1. renjun mau magang

590 65 5
                                    

Saat Renjun memutuskan untuk mengiyakan ajakan Jaemin mendaftar magang di kepolisian satwa, yang Renjun pikirkan adalah itu kesempatan bagus untuk balas dendam atas dua liburan semester-semester sebelumnya di mana dia tidak magang satu kali pun.

Balas dendam, bukan pilihan kata yang melebih-lebihkan. Dia memang sefrustrasi dan se-insecure itu soal dirinya yang belum pernah magang padahal dia sudah akan memasuki semester 4. Banyak temannya yang sudah magang dari semester 2, di kebun binatang di pusat kota. Walaupun akhirnya hanya diberikan job sebagai penjaga loket dan bebersih sekeliling kandang, magang tetap saja namanya magang. Dan magang yang seperti apapun itu, Renjun belum pernah rasakan, sehingga waktu Jaemin yang diketahuinya sudah berpengalaman magang di kepolisian satwa semester sebelumnya ini datang padanya dengan tawaran magang bersama, Renjun langsung dengan sangat mantap menganggukkan kepala, "Mau! Mau! Aku mau ikut magang di kepolisian!"

"Oke! Tapi aku kasih tau sekarang saja ya, jadi kalau dari magang-ku tahun lalu, jadwal masuk kita bakal dari senin sampai minggu. Jam aktifnya dari pukul 6 pagi sampai 5 sore. Tetap mau kan?"

Jadwal padat? Dan tidak dibayar? Renjun sempat akan mundur, tapi pada akhirnya dia tetap mengiyakan saking panik tidak tau lagi harus mencoba mendaftar ke mana.

Awalnya, Renjun tidak merasa akan menyesal. Sedikitpun tidak pernah ada pikiran tentang dia akan meratapi betapa melelahkannya harus masuk tujuh hari seminggu sampai akhirnya dia sudah akan memulai masa magangnya dalam dua hari lagi.

"Na! Aku tiba-tiba takut!" Kata Renjun di telfonnya dengan Jaemin. Dari seberang telfon, Jaemin menanyakan apa yang Renjun takuti. Dia sempat coba menebak, apakah anjing? Kuda? Karena kedua hewan itulah yang akan mereka urusi di sana selama dua minggu tanpa henti. Tapi yang menjadi jawaban Renjun ternyata adalah: "Aku baru ingat aku takut polisi!"

Takut polisi? Jaemin mengernyit, walaupun lawan bicaranya tentu tidak bisa melihat itu. "Kenapa takut polisi? Kamu pernah kena tilang? Pernah hampir kena tangkap?"

"Tidak sih. Tapi polisi sepertinya menyeramkan."

Tidak ada alasan konkret, sehingga Jaemin pun memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing. Dia hanya bilang kalau polisi di sana memang sedikit banyak senangnya meledek, tapi masih yang jatuhnya bisa ditertawakan, dibawa senang. Renjun tidak terlalu mengomentari soal itu, karena jujur saja itu tidak membantu. Tapi dia tetap mengucapkan terima kasih karena setidaknya Jaemin sudah mencoba untuk membuatnya lebih tenang.

Oh, Renjun sempat kena marah papanya karena ribut takut magang. Katanya, "Takut-takut terus begitu terus kapan majunya? Harusnya kamu malu!" Dan begitulah sebabnya Renjun melewati dua hari tidak tenang sebelum magang dalam diam, takut dimarahi lagi.

Sampai akhirnya hari magang perdananya tiba, Renjun berusaha sekuat yang dia bisa untuk tidak terlalu merasakan sensasi aneh di perutnya begitu mulai memasuki gerbang yang mana di sana ada beberapa orang berseragam yang mengecek satu-persatu kendaraan yang masuk ke sana —Renjun diantar papanya dengan mobil. Sempat juga Renjun heran kenapa papanya terlihat santai dan seperti yang familiar dengan para pria berseragam itu, walaupun herannya itu tidak bertahan lama karena di tengah-tengah Renjun baru ingat papanya itu dulunya juga polisi, entah polisi yang seperti apa, tapi papanya dulunya polisi sebelum pensiun.

"Masih takut?" Papanya bertanya, seperti yang yakin kalau Renjun sekarang sudah tidak setakut itu begitu melihat bagaimana polisi-polisi yang berjaga tadi tertawanya terbahak-bahak. Seperti yang ingin menunjukkan kalau polisi pun sebelum jadi polisi juga adalah orang biasa yang kalau diajak tertawa juga mereka akan membalas.

Renjun menggeleng karena tau itu adalah respons yang diharapkan papanya, tapi isi perutnya yang masih serasa diputar itu memang benar adanya. Sangat terasa sampai yang terlalu jelas dan tidak bisa dia abaikan. Apalagi sampai jam 6 lewat pun Jaemin masih belum menampakkan batang hidungnya di sana sama sekali.

kennelovet - noren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang