Ended, and Left

8 0 0
                                    

Bylla Pradipta. Namanya cantik begitu pun dengan parasnya. Memiliki tiga orang sahabat yang selalu mengelilinginya dengan penuh kasih sayang membuat semua orang mengira si gadis cuek ini tidak memiliki celah kehidupan yang buruk. Satu yang kurang dalam kehidupan di masa remajanya. Kisah percintaan Bylla tidak berjalan dengan baik.

Menjalani hari dengan bayang masa lalu adalah satu hal yang paling memuakkan. Sudah berkali-kali Bylla menghempas rasa penasaran akan hubungan yang ia miliki dengan cowok kebanggaan Tunas Karya itu, Yutta Bagaskara. Tapi hatinya selalu menolak untuk itu.

Sore ini, Bylla bertekad untuk meminta jawaban atas keterdiamannya selama dua tahun. Ya, Bylla menunggu ketidakpastian itu selama dua tahun penuh di masa SMA-nya. Setidaknya sebelum Bylla meninggalkan semua ini, dia harus menemui bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Yutta. Maka dari itu, Bylla sekarang sudah berdiri di parkiran, berhadapan dengan sosok yang amat ia rindukan semua perilaku manisnya.

Bylla menghembuskan nafasnya sambil menetralisir rasa gugup yang mulai menyergap. Bylla tersenyum kecil melihat Yutta menunggunya berbicara tanpa sepatah kata pun. Mungkin, Yutta muak dengan kehadirannya. "Aku mau ngomong sama kamu," kata Bylla. Yutta mengangguk, mempersilakan gadis yang sebenarnya masih berlabel 'kekasih' dengannya.

"Aku mau kita bener-bener udahin hubungan kita, Ta."

Menjalin hubungan sedari SMP, namun tiba-tiba saja Yutta meminta hubungan mereka untuk beristirahat di tengah jalan. Katanya, Yutta ingin yang terbaik untuk hubungan mereka. Menjalani kehidupan masing-masing untuk sementara waktu agar bisa mempersiapkan masa depan yang cerah. Tapi, Bylla sudah terlalu lelah untuk berdiri dalam status di atas angan yang Yutta buat seorang diri.

Yutta tidak ingin melepaskan Bylla. Oleh sebab itu dia membuat sebuah hubungan yang bisa membuatnya masih terikat dengan gadis itu. Tanpa adanya kata yang mengakhiri hubungan mereka. Tapi, Yutta egois. Hanya memikirkan bagaimana ketenangan hatinya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Bylla yang digantung selama dua tahun olehnya.

"Bylla, kita udah pernah bicarain hal ini, kan?" Tanya Yutta dengan suaranya yang lembut. Yutta masih mencoba mempertahankan Bylla untuk selalu terikat dengannya. Tidak ingin gadis itu menjadi milik dari selain dirinya.

Bylla mengangguk untuk membenarkan pertanyaan Yutta. "Iya, kita udah pernah ngomogin ini. Bahkan, berulang kali. Tapi sekarang, aku bener-bener mau udahin aja semua ini. Aku cape untuk terus diam sama hubungan kita tanpa adanya kejelasan dari kamu, Ta. Aku pengen sendiri," ucap Bylla, melirih di akhir kalimatnya.

"By,"

Sebelum Yutta berbicara, Bylla langsung menyela. Tidak ingin mendengar semua pembelaan dari cowok itu lagi kali ini. "Setiap kali kamu bilang kalau kamu pengen yang terbaik buat aku, tapi hasilnya malah kamu yang buat aku selalu lemah dengan mengiyakan semua permintaan kamu untuk break sementara. Apa, ada, di luar sana perempuan yang masih rela hubungannya digantung selama ini, Ta?" Bylla terkekeh miris. Yutta ini sedang memainkan permainan apa sebenarnya?

"Gak ada, Yutta." Jawab Bylla dengan sendiri. "Gak ada perempuan yang mau dikasih hubungan tanpa suatu kepastian."

Yutta lemah melihat Bylla dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Yutta tidak pernah melihat Bylla menangis bahkan dengan siapa pun. Bylla gadis yang kuat, walaupun kesan cuek dan dingin dalam gadis itu yang sangat kentara. Tapi kali ini Yutta melihat Bylla menitikkan air mata, di depannya, karenanya.

Saat Yutta ingin mencoba meraih Bylla untuk masuk dalam dekapannya. Raksa, salah satu sahabat Bylla datang untuk mencegahnya. Bersamaan dengan Clorin dan Kaliza yang langsung memeluk Bylla. Gadisnya, tidak. Mantannya menangis dan Yutta sudah sangat amat menyesal saat itu juga.

"Yutta, seharusnya lo ngerti gimana rasanya dilukai tanpa disentuh. Lo cowok paling menyebalkan yang pernah gue temui selama hidup ini." Kata Clorin. Mata gadis itu ikut berkaca-kaca karena tangisan Bylla. "Setelah ini, gue harap lo gak pernah hubungin sahabat gue lagi. Cukup dengan lo yang menjauh, maka Bylla akan bahagia."

Sore itu, menjadi hari terkahir Yutta melihat gadis yang amat ia cintai. Tidak pernah lagi Bylla terlihat berada di sekitaran sekolah, rumah, atau tempat yang sering gadis itu kunjungi. Ketiga sahabatnya pun tak pernah lagi bersama Bylla.

Pernah sekali Yutta mencoba mengajak Kaliza berbicara mengenai kemana perginya Bylla. Gadis itu sama sekali tak terlihat dalam pandangannya. Lalu, jawaban Kaliza sangat menusuk ulu hatinya. Yutta ingin tidak percaya awalnya, tapi karena di dukung oleh hilangnya Bylla maka dia bisa mempercayai itu. Walau dengan ketidakrelaan.

"Hari itu, sebenernya hari terakhir dia di Indonesia. Sebelum dia ikut pindah sama orang tuanya, dia masih sempetin waktu untuk minta satu jawaban dari elo. Tapi sayangnya, manusia itu diem aja kayak orang bisu. Gak ngasih kejelasan sama sekali sampai dia minta akhiri hubungan kalian."

Jujur, Yutta mengaku jika dia membuat Bylla gundah dengan semua kemauannya. Tapi Yutta pikir dengan tidak adanya penolakan dari gadis itu membuat Yutta yakin jika Bylla sejutu dengannya. Ternyata sesuatu yang dipandang benar oleh satu sisi tidak selamanya menimbulkan kesenangan di sisi lain.

Sekarang, Yutta hanya memiliki satu harapan pada Tuhan.

"Tolong bawa dia kembali padaku, aku berjanji akan membuatnya selalu merasa nyaman dalam dekapanku."

Ended, and LeftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang