Flashback
Dengan menurunkan gengsinya yang setinggi patung liberty rea menghampiri nia yang sedang berbaring sendirian, rea membawa paper bag yang berisi roti, susu, vitamin C, juga obat tambah darah, dengan gemetar ia masuk menemui nia, dan ia malah mendapat tatapan tajam dari nia. Namun ia tak gentar ia terus melanjutkan langkahnya menghampiri nia, namun yang dihampiri malah membuang muka, rea duduk di kursi sebelah bangsal nia.
“aku mau minta maaf” ucap rea menunduk tak menatap wajah nia
“ngga seharusnya aku sebagai dokter ngomong kayak gitu ke pasienku, apalagi aku juga perempuan harusnya ngga bersikap kayak gitu ke sesama perempuan juga, harusnya aku kasih support, dukungan ke kamu biar kamu semangat tapi yang aku lakuin aku malah sebaliknya” rea berusaha membuka mata dan menaikkan pandangannya ke arah wajah nia tapi nia masih tak bergeming
“aku cuman mau melakukan sumpah dan janji yang udah aku yakini sebagai dokter, aku cuman ngelaksanain kewajiban” nia masih tak menengok padanya, ia ingin menyinggung soal masa lalu rea namun ia berusaha tahan karna ia tahu itu akan menambah rumit masalah.
“Kasian bayi kamu, kasian kamu nya juga, kamu udah berusaha mengandung selama 9 bulan, aku tau itu berat banget,jadi kamu jangan sia sia in perjuangan kamu” rea yang merasa diacuhkan mulai protes
“kalau ada orang ngomong itu dengerin liat ke orangnya, jangan diem aja malingin muka, ngga sopan tau ngga” nia masih tak bergeming rea tak tahan untuk tetap mengerem mulutnya, rasa sudah gatal ingin berbicara.
“lo tau ngga sih, gw dah ngerendahin diri gw, gw dah turunin ego gw, gw udah jual murah, jual rugi bahkan, anjlok harga diri gw tau ngga sekarang sama lo, tapi respon lo kayak gini, mau lo apasih, gw tau hidup yang selama ini lo jalanin tu berat lo sendiri lo bertahan survive sendiri tapi ayoklah lo harus bangkit” rea sudah tak tahan lagi nia yang tersinggung pun langsung menoleh
“lo emang harus di pedesin dulu y baru bisa noleh “
“harusnya saya yang tanya mau kamu apa, kenapa kamu jadi ngurusin hidup saya”
“gua mau lo bangkit, bangkit dari segala keterpurukan lo, bohong memang, kalo gua bilang gua tau apa yang lo rasain, karna emang gua belum pernah ngalamin, tapi yang gua tau lo hebat untuk bisa sampai sekarang, lo ngga boleh sia siain semuanya”
“emang apa yang aku udah dapet sampe kamu bilang aku jangan nyia nyiain semuanya, yang aku dapet selama ini cuman luka”
“i know, gw tau yang selama ini lo dapet cuman sengsara, tapi ada satu anugrah yang dititipkan ke lo yang nggak semua orang bisa dapet, yaitu anak lo, bayi lo, ngga semua orang bisa dapet kepercayaan titipan mulia kayak gitu, ibu gw aja dulu nikah umur 23 punya anak umur 25 akhir butuh hampir 3 tahun untuk nunggu, sedangkan lo sekali langsung jadi” nia mengernyit mendengar kata kata terakhir rea, rea yang peka langsung berpikir dalam hati ‘apa gw salah ngomong y? Gua kan cuman mau share cerita'
“Udah deh lo harus bangkit gw bakal nolongin lo” ucap rea yakin namun terdengar seperti janji semu di telinga Nia, nia sudah tidak ingin percaya kepada manusia lagi, dulu ia sudah percaya sepercaya percayanya dan ia langsung dibuang dijatuhkan sejatuh jatuhnya.
“lo bisa pegang omongan gw, gw bukan tipe yang ingkar janji, lo bisa percaya sama gw” Nia memberanikan menatap rea, dan anehnya nia seperti tidak menemukan kebohongan di matanya. Namun Nia sudah tidak peduli, dia berencana ingin mengakhiri hidupnya secepatnya dan meninggalkan bayi itu didunia sendiri.
“Kalo lo ngerasa cape istirahat, jangan pernah berpikir untuk bunuh diri, orang yang mati normal aja pasti masuk neraka apalagi yang bunuh diri, tenangin diri lo dulu, gw mau ngecek keadaan yang lain” rea bangkit dari kursinya dan hendak pergi namun saat ia ingin melangkahkan kakinya keluar ia melihat salah satu tangan nia berada di daerah yang tadi ia bedah, dan kain yang menutupinya basah dikarenakan darah yang keluar dari luka bekas jahitan.
“lo tu udah berdamai, terbiasa, apa kebal sama rasa sakit sih? Sampe kayak gini bekas jahitannya lo ngga ngeluh” rea bingung karna ia tau itu rasanya pasti sakit sekali. Namun nia masih tetap terdiam.
Rea pergi dan kembali dengan membawa alat alat untuk menjahit luka nia. Rea dengan telaten memperbaiki luka itu. Sesekali rea menatap nia tapi pemandangannya masih sama yaitu hanya muka datar nia, tanpa ekspresi apapun, tak ada ekspresi sedih, sakit atau apapun itu.
Setelah beberapa menit rea selesai menjahit, dia pergi keluar untuk mengembalikan mencuci alat alatnya dan juga membawa cairan infus baru karna milik nia sebelumnya sudah habis. Rea memasang cairan baru sembari berkata “gw janji bakal bantu lo bangkit, gw janji bakal temenin perjuangan lo, dan gw juga janji bakal nanggung biaya hidup anak lo, gw kayak gini karna gw ngehargain lo karna mau bertahan sampe sekarang, tapi kalo lo nolak gw juga ngga maksa, gw ngga akan ngehargain orang yang ngga bisa ngehargain perjuangan gw buat dia, dan gw ngga suka drama, gw kasih lo waktu buat mikirin ikut gw ke kota gw dan gw bakal tepatin janji gw atau lo tinggal disini dengan segala luka yang ada, gw disini masih seminggu lagi, jadi gw kasih lo waktu yang lumayan banyak dan manfaatin waktu itu buat lo berpikir mateng mateng, tapi apapun keputusan yang lo kasih ke gw, gw bakal bawa dan rawat anak lo, gw nggak mau dia jadi korban karna keegoisan lo”
Rea langsung pergi meninggalkan nia yang terlihat sedang berpikir, tawaran yang bagus tapi nia tidak segampang itu percaya dengan kata kata manis dari seseorang, apalagi orang yang baru ia temui beberapa jam yang lalu, ia sudah pernah dikhianati dan dijatuhkan sejatuh jatuhnya.
Hari itu pun berlalu, matahari sudah mulai menampakkan wujudnya kembali, rea yang bangun kepagian itu pun berjalan ke sekitarab tenda pengungsian, ada beberapa tenda disana dan ia melihat ada beberapa anak yang sedang bermain.
“Haii, kalian lagi main apa? “ tanya rea antusias.
“Main latto latto kak ini namanya” jawab seorah bocah sambil tersenyum.
“ooh ini namanya latto latto ya, kakak baru tau y, hebat kalian udah bisa main ginian, kakak aja kalah” rea tertawa sambil mengelus kepala bocah yang menjawabnya tadi.
“kakak ada permen susu nih, kalian ada yang mau? “ sontak anak anak itu pun mengangguk, rea langsung merogoh saku jasnya dan membagi kan mereka satu persatu permen itu.
“main yang rukun yaa” rea hendak melangkahkan kakinya menjauh namun ia melihat lengan belakang salah satu anak itu sobek dan sepertinya belum mendapat penanganan.
“nama kamu siapa? ” tanya rea kepada bocah perempuan yang terluka itu.
“ayu kak” rea hanya tersenyum
“Ikut kakak yuk, kakak ada adek bayi lucu deh, kamu mau liat?” Ayu pun mengangguk antusias, lalu rea mengajaknya ke aula tempat para relawan.Rea mengarahkannya berjalan menuju bangsal kecil tempat bayi mungil itu berada. Digendongnya bayi itu oleh rea dan ditunjukkannya kepada ayu, terlihat raut senang dan bahagia dari Ayu ia terlihat menuil nuil pipi bayi gembul itu.
“yahh karena adeknya lagi tidur, kita mainnya nanti aja ya kalo adeknya udah bangun” Ayu pun menurut.
“sekarang Ayu duduk disini yaa, kakak mau obatin luka Ayu” rea mengambil perlengkapannya dan berjongkok didepan Ayu.
“Ayu, mungkin ini bakal sedikit perih tapi ayu harus tahan ya, ayu kan anak kuat jadi jangan nangis ya”ucap rea lembut. Rea menuangkan cairan pembersih luka itu ke kapas, cairan itu memang mengandung sedikit alkohol dan pastinya akan menimbulkan rasa perih jika terkena pada luka.
“Akkkk” jerit ayu yang tak lama kemudian diikuti dengan tangisannya.
“ayuuu, sebentar aja jangan nangis teriak teriak gitu dulu yaa, kakak ada hadiah buat ayu kalo ayu bisa ngga nangis dan ngga teriak teriak, kakak kasih hadiahnya ke ayu” ayu langsung terdiam dan menahan tangisnya. Lukanya cukup dalam namun rea tak tega untuk menjahitnya akhirnya rea hanya memperbannya saja, saat itu ayu hanya menahan dirinya agar tak menangis kencang namun masih terlihat bulir hilir air jatuh dari matanya, rea yang makin tak tega mempercepat tugasnya.
“kok ayu ngga boleh nangis kak, kan ayu bukan cowo” tanya nya polos.
“ngga harus cowo ayu, cewe juga harus kuat ngga boleh sedikit dikit nangis, bahkan cewe harus lebih kuat dari pada cowo, pokoknya ngga cowo ngga cewe itu ngga boleh cengeng yaa” ayu pun mengangguk paham yang dimaksud rea.
“Karna ayu udah pinter ini buat ayu” rea memberikan paper bag berisikan 2 teddy bear dan beberapa snack dan susu.
“Bagus sekali kak, terimakasih yaa” nada riangnya membuat rea tersenyum puas dan mengelus Puncak kepala ayu.
“Yaudah sekarang ayu istirahat dulu, mainan bonekanya aja, biar lukanya sembuh dulu baru boleh main lari larian lagi, sekarang ayu disini dulu aja ya” ayu mengangguk dan langsung memainkan boneka itu dengan antusias. Saat rea membalikkan badannya terlihat nia sedang menatap dirinya.Rea pun menghampirinya.
“Aku sudah membuat keputusan aku bakal ikut kamu, untuk menagih semua janji yang kau ucapkan padaku kemarin” ucap nia to the point.
“oke, tapi apa alasan lo menerima tawaran gw?” nia hanya mengernyitkan dahinya, apakah rea akan menipunya(?)
“gw cuman mau tanya, kalo ngga mau jawab juga nggapapa” saat rea hendak pergi nia pin menjawab“karna sekarang pun aku nggak punya harapan apa apa, sebenarnya aku juga nggak ingin berharap lebih ke kamu, tapi aku hanya ingin mencoba peruntungan apakah tuhan masih menyayangiku atau tidak dengan apa yang akan terjadi nantinya” rea hanya tersenyum dan menepuk pundak nia.
Flashback off.
Air mata rea sudah membanjiri bingkai foto kakek dan neneknya, nafasnya sesak karna menangis begitu dalam, ia hanya rindu dengan orang yang merawatnya dari kecil hingga ia remaja. Namun rea sudah sangat lelah sekarang, rea memutuskan membaringkan tubuhnya dengan masih memeluk foto kakek dan neneknya dengan harapan mereka berdua akan bertamu kedalam mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
looking for happiness
Teen Fictionsemua yang gue lakuin cuman agar gue bisa bahagiain orang disekitar gue, karna saat mereka bahagia karna gue, gue merasa dah menjadi orang yang bermanfaat dan tentu akan timbul rasa bahagia dengan sendirinya di diri gue.