belas kasihan

5 1 0
                                    

Hayyo, part kemarin gimana?? Jangan sedih dan marah dulu, gak tahu juga kan part ini lebih menegangkan. Gaje yya? Okei, no basa basi. Lets go, selamat membaca~

KUTURA, KUTUSEN.

Malam ini terasa sangat panjang bagi Arya, dia selalu terbangun setiap jam. Entah karena apa, tetapi dia mulai resah dan sedikit kurang aman di apartemen itu. Dia selalu saja mendengar suara teriakan itu dan bayangan bayangan mereka membuat dia merasa lebih takut. Dia meringkuk di pojok kamarnya, dan dia memohon ampun. Jam menunjukan pukul 3 pagi, tetapi dia masih terjaga pada malam itu. Tiba tiba bel kamar apartemennya berbunyi sangat nyaring, membuat Arya terkejut. Saat dia mengabaikan suara itu, tetapi bel itu berbunyi lagi dan lagi. Membuat Arya memberanikan diri melihat layar tab kecil, saat dia membuka tab itu. Dia terkejut melihat Papa dan Papinya disana, dia buru buru membuka kan kamarnya. Dia nampak berantakan, rambut basah kuyup, pakaian hanya kemeja tetapi kancing atas terbuka, dan celana panjang miliknya, dengan wajah nya sangat sangat memperhatikan. Kondisi nya membuat mereka sangat terkejut, lalu Arya memeluk kedua orang tuanya.

"Kamu kenapa, Ar? Kok bisa gini? Siapa yang melakukan ini kepadamu? Astaga anaknya papi. Nanti kamu sakit sayang." Oceh Birlen, membuat Arya menggelengkan kepalanya cepat. Dia tidak mau bercerita, saat ini hanya ingin di dekapan Kedua orang kesayangannya. "Bawa masuk dulu saja, Bir. Gak enak disini." Ucap Briel, membuat mereka memasuki kamar Arya. Melihat kamar Arya sangat berantakan, dan bahkan mereka melihat lampu kamar mandi menyala dengan air mengalir tanpa dimatikan.

Mereka melihat satu sama lain, dan saling menganggukkan kepalanya. Sepertinya Mereka mengetahui apa yang terjadi terhadap anaknya, Briel pun mematikan dan membersihkan kamarnya. Di sisi lain, Birlen melihat Arya kembali meringkuk di pojok kamarnya itu. Birlen melihat itu sangat kasihan terhadap anaknya, sudah 12 tahun berlalu kejadian itu sangat membekas terhadap keluarganya dan lebih parah terhadap Anaknya yaitu Arya. Birlen mendekati Arya, dia memegang kepalanya membuat anaknya mendongak. Dan secara tiba tiba Arya histeris lagi, dia berteriak keras dan memohon ampun. Membuat Briel yang membersihkan kamarnya terkejut, dan mendekatinya. "Dia kenapa, Bir?" Tanya Briel, wajahnya nampak terkejut. Dia hanya mengetahui kejadian itu tidak membuat dia meminta ampun seperti ini, paling dia hanya melukai dirinya. Dan apa ada hal lain yang disembunyikan oleh anaknya itu?

Birlen dan Briel membuat Arya tenang, sangat susah mereka melihat anaknya kembali tidur subuh tadi. Mereka ingin mencari informasi lebih terhadap anaknya, "Birlen, saya mau tanya sama kamu. Bisa?" Tanya Briel, Birlen mengangguk saja. Dan mengikuti suaminya di balkon kamar anaknya, "Bir, apa kamu masih berpikiran kalau Arya adalah orang yang menghilangkan nyawa Angga?" Tanya Briel, membuat Birlen terkejut dan menatap suaminya dengan sedikit iba. "Khun, aku gak pernah mikir kalau Arya hilangin Angga. Waktu itu, hanya sedikit frustasi karena kita kehilangan Angga dan aku kehilangan janin. Tetapi, itu bukan salah Arya. Aku gak mungkin membuat Arya tumbuh dengan rasa bersalahnya selama 12 tahun ini." Ucap Birlen, dengan sedikit mengeluarkan isakan sedikit. Dan Briel pun langsung memeluk istrinya, seharusnya tidak menyidangnya.

Malam itu sangat menyakitkan untuk di ingat kembali, hari sudah berganti. Ospek sudah berlalu, kini para ospek sudah melewati 3 hari yang sangat melelahkan. Akan tetapi, bagi Arya ini adalah Awal bencana baginya. Bagaimana tidak, dia selalu mendapat jadwal yang sama terhadap Arga. Arya selalu memilih jadwal Siang, dia tidak mau mengambil jadwal malam karena akan terlalu susah dan malas jika malam malam belajar. Sampai sudah tak terasa sudah memasuki semester 3, kini mereka menjadi senior. Hari itu, Arya berangkat seperti biasa. Saat dia memasuki kelas ada notif dari grup baru di handphonenya, dia sedikit heran grup apa ini?

Dimohon, nama yang tertera di bawah nanti setelah selesai jam kampus. Bisa ke ruang pertemuan untuk membahas ospek selanjutnya. Kalian saya pilih untuk menjadi panitia yang membantu senior lain, ini pemilihan votting. Protes? Sini, ke dekan bersama saya. Tertanda Galang Angkatan 20.

Setelah membaca dengan cermat, Arya kaget kenapa dia yang dipilih. Dan Arga kenapa dipilih juga? Dia tidak ambil pusing, dia langsung memasukan handphone dan fokus kepada pelajaran. Saat sudah jam pelajaran selesai, dosen mengajar pun pergi. Membuat semua orang langsung ketempat ruang pertemuan yang sudah dipilih tentunya, saat mereka berkumpul di ruangan itu. Arga melihat Arya berdiri tak jauh darinya, dia melihat Arya tak berubah tetapi dia heran kenapa dia selalu terlihat sendiri. Apa dia gak punya teman? Arga pun acuh tak acuh, toh gak gunanya juga. Dia sudah merasa kasihan terhadapnya. Setelah rapat selesai, ternyata memakan banyak waktu. Membuat hari yang tadinya panas, sekarang menjadi gelap. Semua pun bubar dan kembali ke rumah masing masing, tak lupa juga Arya yang sedang di halte bus depan kampus yang sedang menunggu bus.

Saat Arya asik menunggu, tiba tiba Arga datang dengan motor meticnya itu. Membuat Arya was was, tetapi dengan raut wajahnya dia sedang cuek. Arga melepaskan helemnya, dan melihat Arya dengan sedikit tidak membuat ekspresi. Dia turun dari motornya, tanpa permisi dia menarik kasar seperti biasa dengan sifatnya itu. Membuat sontak, menepis kasar tangannya. "Bisa tidak, tidak perlu dengan kekerasan? Saya bukan hewan yang anda bawa kemana mana!" Ucap tegas Arya, melihat itu Arga langsung menariknya lagi. "Ayo, gua antar pulang. Anggap aja ini uacapan minta maaf gua dan jam segini bus gak bakal datang." Ucap Arga, lagi dan lagi Arya menepisnya. Membuat Arga muak dan kesal, "Lu bisa gak, jangan keras kepala. Gua hanya peduli dengan lu, gua hanya ngerasa kasihan sama lu. Udah penyakitan, gak punya temen. Katanya keluarga lu kaya." Sindir Arga, membuat Arya sontak menampar pipinya.

"Anda emang dari awal sudah tidak peduli dengan keadaan orang, anda hanya bersifat kasar untuk populer. Jika emang ingin peduli tentang seseorang, lakukan lah kepada diri anda sendiri. Saya yang merasa kasihan dengan anda, tidak peduli jika anda menghina saya. Tetapi, jangan menghina keluarga saya. Saya sudah muak dengan muka anda. Paham?" Ucap panjang lebar Arya, dia sudah muak. Dan dia merasa lega atas semua unek uneknya itu. Arga yang melihat Arya pergi dari sana, dia langsung menendang motornya keras tetapi tidak jatuh motornya. Dia merasa kesal, dia sangat berani dengannya. "Awas aja lu, Arya. Gua bakal lepas lu." Batin dia.













Hayyoo??? Gimana giamana...





Jangan lupa vote, komen, dan share

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KUTURA,KUTUSEN!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang