Janghyun ft. Yoojin & Yohan; Fades Away [Lookism]

1.6K 202 23
                                    

Perkara hati selalu saja merepotkan. Entah mau bahagia atau bersedih, keduanya perlu tenaga bahkan untuk sekadar merasakannya. Berhasil dan gagal sudah biasa, tapi pernahkan kamu tidak tahu sedang berada dalam posisi gagal atau berhasil?

[Name] menyukai Janghyun sejak lama. Namun sinyal yang diberikan pemuda blonde tak pernah jelas ditangkap [Name]. Janghyun tidak jelas, ia labil, sekaligus mempermainkan. Itu dari kacamata [Name].

Selama ini, Janghyun bersikap seolah membalas perasaan [Name], namun di saat yang sama nama wanita yang menjadi masa lalunya kerap terselip di sela obrolannya, terkhusus dengan [Name]. Sampai pada titik si gadis sudah muak dengan Janghyun yang terlalu sering menyebut "Hyeeun juga ini, Hyeeun juga itu."

Padahal [Name] adalah kekasihnya, namun rasanya ia sama sekali tak mendapatkan hati Janghyun.

Ingin dirinya berkata pada si lelaki, sampai kapan pemuda itu mau menetap di masa lalu yang sudah mati. Namun kewarasan menahan dirinya. Tak mungkin kalimat menyakitkan ia lontarkan pada Janghyun, cukup Janghyun saja yang nenyakitinya.

Awalnya niat hati ingin menahan diri, pada akhirnya ingin terucap juga kesakitan yang selalu ia tahan.

"Hyun, aku mau bicara." Suara tegas [Name] menginterupsi Janghyun yang tengah bermain dengan buah hati di ruang tengah kediaman Janghyun.

"Bicara saja, sayang." Janghyun tersenyum pada [Name], lalu kembali bercanda dengan Yena.

"Ah... tidak jadi." Melihat reaksi Janghyun yang tak begitu tertarik dengan obrolan, membuat [Name] memilih mengurungkan niatnya.

Lihat, ini sudah kesekian kalinya [Name] mengurungkan niat. Setiap kali melihat senyum indah si lelaki, perasaan tak tega sekaligus cinta meluap-luap. Seakan baru pertama melihatnya. [Name] tak ingin merusak suasana di antara mereka.

"Baiklah." Jawaban yang mengandung makna tak tertarik jelas di pandangan [Name].

"Rambutmu sudah semakin panjang, mau kubantu potongkan?" Mengalihkan topik pembicaraan dibanding merasa sakit, adalah kebiasaan [Name].

"Ah benarkah?" Janghyun memegang rambutnya sendiri.

"Yena, benar rambut papa panjang?"

"Hngg... yayaya! Papaa!" Si anak memekik memberikan respon pada sang ayah.  Sontak hal itu mengundang tawa sepasang kekasih.

"Hyeeun juga dulu memotongkan rambutku." Janghyun tersenyum sendu sambil menatap sang anak, tanpa memikirkan ucapannya berdampak atau tidak pada [Name].

"Oh..." Lagi-lagi Hyeeun. [Name] tersenyum kecut bersama jawabannya.

"Boleh, tolong rapihkan rambutku?" Seakan tak berdosa, Janghyun tersenyum tak bersalah pada [Name].

Bertepatan dengan itu, tiba-tiba ponsel [Name] berdering menandakan panggilan. Tertera nama atasannya yang memanggil di siang bolong hari libur begini. Jika biasanya ia akan mengumpat, kali ini [Name] berterima kasih pada atasannya. Setidaknya [Name] yang berniat menghindar berkat perkataan menyakitkan Janghyun, tak perlu beralasan untuk pergi dari sana.

Setelah menerima panggilan dari sang atasan. [Name] pamit dengan alasan atasannya memanggilnya dan menolak Janghyun yang berniat mengantarnya. 

Kejadian sebenarnya. Sang atasan tidak memaksa [Name] untuk datang. Hanya "jika mau".

Di perjalanan untuk bertemu atasannya. Hanya setitik air mata yang keluar. Bukan tidak sakit, ini sangat sakit namun ia sudah terbiasa. Namun kali ini, rasionalitas dalam dirinya tak kalah. Pilihan dalam kepala muncul apakah lebih baik jika ia berpisah dengan Janghyun.

𝐌𝐚 𝐂𝐡é𝐫𝐢𝐞 ‧₊ oneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang