"Heh, ini bukan telur setengah mateng. Kebanyakan mateng ini namanya. Sampe item gini."
Bara menengok mahakarya menyedihkan Jay yang berada di atas piring.
"Jangan dinilai dari penampilannya. Kalo tau rasanya, auto bakal minta nambah."
"Nambah minta ampunan dosa gue sih, soalnya takut langsung ke akhirat habis makan tuh telur." Goda Bara pada Jay.
Oke, sebenarnya telur yang Jay goreng tidak terlalu buruk. Dari tiga telur yang digorengnya, hanya satu telur yang terlihat sangat gosong dan sisanya mungkin gosong tapi tidak terlalu terlihat. Rasa-rasanya keduanya masih bisa dimakan. Sepertinya api yang digunakan Jay untuk menggoreng telur terlalu besar.
"Jay, nih kemeja lo bukan?" Panggil Arka yang sekarang berjalan ke arah dapur.
Jay menghampirinya dan mengambil kemeja ditangan Arka. Setelah membolak-balikkannya beberapa kali, Jay menangguk bersemangat dan melonjak kegirangan.
"Gue kan udah bilang tuh baju pasti ada di jemuran. Kalo belom di ambil past---"
"Makasih, Bang. Love you. Gue mau siap-siap ke kampus sekarang soalnya mau jemput Tuan Putri." Potong Jay yang langsung meluncur ke kamarnya tentunya untuk bersiap-siap.
Beralih ke meja makan, Arka melihat tiga telur yang seharusnya setengah matang menjadi amat sangat kematangan dan Bara yang duduk di meja makan sambil memakan sereal buatannya.
"Ini tadi yang goreng Jay?"
Bara mengangguk sambil mengulum senyum geli. Mulutnya masih asyik mengunyah sereal buatannya.
Pandangan Arka menatap horor telur-telur yang tergeletak mengenaskan diatas piring. Sepertinya menu sarapan dan bekal makan siangnya akan terasa lebih amburadul dari biasanya.
-------
Pagi ini seperti biasa, rutinitas Sena jogging sekitar kos kemudian membeli bubur ayam yang dibungkus untuk di makan di kos.
Baru sampai didepan pintu, suara para penghuni kos yang 'berbincang' sudah masuk dalam telinganya.
"Bukan yang itu, bang." Sayup-sayup suara Gemma terdengar.
"Yang di ujung itu deket FIP biasanya paling mantep." Ujar Bara.
"Kalo nyari yang enak sih mending Manohara." Tambah Zion.
"BCL lah."
"Yaah, BCL. Kalo sama Manohara kalah telak."
"Cuma gitu doang Manohara."
"Lah BCL apaan. Konsepnya nggak jelas."
Menarik nafas panjang, Sena bertanya. "Nih, kalian bahas apaan dah?"
"Si Gemma minta rekomendasi tempat yang enak buat nongki-nongki," jawab Bara. "Kalo gue tim BCL, lah si Zion malah Manohara."
"Ini Manohara sama BCL apaan dah?"
"Manohara itu yang sebelelahnya pas Tugu Ireng."
"Man Of Sahara maksud lo?," Seno nyaris terjungkal dari tempat duduknya. Man Of Sahara, kafe itu hanya diisi oleh mahasiswa elit yang tentunya memiliki uang saku yang tebal.
"Sekali pesen minum auto bangkrut kalo ke Manohara." Bara menyaut dengan menggebu-gebu.
"Terus yang BCL?"
"Burjo Cak Lurdi."
"Yaelah, kenapa sekarang disingkat BCL dah."
Bara tertawa. "Biar gampang."
"Terus mau kemana Gem jadinya?"
"Bingung, bang."
"Lah."
"Manohara aja sih mending."
"BCL nomer satu."
"Apa sih kurangnya Manohara, suasana, menu, kebersihan, tempatnya semuanya oke."
"Kurang duit. Mending BCL aja, Gem."
"Ngerjain tugas yo kudu suasana mendukung. Paling apik tetep Manohara."
.
..
...
...
....
.....
......
.......
........
.........Dengan santai Sena membuka bubur ayamnya. Pagi hari ini waktu sarapannya ditemani dengan menonton perdebatan Bara dan Zion serta kebingungan Gemma diantara keduanya.
-------
H
olaaaaaaaaa.
Btw, agak greget nonton boys planet. sedih waktu eliminasi soalnya banyak yang berbakat tapi nggak kesorot jadinya votenya rendah🥲
udahlah pengin tak debutin semua wkwk
udah gitu ajahappy reading guyssssss
semoga hari kalian menyenangkan
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Kosan Bunda Ratih | BOYS PLANET
FanfictionHugo dan Ratih memutuskan untuk membuat kos di rumah peninggalan orang tua Ratih. Penghuni kosnya dari pekerja kantoran, mahasiswa sampai anak SMA. Gimana kericuhan para penghuni kos, nantikan di cerita ini