03

1.2K 193 0
                                    

"kenapa tidak meletakkan kamera tersembunyi di disana agar kita bisa melihat siapa orangnya" usul kang seulgi yang membuat Lisa berpikir sejenak

"Sepertinya bukan ide buruk" Irene mengangguk setuju.

Lisa juga tidak keberatan dengan usulan itu dan dia menyetujui. Mereka merencanakan untuk mencari seorang profesional untuk melakukan itu. Seulgi bilang dia mengenal seseorang yang bisa melakukannya, akhirnya Lisa menyerahkan semua ke sepupunya.

"Yaa!! Park Chaeyoung,, apa kau akan makan saja?!" Jisoo berteriak mengambil piring chaeyoung yang berisi pasta kesukaannya

"Aaa,,, unniee kembalikan" chaeyoung merengek ketika makanan kesukaannya diambil secara paksa.

"Unnie jangan mengacaukan tupai kita" Lisa terkekeh geli karena ekspresi kesal chaeyoung

--

Jennie

Setelah kelas berakhir, aku punya satu jam istirahat sebelum lanjut ke kelas berikutnya. Dan disinilah aku, di suatu tempat dimana siswa lain tidak akan pernah kemari, roftop. Hanya disinilah aku merasa tenang dengan mengamati apa yang dilakukan manusia di bawah sana.

Sesaat memperhatikan lapangan basket, aku merasakan kehadiran seorang yang akrab. Tanpa melihat kebelakang aku sudah tahu siapa dia.

"Aku sudah mengatakan untuk tidak menemui ku saat kita di kampus" ucapku dengan kesal

"Kita tidak bertemu dalam satu bulan karena pekerjaan mu. Dan sekarang kau melarang ku untuk bertemu dengan mu di kampus" dia mendengus kesal. Dia pasti cemberut

"Apa kau tidak merindukan ku Jennie Kim?" Saat itu aku merasakan lengan nya melingkar di pinggang ku

"Kata siapa aku tidak merindukan mu?" Aku hanya terkekeh kecil mengusap tangan nya yang ramping di perut ku

"Apakah aku bisa menemui mu secara bebas kapanpun aku mau?" Dia bertanya dengan semangat. Aku hanya menghela nafas menggelengkan kepalaku.

"Aku hanya tidak ingin kau mengalami kesulitan karena aku. Aku harap kau mengerti"

"Tapi sampai kapan kita akan bertemu dengan cara ini? Ini sudah tiga tahun lamanya"

"Maafkan aku" hanya itu yang bisa aku ucapkan untuknya. Aku tahu seberapa besar keinginannya untuk bertemu dengannya secara bebas, tapi aku tidak bisa.

"Tidak tidak!, aku lah yang minta maaf karena terlalu memaksa"

"Turunlah. Teman teman mu pasti akan mencari mu"

"Baiklah. Aku mencintaimu, Bye" dia mengecup pipi ku sebelum berbalik.

Begitu aku tidak merasakan kehadirannya lagi, aku berbaring dipembatas menatap langit yang cerah dengan pandangan kosong.

-

Lorong gelap tanpa adanya cahaya,  gadis itu kecil berlari sekuat tenaga membawa boneka kayu kecil ditangannya. Nafasnya memburu karena lelah berlari, tidak tahu seberapa jauh dia sudah berlari Seolah tidak ada ujung dari kegelapan itu.

Tubuhnya sudah basah kuyup oleh keringat dan sesuatu yang lengket dan berbau amis, itu adalah darah. Dia berhenti sejenak untuk bernafas, ketika akan kembali berlari tiba tiba sebuah pintu terbuka. Gadis itu menyipitkan matanya karena cahaya terang menyinari matanya, menggunakan tangan kecilnya untuk melindungi matanya dari cahaya silau.

"Mau kemana kau lari?!" Suara berat pria didepannya membuat gadis itu ketakutan. Dengan pedang ditangan pria itu dia langsung mengayunkan tangannya ke arah gadis kecil itu sebelum dia bisa beraksi.

Terdengar suara gedebuk

"Oh Shit!!!" Jennie mengumpat saat jatuh dari tembok ke lantai dan berguling

"Sialan" gumamnya menghapus keringat didahinya, dia tertidur tanpa disadari. Dia melihat tangannya yang tergores perlahan sembuh dengan sendirinya.
Melihat jam tangannya, Jennie bangun membersihkan debu di pakaian yang kotor dan segera bergegas ke kelas.

--

Jennie

Akhirnya kelas sialan ini berakhir dengan tepat waktu, sebelum yang lain keluar aku sudah lebih dulu keluar dari kelas bahkan sebelum dosen selesai dengan ucapannya. Aku masih punya cukup waktu untuk bersantai sebelum pergi ke toko untuk bekerja.

Saat meninggalkan kelas, aku mendapatkan pesan teks dari nomor yang sangat ku kenal. Membacanya sekilas dan menyeringai melihat isi pesan itu. Aku berjalan menuju sudut parkiran dimana aku bisa melihat semua orang berjalan ke kendaraan mereka masing masing tanpa ada yang memperhatikan ku.

Telinga ku menajam mendengar suara akrab dari jauh, bahkan dengan mata tertutup aku bisa mengenalinya, lalisa dan teman temannya.

Aku melihat lalisa berjalan menuju parkiran bersama teman temannya, sambil berbicara hal acak. Melihat nya tersenyum dan tertawa membuat hatiku meleleh.

Suara Tawanya adalah malaikat bagiku

Aku tersenyum tipis melihat bagaimana dia tertawa lepas bersama sahabat nya. Mengaguminya dari kejauhan adalah hal yang menyiksa, tapi aku tidak keberatan.

Seketika senyum ku luntur saat melihat seorang pria berjalan ke arah Lisa dan memeluk pinggang gadisku. Kau mendengarnya dengan jelas, aku bilang gadis ku!.

Telinga ku yang tajam mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Hai Lisa!!" Dia tersenyum pada Lisaku, yang ingin membuat ku muntah darah.

"Sehun oppa" sialan kau little one, ada apa dengan senyuman dan sapaan hangat itu?!!

Oke mungkin aku berlebihan, mereka memang sangat dekat sejak tahun pertama. Oh Sehun adalah kekasih my little one, jika bukan karena Lisa aku pasti sudah meremukkan tulang bajingan sialan itu.

Aku menyebut Lisa Little one karena aku sudah pernah melihatnya sejak dia masih kecil. Aku memanggil nya itu karena aku tidak tahu namanya pertama kali kami bertemu 15 tahun yang lalu.

Teman teman Lisa yang lain menyapa bajingan itu dengan sapaan hangat. Aku bahkan tidak repot-repot untuk menyebutkan namanya yang tidak seberapa. Park Chaeyoung, aku tidak terkejut melihat reaksinya berbeda dengan yang lain saat gadisku pergi dengan bajingan itu.

Manusia aneh itu mengajak Lisa pulang bersama dan sebagai pacar yang baik, Lisa tentu setuju dengan itu. Sialan, aku harus pergi dari sini sebelum berubah pikiran dan menerkam bajingan itu.

Sebagai keturunan vampir, aku memiliki kecepatan lari yang sangat cepat jika aku dalam wujud manusia. Hanya dalam beberapa menit aku sudah sampai di depan toko sekarang

"Jennie-ya,, kau sudah datang?" Istri JB keluar dari kasir begitu melihat aku memasuki toko.

Aku memasang ekspresi yang bersalah dan meminta maaf "maafkan aku unnie, aku harus ke perpustakaan dulu sebelum pulang" ucapku dengan tidak enak hati. Dia tertawa dan mengatakan untuk tidak terlalu tegang.

Aku hanya tersenyum sebagai jawaban mengambil alih meja kasir, dia pulang karena harus menjemput anaknya dari tempat kursus musik.

Aku tidak cukup dengan anaknya karena aku tidak begitu menyukai anak kecil. Jadi JB atau istrinya tidak akan membawa anak mereka kemari jika aku bekerja.

MY LITTLE ONE   (Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang