• H E I M A T

52 11 0
                                    

──────────────────────
heimat
(n.) a place that you can call home; a sense of belongingess, acceptance, safe, and connection to homeland.

──────────────────────

──────────────────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────────────────

"Kau yakin ingin pergi ke Okinawa?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh pemuda pemilik surai hitam itu sama sekali tidak mendapat jawaban. Yang ditanya diam, sibuk mengemas barang-barangnya. Seolah berusaha untuk menganggap bahwa eksistensi si pemuda tak ada.

"Namikaze Minori."

Mengeluarkan decakan sembari memutar mata. Gadis sembilan belas tahun itu lantas menatap kesal sosok yang ada di sampingnya. "Apa, sih? Berhentilah mengoceh, Itami," ketusnya, kemudian kembali menyibukkan diri.

Yang dipanggil 'Itami' menghela napas. Sahabatnya itu memang susah sekali diajak bekerja sama bila sudah membuat keputusan. Biasanya ia tidak akan keberatan, sebab si gadis orangnya rasional. Namun, kali ini beda ceritanya.

"Kau hanya akan semakin menyakiti dirimu sendiri, Minori. Lebih baik tidak usah ke sana. Sembuhkanlah dirimu di sini, di Tokyo," ujar Itami. Masih berusaha untuk membujuk si gadis. Ia seketika menyesali perkataannya begitu tatapan sedingin es didapatnya sebagai balasan.

"Aku tidak meminta opinimu."

Pemuda bermarga Uchiha itu lagi-lagi hanya bisa menghela napasnya. Tatapannya menyendu melihat lingkaran hitam yang menghiasi kedua mata pemilik netra samudera. Itami yakin seratus satu persen, bahwa si gadis pirang masih terus berusaha untuk membuat dirinya sendiri sibuk agar kesedihan yang ia rasakan berlalu. Namun, dua tahun kini sudah berlalu, dan sepertinya cara itu sama sekali tidak ampuh. Malah sepertinya, kesedihan itu semakin membuatnya jatuh.

Keduanya kini sama-sama terdiam, membiarkan hiruk-pikuk kota mengisi keheningan yang datang. Si pemuda masih setia memperhatikan setiap gerakan si gadis yang sepertinya akan segera mengakhiri aktivitasnya. Netra hitamnya sontak melebar, tatkala melihat bagaimana air mulai menetes dengan cepatnya, membentuk sungai kecil yang membasahi kedua pipi si gadis pirang. Itami terlalu terkejut untuk mengeluarkan barang sepatah kata. Pasalnya, ia tidak terbiasa melihat pemandangan sang hawa yang begitu terluka.

Minori adalah gadis yang kuat. Ia tidak pernah mengeluarkan air mata meski berada di saat terberat. Lantas, mengapa kali ini berbeda?

"Aku hanya ingin menepati janjiku untuk membawa Kakak pulang ...."

· ─────── ·· ─────── ·

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CITY | NAMIKAZE MINATOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang