tiga

61 10 3
                                    

Jevan menyandarkan punggungnya pada dinding sambil memperhatikan orang-orang yang keluar satu persatu, mencari seseorang yang belum saja muncul sejak 15 menit yang lalu─ waktu perkiraan rapat bubar.

Suasana auditorium terlihat cukup ramai oleh para mahasiswa yang memakai name tag di leher mereka─ para panitia event Goes To Campus yang akan digelar pada beberapa hari ke depan. Sebab itu, Jena yang merupakan salah satu panitianya sangat sulit untuk ditemui. Ini adalah hari keenam Jevan tidak bertemu dengan Jena─ setelah pertemuan akhir mereka di coffee shop saat itu.

Jena mendadak tidak bisa membagi waktu diantara kuliah dan kepanitiaannya, bahkan gadis itu kerap kali jarang pulang ke kosan. Jena seolah-olah menjadi nomaden, kadang ia tidur di kontrakan temannya, kadang di ruang rapat, kadang di perpustakaan─ yang membuatnya rela harus diusir oleh petugas karena sistem waktu perpustakaan yang hanya beroperasi sampai jam 10 malam, atau bahkan ia tidak tidur sama sekali. Hal tersebut sontak membuat Jevan khawatir sebab Jevan tahu betul jika jam makan Jena akan terganggu ketika gadis itu terlalu sibuk. Dan Jevan tidak tahu siapakah yang akan memaksa Jena untuk makan selain dirinya─ sebab Tama dan Wendy tidak mengikuti kepanitiaan yang sama dengan Jena.

Maka dari itulah, Jevan berinisiatif untuk menemui gadis itu terlebih dahulu. Entah hanya sekedar untuk menanyakan kabar, atau untuk mengecek kondisi gadis itu. Setidaknya Jevan tahu bagaimana keadaan Jena, dan supaya hilang rasa khawatirnya itu.

Jevan mengeluarkan sebatang rokok dan pemantik dari saku celananya, hendak menyesapnya.

"Ga boleh ngerokok di kawasan kampus"

Jevan menoleh pada sumber suara dan menemukan seorang perempuan berambut pirang tengah menatapnya dengan senyum kecil.

"Oh sorry, lupa. Kirain disini udah gak termasuk wilayah kampus" jawab Jevan seadanya, memang ia tidak mengetahui sebab auditoriumnya sendiri terletak di luar kawasan kampus.

"Santai, becanda doang" ujar gadis itu terkekeh kecil.

Hening.

Tidak ada yang bersuara diantara mereka berdua. Sebab Jevan sendiri tidak mengenal siapa gadis tersebut jadi ia tidak harus repot-repot membangun konversasi diantara mereka.

"Nyari Jena ya?"

Jevan mengangguk sebagai jawaban.

"Ada kok di dalem, masuk aja. Tadi kayaknya masih ada kerjaan yang belum kelar"

"Emang gapapa?"

"Gapapa, ketua pelaksananya udah balik kok, emang udah waktunya bubaran sih"

Setelah mengucapkan terima kasih, Jevan pun masuk kedalam auditorium yang sudah cukup sepi, hanya tersisa beberapa orang saja. Matanya menangkap Jena yang terlihat sedang sibuk berbicara dengan panitia lainnya.

"Jena"

Jena pun berbalik ke belakang dan menemukan presensi Jevan disana, tengah berdiri sambil melemparkan senyum. Sontak Jena pun langsung menghampiri Jevan dengan sedikit tergesa-gesa.

"Jevan!" teriak Jena antusias, lalu merangkul pundak Jevan dengan kencang sehingga membuat pria itu sedikit tertunduk.

"Belom beres ya?" tanya Jevan sambil membenarkan rambut Jena yang sedikit berantakan.

"Udah kok, tadi lagi diskusi aja bentar"

"Mau pulang? Atau mau makan dulu?"

"Mau!!" ucap Jena senang entah karena apa. Membuat Jevan mau tidak mau juga ikutan tersenyum.

"Yaudah beres-beres dulu sana" suruh Jevan sambil mendorong badan Jena yang terlihat agak lesu namun anehnya wajahnya malah terlihat senang.

Jevan memperhatikan wajah panitia satu persatu, beberapa ada yang ia kenali namun ada juga yang terasa asing, mungkin mahasiswa dari fakultas lain, mengingat jika event ini merupakan event kampus dimana semua mahasiswa bebas untuk mendaftarkan diri menjadi panitia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

when the stars alignedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang