" Woii anna, lo ngapain ngelamun sendirian! " Arianna berjingkat kaget, aku langsung menatapnya garang.
" Santaii sist, lagiann lo ngapain pake ngelamun? Ini jam kerja lo, pamali " candanya seraya tertawa keras.
Aku memutar bola mataku malas, berbicara dengan si kampret ini sama saja menguras tenaga dan membuang buang waktu.
Lebih baik aku sekarang fokus, memikirkan bagaimana hubungan kubersama Devan kedepan nantinya.Devan.. mengingat namanya saja aku langsung merindukannya.
Dia bak seorang pangeran berkuda yang selalu melengkapi hari hariku 5 tahun belakangan ini..Oh Devan ku... aku ingin memelukmu....
" Astaga! Masih ngelamun juga lo nenek lampir! " pekik si kampret tepat depan telingaku.
Aku reflek memukul bahunya dengan keras. Dia mengaduh kesakitan, persetan! Siapa suruh mengagetkan ku?
" Gue lagi ga mau diganggu Adrian.. " sergahku malas. Jujur saat ini aku memang tidak mood untuk bercanda.
Adrian mengedikan bahunya acuh, dia tahu sahabatnya satu ini sedang berada pada zona tidak nyaman.
====Destiny In Love=======
" Sweetyyy... "
Suara ini... Aku hapal betul siapa pemilik suara bariton ini, demi tuhan aku merindukan sosoknya.
Aku berbalik, mataku mencari cari asal suara yang memanggilku tadi. Tapi, kenapa tidak ada?
Apa tadi hanya khayalan ku saja?Helaan nafas berat keluar dari mulutku, kenapa akhir akhir ini aku sering berkhalusinasi?
Apa ini karena aku terlalu merindukan sosok Devan?" De..van.. " aku mengeja namanya.
Setelah itu pandanganku gelap, dapat kurasakan suatu yang besar yang kuyakini adalah tangan seseorang sedang menutup kedua mataku.
" Yatuhan, siapa ini ?? " aku berteriak ketakutan.
" Supriseeee " setelah mataku dibukanya, aku langsung mengambil gerakan berbalik.
Sontak aku membekap mulutku karena kaget.
Dia Devan, yang selama ini aku rindukan....
Dia kembali...Devan merentangkan kedua tangannya lebar, mengerti maksudnya tubuhku langsung ambruk kedalam pelukannya.
Pelukan ini, demi tuhan aku merindukannya. Sangat..." Apa kabarmu sweety? " dalam hati aku merutuki hormon ku, ntah apa yang salah tapi aku bingung . Pipiku selalu bersemu merah saat dia memanggilku seperti itu.
" Bertambah baik saat bertemu denganmu " candaku.
Devan tersenyum manis, senyum yang dari dulu selalu membuat jantungku berdegup tidak beraturan.
Senyum yang selalu membuat nafasku sesak, karena oksigen disekitarku semakin menipis.
Dan senyum, yang berhasil meruntuhkan pertahanan ku sebagai wanita yang memiliki gengsi tinggi." Berhentilah menatap ku seperti itu Ann " sekali lagi dia tertawa
" Aku tidak " sergahku gelagapan saat tertangkap basah sedang mengamati wajah sempurna nya.
Devan menaikan sebelah alisnya, melipat keduanya diatas dada lalu tersenyum miring. Aku tahu betul, saat ini dia sedang menuntut pengakuab dariku.
Kalau sudah seperti ini, aku bisa apa?
" Ya, aku mengamati wajah tampanmu Dev " aku pura pura memutar bola mataku malas.
" Berhentilah memutar bola matamu seperti itu Ann, kamu benar benar ya!! " Dengan sekali kedipan mata, aku merasakan pipiku sedang dicubitnya gemas. Tak diperdulikannya lagi teriakan ku yang menyuruhnya berhenti,
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny in Love
RandomTidak ada yang bisa Devan perbuat, saat tahu bahwa Arianna meninggalkannya karena suatu penyakit mematikan.