Langit mendung sudah sangat biasa menemani hari-hari seorang gadis muda bernama Park Habin
Park Habin, benar dia adalah gadis sempurna dengan garis takdir yang sangat sempurna, siapapun yang melihat ingin mempunyai kehidupan yang sempurna seperti Habin.
"Noona, kau menulis surat untuk siapa? kenapa serius sekali?" tanya Junghwan rekan kerja Habin
Junghwan memperhatikan kata demi kata yang ditorehkan tangan cantik nan lentik milik Habin, sebuah kalimat menarik atensinya.
'seperti bunga tanpa nama, begitulah kau menarik perhatianku. kau tak cantik tapi auramu sangat memikat'
Junghwan menelan ludah, sebenarnya surat macam apa yang sedang ditulis oleh Habin? kenapa terdengar vulgar.
Habin yang sejak tadi sibuk menorehkan pulpen di atas kertas mulai menyadari kehadiran seseorang, maka dengan secepat kilat Habin menutupi kertas putih penuh coretan itu dengan kedua tangan mungilnya.
"Junghwan...?! s-sejak kapan kau berdiri di belakangku?" tanya Habin gelagapan. bukan apa-apa hanya saja dirinya takut Junghwan tahu apa yang sedang dirinya tulis saat ini.
sebuah surat untuk karakter fiksi ciptaannya.
jika kalian berpikir Habin adalah seorang creator komik atau penulis cerita terkenal bisa dipastikan kalian semua salah
Habin tak bekerja apalagi tertarik dengan bidang seperti itu karena jangankan begitu menggambar saja dirinya masih harus melihat referensi dan memakai contoh
jadi daripada repot-repot Habin memilih untuk menciptakan karakter yang diinginkannya dalam imajinasi atau kita sebut saja Halusinasi.
Habin tak gila apalagi kesepian
lagipula jika dipikirkan gadis sempurna seperti Habin kesepian? tak masuk akal sekali. jika dihitung sudah ada 30 pria yang ditolaknya hanya untuk karakter fiksi ciptaannya itu.
terdengar miris? ya memang begitulah kelihatannya
Habin sadar dengan dirinya saat ini dan jika kata orang itu disebut dengan penyakit tapi apa boleh buat selama Habin bahagia
.
.
Junghwan duduk tepat diatas meja dan pura-pura tak melihat apapun padadal dirinya sudah membaca 70% dari surat yang ditulis Habin
sesaat Junghwan menghela nafas pelan
"Noona, kenapa kau menyembunyikannya sampai begitu? kita sudah bekerja bersama cukup lama dan aku juga sudah tahu sikapmu yang begini"
"tak penting disembunyikan seperti itu. lanjutkan saja"
Junghwan tersenyum simpul. dirinya tahu betul Habin orang yang seperti apa karena Junghwan adalah pria ke-20 yang gagal mengajak Habin pergi berkencan
bukan kebetulan karena bertemu semata, perasaan Junghwan sudah dirinya simpan sejak kecil.
saat itu Habin baru pindah rumah ke sebelah rumahnya dan karena sering bermain bersama bahkan berada di satu sekolah hingga universitas pun sama Junghwan jadi menyadari ada sesuatu yang di tumbuh di hatinya
tapi karena pada saat itu dirinya tak seberani dan sedekat sekarang jadi niatnya di urungkan dan memilih tetap menjaga perteman meski sudah di tolak oleh Habin.
"Tapi Noona, aku sangat penasaran bagaimana penggambaran dari karakter 'Kim Namyeon' mu itu"
"bisa kau ceritakan sedikit padaku, meski tak nyata setidaknya aku boleh tahu pria seperti apa yang menjagamu selama ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
||Man In Hallucinations||
FanfictionYou know everything is covered in dust and isn't real but why do you pretend you don't know? Tentang anak muda dengan sejuta imajinasinya. Park Habin, produser radio di sebuah gedung penyiaran terkenal . . Habin tampak terlihat sempurna dengan badan...