Renjun - Jeno : Terlambat

61.3K 507 22
                                    

"mas berangkat dulu, sayang." Ujar  Renjun sembari mengenakan jam tangannya.

Jeno mengangguk, dan perlahan menghampiri sang suami yang sudah rapi dengan setelan jas kantornya. Memeluk tubuh Renjun dengan erat, seolah tak ingin berpisah begitu lama nya.

"Kenapa, hm?" Renjun yang peka segera membalas pelukan suami kecilnya yang sedang begitu sensitif hari ini. Ditinggal sebentar saja rasanya tidak bisa, di usia kandungan Jeno yang akhir membuat dirinya menjadi sangat sensitif. Jeno menggeleng kan kepalanya pelan,

"Ngga apa-apa.. eung, mas Renjun?"

"Hmm? Kenapa sayang?" Renjun yang paham segera membawa Jeno untuk duduk perlahan di kasur. Bertekuk lutut, dan membuka kaos milik Jeno sebatas dada.

"Heung.. lama ya?" Tanya Jeno dengan nada yang teramat jelas terlihat khawatir. Renjun terkekeh, dan membelai sayang perut besar Jeno, yang tentu saja didalamnya terdapat buah hati mereka.

"Sebentar aja, sayang. Cuma sampai jam 11, kok. Habis itu mas langsung pulang. Kalau perut adek mulas lagi.. telfon mas, ya?"

Mendengar ucapan Renjun, membuat Jeno sedikit menjadi lebih lega. Renjun tatap dalam kedua netra dihadapan nya dengan gemas, kemudian mengecup sayang perut Jeno secara bergantian.

Cup! Cup! Cup!

"Ihh! Geli mas Ren!" Adu Jeno dengan wajahnya yang menggemaskan. Mata nya yang menatap galak, namun malah terlihat lucu di mata Renjun. Dengan bibir plum yang mem-pout sempurna.

"Hahaha, gemes banget sayang nya mas.. udah mau jadi bunda, ya?"

"Heumm.. mas, takutnya nanti kontraksi palsu kaya kemarin, lagi.. Nono gamau ngerepotin mas.." Ucap Jeno merasa bersalah.

Pasalnya, kemarin dirinya mengadu pada Renjun bahwa perutnya begitu mulas. Membuat Renjun panik dan segera mempersiapkan kebutuhan untuk dibawa ke rumah sakit. Tak selang beberapa lama, rupanya Jeno menyadari.. bahwa ia hanya merasakan kontraksi palsu saja. Ia menjadi iba dengan Renjun yang sudah begitu repot menyiapkan segala kebutuhan nya.

Renjun tertawa gemas dibuatnya,
"Eh? Kenapa ngerasa begitu hm? Ga papa sayang.. jaga-jaga, daripada perut kamu tiba-tiba sakit gimana? Kasian kamu nanti."

"Hehehe .. Nono sayang mas Renjun!" Ujar Jeno. Renjun tersenyum, kemudian beranjak mengecup bibir plum favoritnya dengan sayang.

"Mas berangkat ya.. adek baik-baik dirumah."

...

"shh.. adek, pelan-pelan ya nendang nya.. bunda sakit adek!" Jeno mengomeli janin yang berada di dalam perutnya.

"nghh.. aduh, rewel banget.." keluh Jeno sembari terus mengelus-elus perut besarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Terhitung sudah 2 jam Renjun pergi dari rumah, dan satu jam lagi akan pulang.

Jeno menjadi tidak sabar, ia benar-benar butuh Renjun untuk menenangkan bayi yang ada didalam kandungan nya.

Jeno mengigit bibirnya, menahan rasa mulas dari tendangan bayi yang ada dalam kandungan nya.

"nghh.. huft.. adek jangan rewel.. bunda ngga ada ayah, sayang.. uhh.." ujar Jeno mencoba memberi pengertian pada bayi nya.

Setelah di rasa perutnya menjadi sedikit lebih tenang. Jeno melanjutkan kegiatan melipat pakaian yang sempat terhambat akibat rasa mulas kandungan nya.

Waktu berlalu dengan cepat. Jam menunjukkan pukul 13 siang, namun Renjun sama sekali tidak memberi kabar. Padahal, seharusnya ia sudah tiba dirumah sejak pukul 11 siang ini.

"ahh.. huh.. huh, mas mana? kok ngga pulang– nggh.. uh, perut adek mulas.." monolog Jeno yang sedang terduduk di kasur nya. Pelipis Jeno mulai berkeringat, namun ia menyakini bahwa ini hanya mulas biasa seperti kemarin.

NCT DREAM || mpreg ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang