Sang pengembara mengangkat berat pedang dengan dua tangan, merasakan otot-otot bisepnya menegang saat dia mengangkat pedang. Dia melakukannya tepat waktu untuk membelah helm seorang lawan berkapak, kali ini datang dari kiri belakang, berharap bisa menyerang dari tempat yang sulit terlihat.
Pedangnya bagus untuk jarak dekat pedang ini lebih bagus dari bilah tersembunyinya
Pria lain. Berjalan di antara mereka. Tanpa mereka ketahuan, pria itu berjalan dengan tenang. Seorang pria berpakaian putih. Selain warna putihnya, pria muda itu berpakaian seperti sang pengembara dan mengenakan tudung yang sama, ujung depannya meruncing seperti paruh elang. Bibir sang pengembara terbuka dan heran. Semua seperti bungkam, kecuali pria muda ini yang sedang berjalan. Dengan mantap, dengan tenang, tak terusik.
Pria muda ini berjalan di antara pertarungan seperti berjalan menembus ladang jagung seolah tumbuhan di sekitarnya tidak menyentuhnya sama sekali. Apakah gesper yang mengencangkan bajunya sama dengan gesper yang di pakai sang pengembara dengan emblem yang sama emblem yang telah di cap kedalam kesadaran dan kehidupan sang pengembara selama lebih dari 30 tahun dengan sama seperti dulu, saat jari manisnya di cap dengan emblem yang sama.
Sang pengembara mengerjapkan matanya dan ketika matanya di buka lagi, penampakan tadi kalau benar telah menghilang. Segala bising dan bahaya mengepungnya merapat kepadanya, berlapis lapis musuh yang dia tahu takan bisa dia kalahkan atau terobos.
Tapi entah bagaimana kini dia tidak merasa sendirian. Tidak ada waktu untuk berpikir mereka merapat dengan gigih sekarang, merasa keraguan sekaligus marah. Serangan menghujani sang pengembara, terlalu banyak untuk di tangkis. Sang pengembara melawan dengan gigih, menjatuhkan lima lawan, sepuluh. Tapi dia bagaikan sedang melawan seekor hydra berkepala seribu. Seorang prajurit berpedang yang bertubuh besar muncul dan meluncurkan bilah seberat hampir sepuluh kilogram kepadanya. Sang pengembara mengangkat lengan kiri untuk menangkisnya dengan pelindung tangan berputar sambil menjatuhkan pedang beratnya sendiri agar kedua bilah tersembunyinya beraksi.
Tapi penyerangnya beruntung. Momentum pukulanya di tangkis oleh pelindung tangan tapi masih terlalu kuat untuk di tangkal sepenuhnya. Senjata itu mengiris pergelangan tangan kiri sang pengembara dan menyentuh bilah tersembunyinya mematahkannya. Pada saat bersamaan sang pengembara kehilangan keseimbangan, tersandung batu longgar di kakinya dan memutar pergelangan kakinya dia tidak bisa mencegah dirinya jatuh dengan wajah menghadap tanah berbatu. Maka di situlah dia tergeletak.
Di atasnya lingkaran prajurit merapat mengacungkan kapak panjang mereka kepada mangsa, masih tegang, masih takut, masih belum berani merasa menang. Tapi ujung kapak mereka menyentuh punggung sang pengembara, satu gerakan saja dia akan mampus.
Derak sepatu bot di atas batu. Seorang pria mendekat sang pengembara menolehkan kepalanya sedikit untuk melihat kapten berambut cepak yang berdiri di atasnya. Pria itu membungkuk cukup dekat kepada sang pengembara.
Sang kapten menarik tudung sang pengembara hingga cukup untuk melihat wajahnya. Dia tersenyum ketika dugaannya benar.
"Ah, sang mentor telah tiba. Azure da Firenze kami sudah menunggumu seperti yang pasti kau telah sadari. Pasti kau terkejut melihat benteng lama persaudaraanmu ada di tangan kami. Tapi ini sudah takdir walaupun kalian berusaha keras, kami di takdirkan untuk berhasil.
Dia berdiri tegak berbalik kepada pasukan yang mengepung Azure, dua ratus orang lalu meneriakan perintah. " Bawa dia ke sel menara. Belenggu dulu dengan kuat."
Mereka menarik Azure berdiri, lalu dengan cepat, dengan gugup , mengikatnya erat erat.
"Cuma berjalan kaki sedikit dan mendaki banyak tangga",
Kata sang kapten. "Dan sebaiknya kau berdoa. Kami gantung kau besok pagi."Tinggi di atas mereka, elang tadi terus mencari mangsanya. Tidak seorang pun melihat dia. Melihat keindahannya kebebasannya.
Jan lupa vote yahh itung2 nambah semangat buat author heheh
Insyaallah author up tiap hari tergantung mood apa enggaknya:v
KAMU SEDANG MEMBACA
The shadow killer
AdventureBagi Azure,bertahan hidup itu sulit.Bukan hanya soal uang,melainkan juga soal kekuatan,sebagai anggota pembunuh bayangan,dia tumbuh di daerah kumuh. Dia belajar untuk menilai orang-orang dengan cepat dan mengambil keputusan dan risiko,seperti saat d...