Mentari mulai memancarkan harapan yang kadang tak selalu sesuai dengan kenyataan. Setelah berkali-kali pergantian aku mulai belajar menghargai setiap momen dan keberadaan seseorang.
Meskipun jaman serba Digital ini,Jarak bukan masalah selagi kejujuran selalu ada dalam diri. Jika ingin tatap muka, bisa "video call" via aplikasi whatsApp, jika ingin peluk bisa tempuh jarak itu untuk sebuah temu hingga saling genggam tangan dan menceritakan rencana tapi jika dipisahkan waktu bagaimana?
Aku selalu rindu bertualang, menyusuri setiap kota demi sebuah peristiwa,pengalaman wawasan,sejarah,tanpa sengaja bertemu kesedihanku sendiri. Tersadar bahwa dipisahkan oleh waktu adalah yang paling menyakitkan sebab jika terlewat tidak ada yang bisa dilakukan selain berdoa untuk kebaikan dan terus melangkah. Memang, setelah melalui beberapa proses yang membuat manusia menjadi lebih tangguh tapi tetap tak ada yang bisa dilakukan untuk mengubahnya, sang waktu berkuasa ditiap pergantian.
Aku sering berkendara diterangi bintang terbesar Bimasakti, semua titik terlihat sangat jelas yang membuatku berkhayal tiba dalam tujuan. Kenyataannya kulitku panas seperti terbakar, kepalaku pusing badanku dipenuhi keringat,pandanganku pudar tentang jalanan, iya nyatanya yang aku anggap cerah dan cantik malah memberikan terik dan rasa sakit.
Aku menepi dan terdiam sampai Senja menyelimuti hari, juga ragaku. memanjakan mata,manis dan tidak membosankan, cantik tanpa terik, hangat tanpa membakar,seolah hadir menyembuhkan Namun, hanya sekejap. Langit senja yang begitu tentram berganti menjadi temaram.
Aku menatap gemerlap yang samar-samar diterangi lampu kota dipinggir Pulau Jawa, tidak betah duduk diam diruangan AC yang didalamnya terdapat tulisan "Dilarang Merokok", ah bagiku ini seperti larangan bernafas, mulai gelisah akhirnya berjalan keluar untuk menatap lautan lepas berharap yang terlewat akan segera terlupakan.
Merasakan angin lautan waktu dini hari adalah ide yang bodoh, Dadaku sesak, api rokok melayang tak karuan, rindu terbang kemana-mana, kenangan demi kenangan menghampiri kepalaku memaksa masuk dengan menusuk, menyakitkan hingga mataku panas, pipiku dipenuhi air mata. Kenyataan kadang tak seindah yang dibayangkan, pada akhirnya rindu itu berhasil menembus batas ruang dan waktu menghampiri dan menamparku dengan sangat keras.
Terlihat pancaran cahaya lampu-lampu kota,kapal sudah tiba ditujuan dan akan segera bersandar di pelabuhan, sementara aku bergegas menuju ke mobil untuk memanaskan mesin dan kembali mengemudi untuk menembus jarak. Perlahan mentari kembali terbit dengan harapan dan hari baru, walaupun aku memulainya dengan injak pedal tarik perseneling. Keindahan "sunrise" tetap menemani untuk menghilangkan jenuh dengan memancarkan magisnya tapi tetap saja senja yang kemarin masih terlihat jelas dalam kepalaku.
Dunia bekerja dengan semestinya, hal-hal berarti selalu terjadi disetiap perputaran dengan kesadaran akan proses dan konsistensi akan dihadiahi pencapaian. Inilah tentang waktu, yang selalu memberi kejutan seperti bahagia dan kesedihan, kepuasan dan kekecewaan, marah dan sabar, khilaf dan kesadaran,persis seperti tumbuh kembang manusia.
Akhirnya Aku mulai sedikit memahami cara kerja semesta, bintang-bintang dilangit hanya bisa ditatap bukan digenggam, seperti senja kemarin,hanya boleh dikenang dan cukup disimpan sendiri meskipun melukai dari dalam,aku Ikhlas.Langit malam indah bertabur bintang, cantik dan manis dilihat dari kejauhan, kita semua menyebutnya "Milky ways"
KAMU SEDANG MEMBACA
Milky Ways
RomanceBumi terus mengitari Bintang Terbesarnya, Gelap dan Terang bergantian memijarkan hikmahnya hingga tibalah di waktu sekarang saat aku baru memulai kehidupan, bergandeng ria dengan kenyataan bahwa perjalanan hidup tidak seperti Milky ways.