Nampak seorang gadis dipinggir ranjang sedang bercerita dengan riangnya.
"Kalau aku tau gitu mending ngga usah minta di jemput aku," gerutu Nala.
"Emangnya kamu bakal tau kalau dia mau nyamperin kamu," seru seseorang dari seberang telepon.
"Nah itu masalahnya. Kenapa dia ngga ngasih tau dulu gitu. Kalau tau kan aku bisa prepare dulu. Nah ini kek tahu bulat, dadakan."
"Yah pinter. Dipikir dulu lah maemunah. Mungkin dia kasihan liat muka kamu kek orang ilang gitu makanya disamperin. Makanya punya muka jangan kek gembel amat."
"Tuh mulut lemes banget kalau ngomong."
"Iyalah. Mulutkan ngga ada tulangnya makanya lemes," gelak tawa dari seberang sana.
"Tau ah ngomong sama kamu sukanya gitu. Harusnya bikin aku happy jangan kek gini."
"Mahal. Kalau mau bikin happy kamu mah besok aja aku kasih tunjuk."
"Kasih tunjuk apaan?"
"Pokoke besok aja. Kalau sekarang mah namanya bukan kejutan."
"Hadehh."
"Udahlah aku mau nonton ayang dulu. Mataku perlu cuci mata nih."
Tuut,
Sebelum Nala menjawab panggilan telepon sudah terputus secara sepihak.
"Dasar ngga punya adab. Baru juga mau ngomong dah dimatiin aja," kesal Nala melempar handphone ke atas kasur.
Kalau ngga ingat betapa susahnya membeli hp mungkin sudah Nala lempar ke lantai. Punya sahabat buat cerita senang tapi malah gitu. Huft,
*****
"Ke kantin dulu elah baru nanti ke perpus. Ngga dengar apa. Nih anak-anak cacingku udah meronta meminta makanan," pinta Ayla.
"Kalau ke kantin dulu makanannya mau taruh dimana? Dibawa masuk apa ngga kena amuk pak Sobri. Mending ke perpus dulu baru ke Kantin," tolak Mega.
Jam sudah menunjukan pukul dua belas siang. Ini waktunya mereka isoma. Seperti biasa, Setelah menunaikan kewajiban mereka bergegas menuju spot favorit mereka. Apalagi kalau bukan kantin.
Tapi berhubung hari ini jadwal terakhir mengembalikan buku yang dipinjam mereka berniat untuk mengembalikan ke perpustakaan. Takutnya jika melewati hari pinjaman maka dikenakan denda. Ngga banyak hanya sebesar lima ratus rupiah tapi bagi mereka yang hanya seorang pelajar biasa uang itu sangat lumayan. Daripada buat bayar denda mending buat beli jajan.
"Kalau di perpus kalian sukanya lama. Bisa-bisa aku pingsan disana."
"Kalau pingsan tinggal tarik keluar aja."
"Kalian pikir aku barang apa."
Selalu saja begini. Pasti Ayla akan banyak alasan kalau mau ke perpustakaan. Ayla emang tipe anak yang malas membaca tapi suka menonton.
'membaca itu membosankan mending nonton ada banyak hiburan,' motonya.
Berbeda dengan Nala dan Mega yang lebih suka membaca walau kadang sesekali menonton juga.
"Ay, kamu ke kantin aja sama Mega biar aku sendiri yang ke perpus," kata Nala.
Kalau dibiarin pasti mereka bakal berdebat lebih panjang lagi.
"Tapikan aku juga mau ke perpus," tolak Mega.
"Kalau begitu biar kamu sendirian yang ke kantin."
"Betul itu."
"Ngga mau. Nanti diliatin terus sama kakel centil itu."
"Terus kamu maunya gimana? Mau ke kantin sendiri apa ikut ke perpus dulu nanti baru ke kantin."
"Kalian lama ngga diperpusnya?"
"Ngga. Cuma mau balikin ini aja."
" Ngga pinjam lagi?" Tanya Ayla memastikan.
"Ngga. Yang satunya belum selesai dibaca kalau sudah kah baru aku pinjam lagi."
"Kalau Mega?"
"Ngga juga. Aku cuma mau perpanjang masa pinjam aja. Daripada kena denda."
"Janji ya!"
"Iya Ayla jadi orang bawel banget," kesal Mega.
"Oke. Aku ikut kalian ke perpustakaan dulu."
"Dari tadi gitu kek."
Akhirnya mereka menuju perpustakaan terlebih dahulu.
Saat hendak meletakan sepatu ke rak sepatu yang tersedia tapi ada seseorang yang sudah mendahuluinya. Penasaran dengan orangnya Nala mendongkak ke arah empunya sepatu,
Niat awal ingin marah. Namun begitu melihat siapa pemiliknya hasrat marahnya seketika lenyap begitu saja.
"Eh, Mas Ruli."
T.B.C
*****
Hayoloh Nala 🤭
Arigato gozaimas
Istrinya min Suga 😻
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Nala
Teenfikce'Seseorang yang ingin dicintai. Seniat itu, seingin itu, sebutuh itu.' ***** "Aishiteru senpai." Satu kalimat yang selalu terngiang-ngiang dalam kepala Nala. Namun, selalu tidak mampu untuk diucapkan secara nyata. Cover by : fii...