"Arah jam dua belas."
Manik milik Nala bergerak mengikuti arahan sang sahabat. Hal biasa yang mereka lakukan dalam dunia pergibahan. Entah karna ada sesuatu yang menarik atau sesuatu membuat mereka julid. Kode itu yang menjadi rahasia mereka.
Dengan susah payah Nala menelan ludah. Dari jarak sekitar beberapa meter tampak anak osis yang sedang berjalan beriringan.
"Gilakk! mereka keren banget. Apalagi kakel yang pake almamater warna merah itu. Ngga nyesel aku daftar sekolah disini," Pekik Mega, sahabat Nala kegirangan.
Tapi bukan itu yang menjadi fokus Nala. Melainkan sosok lelaki yang sedang duduk di bawah pohon. Tepatnya, di bawah para anak osis yang sedang berdiri. Andai dia tak melihat dengan benar pasti dia hanya melihat sekumpulan anak osis itu.
"Ruli Manendra."
Suara seseorang berbisik padanya.
"Hah!?"
"Ck, lemot amat tuh otak. Makanya kedip dulu. Awas tuh bola matanya bentar lagi mau copot," tegur Mega.
"Kalau ngomong yang jelas dong. Jangan sekalimat-kalimat gitu. Lagian nih mata juga sedang healing bentar. Mata juga perlu hiburan. Kasihan kalau disuruh liat muka kamu terus. Udah bentukannya kek gitu. Kaga ada seger-segernya."
"Idih, malah ngejek mbaknya yah. Gini-gini juga kaga ada yang naksir."
"Sebenarnya banyak cuma kamu ngga tau aja."
"Siapa?"
"Ya kaga tau, kan ngga tau."
Obrolan mereka terhenti ketika orang yang menjadi perhatian mereka berjalan ke arah mereka. Arah dua pasang mata terus mengikuti setiap langkah dengan teliti. Dan tanpa diduga orang itu berhenti di depan mereka.
"Hem, ngga dengar bel berbunyi?"
"Belum kak. Masuknya jam tujuh lebih lima belas menit," jawab Nala dengan senyumnya.
"Liat jam!"
Kebetulan Nala memang sedang memakai jam tangan.
"Jam berapa sekarang?" Tanyanya lagi.
"Jam tujuh lebih dua puluh menit."
Menyadari sesuatu mereka celingak celinguk untuk memastikan keadaan sekitar. Dan benar saja, yang tadinya koridor rame akan anak baru sekarang sudah sepi. Hanya tinggal mereka bertiga saja.
"Baru hari pertama masuk tapi sudah melanggar. Bagus sekali."
Nala dan Mega hanya terdiam tanpa mampu menjawab.
"Ada apa Rul?" Tanya seorang perempuan yang tiba-tiba datang.
Dari pakaianya dapat Nala ketahui kalau orang itu anak osis juga.
"Dua orang ini udah bel masuk tapi malah asik ngobrol."
"Suruh masuk aja. Hukumannya besok lagi. Kamu udah dicariin pak Andi."
Mendengar kata hukuman seketika membuat mereka takut. Bagaimana ini? Batin mereka bergejolak.
Hari pertama masuk sudah dapat hukuman, pasti namanya akan ditag sampai tiga tahun kemudian.
"Kalian masuk ke gugus masing-masing," perintah orang itu.
"Baik kak," jawab mereka berdua.
Karena mereka duduk di depan ruangan yang akan mereka tempati membuat mereka tak perlu susah susah untuk mencarinya lagi.
Sebelum beranjak pergi Nala sempat melirik name tag yang sudah agak pudar seperti terkena cairan pemutih baju.
"Ruli manendra," batin Nala.
Jadi tadi yang dikatakan Mega benar adanya.
***
Terima kasih sudah hadir disini.
Salam,
Istrinya Min Suga ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nala
Teen Fiction'Seseorang yang ingin dicintai. Seniat itu, seingin itu, sebutuh itu.' ***** "Aishiteru senpai." Satu kalimat yang selalu terngiang-ngiang dalam kepala Nala. Namun, selalu tidak mampu untuk diucapkan secara nyata. Cover by : fii...