa. Dewa tersenyum pelan meski masih lemas, mengelus rambut Aura dengan lembut. "Gua nggak apa-apa, Ra," ujarnya, mencoba menenangkan temannya.

Dewa berucap tenang, "Mik, tolong bilang nyokap gua nginep di lo beberapa hari ya? Bilang aja ngejar tugas."

Mika mengangguk, menyetujui permintaan Dewa, walaupun Aura semakin penasaran. "Kenapa nggak terus terang sih?" tanyanya.

Tiba-tiba Jaehan datang bersama luminaries dan beberapa teman dari OSIS dan kelas, membuat ruangan Dewa menjadi lebih ramai. Mereka menjenguk Dewa yang kini sudah sadar. Semua orang mulai bercanda, mengubah suasana yang semula penuh ketegangan menjadi lebih ringan.

Di tengah obrolan santai itu, Dewa melirik Mika dengan ekspresi serius. "Mik, jangan ngomongin keadaan gua ke siapapun, gua nggak mau orang lain tahu, terutama Aura."

Mika hanya mengangguk pelan, meskipun ia merasa terhimpit dengan perasaan yang berat. Ia berjanji untuk merahasiakan kondisinya dari siapapun.

Aura, yang masih sedikit bingung dan khawatir, mulai merasakan ada yang tidak beres. Namun, ia tak bisa memaksakan diri untuk mengetahui lebih lanjut. Ia hanya bisa berharap Dewa benar-benar akan baik-baik saja.

SADEWA & RAHASIANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang