Sunday Of The Day

144 3 0
                                    

Drrr drrr drrr

"I can't event sleep at this weekend" That girl grab her phone, answer the call.

"Hi, how was your sleep girl?" Shock. Wanita itu melihat kearah nomor dan nama yang menelfonnya. 'Her' Kaget bukan main. Her bukanlah nama dari sang penelfon, tetapi wanita itu sudah bisa memastikan bahwa orang yang sedang menelfonnya ini sedang melakukan sesuatu yang diluar dugaannya.

"Good, and perfect if you don't call me. Stop call me for telling shit things"

Bib

Telfon itu ia matikan, waktu sudah menunjukan pukul 3 dini hari pada hari Minggu.

Wanita itu terbangun pada pukul 7 pagi, mengecek handphone nya yang sudah banyak pesan masuk, salah satu pesan menarik perhatiannya, itu pesan dari nomor yang tidak dikenal.

"Selamat pagi, saya Ardhito, adik dari Rhicard."
"Saya ingin bertanya tentang Rhicard. Dimana dia? Sudah satu malam ini ia tidak pulang, dan tidak seperti biasanya. Kalaupun ia tidak pulang, ia pasti mengabari kami atau salah satu dari kami."
"Tolong berkabar jika kamu mendapatkan kabarnya ya!"

Deg. Jantung wanita itu seakan jatuh dari tebing, badannya panas. Ia panik bukan kepalang padahal ia tidak melakukan apapun.

Ia beranjak dari kasurnya, berdiri lalu membasuh wajahnya. Ia turun ke-lantai satu rumahnya.

"Pagi non" Sapaan manis yang tiap hari pasti akan ia dengar dari pembantu rumahnya yang kerap ia panggil dengan sebutan 'bibi' wanita itu tidak membalas sapaan itu dengan kata-kata manis seperti biasanya. Mukanya pucat, ia sangat panik pagi itu. Berjalan dengan cepat dan mengambil kunci mobil dan jaket, tanpa berpamitan ia langsung pergi meninggalkan rumah sepagi itu.

Mobil itu melaju sangat kencang. Mobil itu membawa nya kerumah yang terlihat sangat megah, namun sangat sepi. Bahkan hawa disitu terasa sangat dingin, tidak seperti biasanya. Ia turun dari mobil itu, berlari kearah pintu yang sangat besar, tanpa mengetuk ia langsung memasuki rumah itu, rumah yang sangat besar dari tidak asing bagi nya.

"Well, finally i can see you again, sweetheart" Wanita berparas gagah lengkap dengan setelan jas hitam dan sarung tangan hitam menyapanya dari lantai dua rumah besar itu, ia menuruni anak tangga satu persatu, tanpa sekalipun melepaskan pandanganya dari wanita yang sedari tadi ia tunggu.

"Who's sending you a chat Maddison?" Seakan-akan tau apa yang membuat 'Maddison' sang perempuan yang terbangun dari tidurnya karena wanita didepannya.

"Apa lagi yang kamu lakuin? Kamu apain Rhicard?" Maddison menarik kerah jas yang wanita itu kenakan, ia tidak bisa menahan air mata nya sata itu. Ia menangis, sangat. Tatapan kecewa dari Maddison bisa wanita itu rasakan. Ia tidak pernah merasa bersalah selama ini, namun mengapa saat ini ia merasa sangat bersalah? Bersalah karna ia sudah membuat Maddison menangis seperti ini?

"Maddie, i'm not kill your Richie. I just want you to know something, I can't see you in pain again." Wanita didepannya itu menggandeng tangannya, membawanya kedalam ruangan yang lagi-lagi tidak terasa asing bagi Maddison sendiri. Ruangan itu adalah saksi bisu dimana dulu wanita didepannya memakaikan ia gaun hitam yang sampai sekarang masih ia simpan didalam lemarinya, dan semua kenangan indah yang dulu pernah ia jalin bersama wanita didepannya.

Wanita itu memutar vidio, vidio itu berdurasi 4 menit, namun sanggup membuat tangisan Maddison pecah. Ia lemas, ia menangis sejadi-jadi nya. Ia tidak tahu harus menyalahkan siapa.

Wanita itu jongkok didepan Maddison yang sedang menangis sembari menutupi wajahnya. "Maddie, stop crying, I can't see you like this" Wanita didepannya itu menangis, mata nya memerah.

Pelukan hangat yang memeluk tubuh Maddison sama seperti saat terakhir kali wanita didepannya memeluk tubuhnya. Ia menangis sejadi-jadinya dipundak itu.

"Maddie, maaf. Aku gamau lihat kamu terus-terusan nangis karna dia, I trying make you happy in my own way. Aku gaapa apain dia, dia ada dibasement, dia rindu kamu katanya. Kita kesana?" Maddison mengangguk tanda bahwa ia meng-iyakan ajakan itu.

Kini mereka berada dibasement. Benar saja, disitu ada laki-laki yang duduk dengan tangan yang diikat menggunakan tali dan wajah yang penuh memar. Maddison lari kearah lelaki itu, menangis dihadapannya dan membuka tali yang mengikat tangan lelaki itu. Ia memeluknya. Rhicard berdiri dari kursi itu dengan tubuh yang lemah.

"SIAPA LO ANJING, MAJU LO SINI" Bentak seorang Rhicard mampu membuat satu basement itu penuh hanya dengan suara teriakannya. Wanita itu hanya tertawa, dan maju langkah demi langkah. Tubuh nya tetap tegak, ia adalah wanita yang sangat berwibawa yang pernah Maddison temui.

"BERANI LO SAKITIN MADDISON MATI LO ANJING" Tanpa aba-aba Rhicard langsung memukul perut wanita itu. Tangan Rhicard langsung digenggam kuat oleh Maddison. Bagaimana tidak, mau bagaimanapun itu, wanita didepannya itu adalah wanita yang sanagt berpengaruh didalam hidupnya.

"Rhicard, stop."
"KAMU APA APAANSIH MAD? KOK MALAH BELAIN DIA? KAMU DIANCAM APA SAMA DIA? MANUSIA KAYA DIA HARUS DIKASIH PELAJARAN, GABISA DIDIAMIN TERUS"

"Mau bagaimanapun kamu mencoba untuk menyakiti saya, kamu tidak akan pernah menemuka cela sedikitpun, Rhicard. Saya akan melepaskan kamu, tapi ingat, sekeras apapun usaha kamu untuk menangkap saya semuanya akan sia-sia. Jadi, lebih baik kamu diam daripada kamu harus mati kan? Atau kamu mau Maddison yang duluan? Saya bisa melakukan apapun sesuka saya" Kalimat balasan itu mampu membuat suasana dibasement itu menjadi hening. Bukan hanya Rhicard yang takut, namun tampak wajah takut dari Maddison. Ia sudah bertemu wanita itu selama 9 tahun, namun ini kali pertama wanita itu berani mengancamnya.

"Ikut saya, mari bicara. Maddie, kamu disini saja" Maddison mengangguk. Mereka berdua jalan keluar dari basement itu. Maddison hanya sendiri disitu.

Ia mengelilingi basement itu, basement itu tampak rapih dan besar. Tidak terlalu gelap, mubgkin ini adalah basement ter-rapih yang pernah Maddison lihat. "What the fuck is this.." Maddison tiba disalah satu ruangan yang tertutup. Ia melihat banyaknya foto-foto nya dengan lelaki yang dulu pernah menjadi pasangannya.

Maddison keluar dari basement itu, disitu tidak ada lagi Rhicard, entah apa yang wanita itu lakukan namun bisa ia pastikan bahwa Rhicard keluar dengan kehadaan hidup namun dapat ia pastikan Rhicard tidak akan pernah menghubunginya lagi, untuk selamanya bahkan.

"Ayo pulang Maddie, it's enough."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

404; ObsessionWhere stories live. Discover now