8. Tetangga baru

1.5K 329 55
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

"Mas Jefri?!"

Jefri mengenyahkan beberapa pertanyaan di dalam otaknya. Lantas ia tersenyum manis—memamerkan lesung pipinya yang khas.

"Hai Kiran." sapanya kalem.

"Mas ... ngapain di sini? Ada perlu?" Kirana bertanya hati-hati.

"Mas mau jemput kamu dong,"

"A-ah gitu ...." balasnya kikuk sembari menatap Jenandra di sampingnya.

Jenandra yang peka lantas berkata, "Ya sudah, kapan-kapan saja Kirana. Saya pamit saj–"

"Dia siapa Kiran?" sela Jefri tanpa basa-basi.

Jenandra dan Jefri saling bersitatap.

Entah mengapa, Kirana merasa hawa di sekitarnya menjadi suram.

Beberapa detik terlewat, pertanyaannya tak kunjung mendapat jawaban. Jefri menghela napas pendek. "Nggak papa kalau kamu nggak mau jawab. Kamu ada janji sama dia?"

Kirana mengangguk. "Iya Mas ...."

"Yaudah kalau gitu. Mas pulang ya, maaf udah ganggu." Meski begitu, raut wajahnya sangat masam.

Kirana mengigit bibirnya tak enak. "Maaf ya, Mas ...."

"Nggak papa." Jefri memaksakan senyumnya. Tangannya hampir menyentuh pintu mobil ketika tiba-tiba ia teringat sesuatu. Lantas lelaki itu memutar tubuhnya.

"Oh iya Kiran, tadi Mas mampir ke rumah, terus ketemu Gendis di depan. Gendis cerita kalau kamu mau minta tolong ditemani kondangan, benar?"

Kirana memejamkan matanya. Mengumpati nama Gendis di dalam hati. Lagipula, mengapa adik pertamanya sudah berada di rumah jam segini?

"Hehe iya." kekehnya canggung.

Jefri berdeham. "Mau Mas temani?"

Pertanyaan yang Kirana hindari akhirnya terlontar. Perempuan itu sibuk memikirkan alasan apa yang cocok untuk menolaknya. Tiba-tiba suatu pemikiran gila terlintas di benaknya.

"Maaf sebelumnya Mas Jefri, tapi aku udah lebih dulu minta tolong sama Mas Jenan dan dia setuju. Ya kan, Mas?" Tangannya melingkupi lengan Jenandra dan menatap penuh arti pada lelaki itu—memberinya kode untuk bersandiwara.

Beruntungnya Kirana, karena Jenandra menangkap kodenya. Lelaki itu menatap ke arah Jefri yang terlihat kecewa. "Iya, saya sudah menerima ajakan Kirana untuk menemaninya kondangan." ucapnya dengan yakin.

"Oh gitu ... ya udah. Mas Jefri pamit ya Kirana," pamitnya lesu.

"Iya Mas, hati-hati. Maaf ya," balas Kirana tak enak hati. Melihat Jefri yang tak kunjung masuk ke mobil, dahinya berkerut. "Ada apa Mas?"

Jefri terlihat menimbang-nimbang sebelum, "Kalian pacaran?"

Kirana tersedak ludahnya sendiri. Apa katanya?

Kirana baru saja akan menjawab ketika Jenandra melepas rangkulan tangannya. Astaga, Kirana lupa melepasnya! Ia ingin menyembunyikan diri karena malu.

Netranya melebar ketika Jenandra menautkan kedua tangan mereka. Mengisi ruas-ruas jari Kirana yang kosong.

"Doakan kami saja ya, Mas."

Kalimat itu baru saja meluncur dari bibir Jenandra dengan lancar.

***

House of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang