Bahkan sinar mentari enggan menerangi tempat yang terletak di basement. Lampu yang berusia puluhan tahun tidak lagi bisa menerangi basement, cahayanya yang redup seringkali menyempitkan pandangan. Ruangan yang hanya memiliki satu sirkulasi udara membuat tempat ini sangat lembab, lumut tumbuh dimana-mana bahkan tikus dan serangga lainnya berkeliaran bebas. Tidak ada yang ingin berdiam diri semenit saja di basement ini, tetapi lelaki yang tertidur disudut ruangan tidak memiliki pilihan lain selain menuruti kemauan dia.
Tubuhnya dipenuhi luka lebam dan luka cakar di punggung dan tangan. Bukan karena apa, tetapi ada kalanya saat dia depresi akan membuat keinginan menyakiti diri muncul. Rambut yang dulunya halus dan terawat kini kusut dan tidak sedikit yang rontok.
Hari-harinya dilalui dengan harapan dia akan melepaskan belenggu cinta yang berlebihan dan membebaskan dirinya. Tiap jam dihabiskan hanya memandangi pintu kokoh, berharap pintu tua itu akan terbuka dan dirinya bisa lari. Tapi apalah daya nya, rantai yang berat terpasang disalah satu kakinya. Banyaknya senjata tajam yang tersusun di seberang membuat dirinya frustasi, tiap kali memandangi alat-alat itu membuatnya ingin memotong kaki yang terbelenggu.
Tanpa cahaya matahari yang masuk, dia tidak mengetahui apakah saat ini pagi atau malam apakah diluar cerah atau badai. Berapa lama dia terkurung ditempat ini? Tidak ada yang tau.
Derap kaki yang familiar mengundang perhatian Scara, lelaki itu memandangi pintu tua dengan penuh harap saat gagang pintu mulai bergerak. "Apa kabar sayang? Bagaimana hari mu?" Scara muak, kalimat itu selalu diucapkan padanya saat Kazuha menginginkan sesuatu darinya.
Pandangan penuh harap tak luput dari penglihatan Kazuha, lelaki berambut putih tertawa hingga gerahamnya terlihat. "Ada apa dengan tatapan itu? Kau ingin pergi keluar?" Itu dia! Itu ucapan yang selalu Scara nanti-nantikan. Mulai saat ini Scara tak perlu lagi bertingkah laku seperti anak anjing yang patuh pada majikannya.
"Iya! Bukankah selama ini aku menuruti apa yang kau mau? Bukankah selama ini aku adalah anak baik?" Jika ini tidak menyangkut kebebasannya, Scara tidak akan mau memohon pada Kazuha sambil berlutut dihadapannya.
"Kau benar-benar seperti anak anjing yang patuh. Akan ku lepaskan, tetapi dengan satu syarat. Dan aku yakin kau tau apa yang harus dilakukan, hm?" Senyuman itu adalah senyuman yang paling Scara benci.
Kazuha yang bertingkah seperti memegang semua kendali atas dirinya membuat Scara muak. Tunggu saja saat Scara lepas dari rantai ini, dia akan membalasnya. Kebencian yang menumpuk dimata Scara tak bisa disembunyikan, secara tidak langsung membuat Kazuha ingin menggali lebih untuk mengetahui bagaimana reaksi Scara--bagaimana lelaki itu terpaksa patuh pada Kazuha, bagaimana lelaki itu terpaksa melayani nya. Sayang sekali, padahal jika Scara berniat untuk patuh dari keinginan sendiri, mungkin Kazuha akan mempertimbangkan untuk melepaskan Scara.
Kazuha menyentuh dagu Scara--mengarahkan lelaki yang berperawakan lebih pendek untuk bertumpu pada lututnya. Dihadapannya resleting celana Kazuha, melihatnya membuat Scara turn on. Scara menyangkal kenyataan bahwa dirinya hanya akan puas dengan Kazuha.
"Mengapa kau tidak menunjukkan apa yang bisa kau lakukan dengan mulut mu itu? Selain memaki ku ketika aku tidak mengindahkan permintaan mu."
Dirinya benci, muak dengan segala perlakuan Kazuha, bagaimana lelaki itu seenaknya mengatur kehidupan dan pilihan Scara. Namun saat itu berhubungan dengan bercinta dengan Kazuha, Scara mendadak buta dan tuli--dalam sekejap dia melupakan kekesalan nya. Dirinya tenggelam dalam kenikmatan duniawi.
Dibukanya resleting celana Kazuha, kemaluan yang setengah keras membuat pikiran Scara melayang entah kemana. Tanpa ragu dia meletakkan benda itu di mulutnya, menggerakkan lidahnya mengelilingi kemaluan Kazuha agar sang empu puas. Dia menggerakkan kepalanya maju dan mundur, sang empu memejamkan mata seraya mengusap rambut Scara yang perlahan menjadi cengkraman.
Kerongkongannya sakit ketika yang dominan mengambil alih dan menyalahgunakannya. Satu-satunya jalur keluar-masuk udara telah ditutup, dia mencengkeram celana Kazuha erat--berharap sang empu akan memberinya ampunan.
Tangan yang menganggur bergerak masuk kedalam celananya dan meregangkan duburnya dengan pre-cum yang bercampur dengan saliva nya. Setiap pergerakan Scara tak luput dari penglihatan Kazuha. "Kau ini tidak sabaran ya." Kazuha menarik kemaluannya dari mulut Scara dan mendorong lelaki itu hingga terbaring dilantai.
Tanpa menunggu persetujuan dari sang empu, Kazuha melepaskan celana Scara. Dia tidak memberikan sedikitpun waktu untuk Scara bereaksi, yang dominan memasukkan kemaluannya dengan paksa dan untuk menyalurkan rasa sakit Scara mencengkeram pakaian Kazuha dibagian punggung dengan erat hingga suara kain yang robek terdengar.
Erangan Scara yang kesakitan tak dihiraukan, permintaan Scara untuk memperlambat temponya pun tak diindahkan oleh sang empu. Dia mengejar kepuasannya--Kazuha terus menghantam prostatnya yang membuat desahan Scara semakin tak terkendali. Antara sakit dan nikmat, antara ingin berhenti dan terus berlanjut.
Entah sesering apapun dirinya melihat senyuman Kazuha--dia merasakan ada sesuatu yang menahannya untuk membela diri, seakan Kazuha benar benar memegang kendali, seakan dirinya harus patuh pada perintah Kazuha.
•••
Dia tak memberi ampun sedikitpun, tak peduli apakah mereka lelah atau tidak, apakah mereka lapar atau tidak--Kazuha mengejar kenikmatan duniawi hingga mentari berganti tugas dengan bulan.
Napasnya memburu dan air mata yang menggenang mengaburkan pandangan. Kini Scara telah dipenuhi dengan aroma selepas mereka bercinta, mulutnya terasa kaku, suaranya pun serak tak sanggup mengucap sepatah kata dan sperma mengalir melalui duburnya, sementara Kazuha memandangi semua dari atas.
Lelaki berperawakan tinggi mengambil langkah ketempat dimana kaki Scara yang terbelenggu, berjongkok dan mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya lantas membuka belenggu rantai yang menahan Scara untuk tetap disini. Mata sudah tak sanggup mengamati sekitar, Scara tertidur (baca: pingsan) sebab dirinya kelelahan.
"Setelah ini akan ku buat kan makanan kesukaan mu. Maaf tidak memberimu makan selama beberapa hari ini, apa yang bisa ku lakukan? Kau mencoba untuk membunuh ku sayang." Dengan mudahnya Kazuha mengangkat Scara yang tak sadarkan diri.
Nyeri pada pelipis membuat dirinya terbangun. Mendapati dirinya berada di ruangan yang berbeda, Scara bergegas turun dari ranjang dan hendak berlari. Namun karena beberapa hari ini dirinya belum makan seluruh ruangan terasa berputar-putar dan untuk menahan beban dirinya Scara lakukan dengan bersandar di dinding.
Perlahan namun pasti. Scara memapah dirinya sendiri--berpegangan pada dinding sebelum nyeri di kepala mereda. Dan sebelum Scara menyadarinya, sebuah suara familiar mengejutkan dirinya hingga rasanya jantung berpindah tempat.
"Sudah bangun, sayang? Bagaimana tidur mu? Nyenyak?" Matanya melotot horor, padahal dia mengira Kazuha teledor dan membiarkannya sendiri tanpa pengawasan.
"Sedang memikirkan apa? Silahkan duduk dan makan makanan mu. Kau lapar, kan?" Anehnya nada dan suara Kazuha terdengar lembut. Begitu banyak makanan kesukaan nya tersusun dimeja makan, bagaimana Kazuha mengetahui hal kecil ini?
Perutnya bergemuruh kencang hingga terdengar sampai ke telinga Kazuha, membuat pipi lelaki berperawakan sedang merona malu. Tak ingin berpikir panjang Scara bergegas duduk dan menunggu perintah Kazuha, oh Archon sejak kapan dia jadi seperti ini.
"Ini. Makanlah." Ucap Kazuha saat memberikan sepiring nasi dengan lauk pauk kesukaan Scara. Yang memegang kendali hanya memperhatikan bagaimana Scara makan begitu lahapnya, senyumnya terkesan begitu hangat, apakah ini adalah waktunya untuk rencana Scara?
KAMU SEDANG MEMBACA
You need me.
FanfictionMemiliki sifat protektif adalah hal wajar, tetapi Kazuha memiliki sifat itu yang 'agak' berlebihan. Rasa untuk menjauhkan (baca: mengurung) yang dipuja hati dari dunia luar sangat besar dan karenanya, yang dicintainya terjebak dalam rumah Kazuha. D...