Prolog

137K 4.2K 67
                                    


Hhaaiii... Salam kenal*deepbow*. This is my first story. Cerita ini hanya fiktif belaka, ini murni imajinasi aku jadi maaf apabila ada kesamaan tokoh, judul, atau alur cerita karena aku ga sengaja.

Aku juga minta kritik dan saran yang membangun dari kalian, para readers yang baik hati;-) i hope you'll like this story.

Sorry for typo and EYD.

Thanks and happy reading^_^

***

North of London, 2002

Gadis kecil itu berlari sekuat tenaga, nafasnya yang terengah tak membuatnya urung memelankan laju kecepatan larinya. Angin meniup kencang rambut coklat muda itu dan menyebabkan sebagian mencuat keluar dari kepangannya. Terlihat mata hijau zamrud-nya meneteskan airmata kesedihan, namun gadis itu tak peduli. Bahkan ia tak menyadari bahwa saat itu ia berlari di tengah-tengah jalan raya Carnaby street yang menyebabkan banyak kendaraan mengerem mendadak dan menekan klakson berkali-kali. Tak juga ia hiraukan makian pejalan kaki yang merasa di tabraknya. Yang ada di pikirannya hanya dua kata. Rumah sakit. Ya, ia harus sampai di rumah sakit secepatnya. Jarak dari rumahnya ke St. Mary's hospital tidak terlalu jauh.

"Ibu, bertahanlah untukku." bisiknya lirih sambil terus berlari dan sesekali mengusap airmatanya. Betapa perih sekali hatinya jika ia mengingat kata Ibu. Hal yang membuatnya merasa takut, takut di tinggal pergi oleh Ibunya. Sudah lama Ibunya, Daniella Imary, di diagnosis mengidap penyakit jantung oleh Dr. Jason, Dokter ahli jantung di St. Mary's Hospital. Hal tersebut tak pelak membuat gadis itu sedih karena hanya seorang Ibu yang ia punya. Tak ada Ayah, Ibunya tak pernah memberitahu siapa Ayahnya. Bahkan selama ia hidup dengan Ibunya, Ayahnya pun tak pernah menunjukkan batang hidungnya. Seolah-olah Ayahnya memang tiada atau sudah meninggal.

Lelah menunggu penjelasan tentang sang Ayah, membuat gadis itu paham. Bahwa Ibunya tak mau menceritakan siapa Ayahnya. Tapi kerap kali ia melihat Ibunya selalu merenung di kamar sambil menyulam benang dan kemudian... Menangis. Menangis seorang diri tanpa ada siapapun tempat berbagi. Ingin rasanya saat itu ia menghampiri Ibunya dan memeluknya. Tapi ia tahu, Ibunya tidak ingin tangisnya di dengar. Terlihat dari caranya menahan tangis dengan menangkupkan tangan pada mulutnya dan hanya suara isak lirihnya saja yang terdengar. Bahunya yang langsing bergetar, seakan tak kuat menahan beban penderitaannya selama ini. Apa yang menyebabkan Ibunya menangis seperti itu? Kenapa? Tak bisakah Ibunya memberitahunya? Itulah kata yang ada di pikiran gadis kecil itu. Ingin ia menyuarakan isi hatinya, namun tak bisa. Ia pun tak kuasa memaksa Ibunya meski ia berhak mengetahui kebenarannya.

Tak beberapa lama kemudian akhirnya gadis itu sampai di gedung St. Mary's Hospital. Sambil melintasi koridor-koridor panjang rumah sakit tersebut, gadis itu menarik nafas dalam-dalam, mencoba menormalkan kerja paru-parunya yang terasa begitu menyesakkan. Airmatanya pun tak henti-hentinya membasahi pipinya yang memerah ketika ia berbisik lirih. "Ya Tuhan, sembuhkanlah Ibuku. Ku mohon."

Gadis kecil itu lalu memberanikan diri mendorong pintu ruang rawat di hadapannya dengan tangan gemetar. Seketika matanya langsung di suguhkan pemandangan tak asing yang selalu di lihatnya. Hanya bedanya, Ibunya terlihat semakin tua, semakin rapuh berbaring di tempat tidur putih itu. Seakan kesakitannya tiada pernah berhenti. Semua peralatan medis pun selalu menopangnya selama 6 bulan Beliau tak berdaya di ranjang kecil itu. Matanya semakin cekung, tubuhnya pun semakin kurus dari yang terakhir Ia lihat.

Ya tuhan, betapa pilu sekali hati gadis itu. Ingin Ia meredakan sakit yang diderita ibunya, malah Ia bersedia jika Ia yang sakit saja menggantikan Ibunya.

"Kau sudah datang? Mari kita keruanganku!" suara seorang pria membuyarkan lamunan sedihnya. Sejenak ia menoleh dan menganggukkan kepalanya pada pria yang tak lain adalah Dr. Jason. Dokter baik hati yang merawat Ibunya selama ini. Dokter itu nampak sedang memberi instruksi kepada seorang perawat kemudian berjalan ke ruangannya yang langsung di ikuti oleh gadis itu di belakangnya.

Eternal Sunshine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang