Di suatu Jumat Malam Waktu sudah menunjukan Pukul 21.00, Thomas seorang pegawai menengah di salah satu kantor akuntan Publik masih berkutat dengan beberapa Dokumen yang telah ia periksa. Di depannya masih terbuka laptop yang menampilkan tulisan tentang laporan akhir salah satu klien dari perusahaannya. Laporan tersebut harus ia selesaikan malam itu Juga karena hari Senin akan ia presentasikan kepada seluruh Tim dan Atasannya, tiada siapa-siapa lagi di kantornya, Thomas benar-benar satu-satunya penghuni yang tertinggal. Untungnya laporan itu sudah rampung dikerjakan, Jam di dinding menunjukan pukul 21.18 ketika Thomas meng-klik Icon Send pada Microsoft Outlooknya, Draft Laporan akhir telah ia kirimkan kepada seluruh anggota Tim dan atasannya.
Tetiba rasa mulas menyerang Thomas, hal itu dikarenakan begitu banyaknya Susu yang ia Minum hari ini dan perutnya hanya kemasukan sepotong Roti dari Pagi hari. Sudah menjadi kebiasaannya apabila dikejar deadline maka ia tidak akan makan siang dan malam serta hanya mengandalkan Susu Cair Full Cream sebagai asupan. "ggrrrhhh...." suara dari perut Thomas yang penuh dengan Angin, Thomas segera bergegas menuju Kamar Mandi untuk menuntaskan hajatnya. Tak banyak isi perutnya yang terbuang karena hanya terisi Sepotong roti saja sedari pagi, hanya hembusan angin dari lubang anusnya disertai cairan sisa Susu yang keluar, ini sudah kedua kalinya hari itu, Thomas menyadari bahwa perutnya harus diisi dan ia sudah membayangkan Nasi Goreng langganannya yang akan dia tuju nanti ketika sampai di Rumah Orang Tuanya. Rumah Orang Tua Thomas berada di salah satu wiliyah di luar kota Jakarta, Ia tinggal di Jakarta di salah satu Rumah Kos di kawasan Bisnis Kota Jakarta agar tidak terlalu jauh dari kantornya, oleh karena itu Thomas berencana akan meminum Obat Lambung untuk meredakan angin didalam perutnya sebelum perjalanan pulangnya yang akan menempuh waktu cukup lama.
Thomas berdiri di depan cermin setelah membasuh tangannya di wastafel. Thomas berkulit putih dengan rambut berwarna kemerahan, ia sengaja mengecat rambutnya karena sudah muncul uban diakibatkan faktor genetis di keluarga. Umur Thomas masih 27 Tahun dengan tinggi 168 cm dan berat 59 kg, cukup kecil dan imut untuk ukuran laki-laki, ditambah lagi wajah Thomas yang berahang lancip dan berhidung mancung menjadi parasnya lebih cenderung cantik daripada tampan, ditambah lagi ia membiarkan rambutnya memanjang hingga sebahu menjadikan Thomas lebih terlihat feminin. Thomas melepas karet rambut yang seharian mengikat rambutnya agar rapih, kemudian dia menurunkan lengan kemeja putih bergaris biru namun tidak mengancingkan kembali pergelangan kemejanya. Ia membenarkan celana kain potongan hipster dan mengencangkan ikat pinggangnya. Beberapa saat Thomas memandangi wajahnya yang klimis tanpa kumis dan janggut di cermin dan mulai sedikit mengacak-acak rambutnya yang sudah tergerai dan kemudian dia keluar dari toilet untuk kembali ke meja kerjanya.
Thomas segera membereskan seluruh dokumen-dokumen yang cukup berserakan di atas mejanya, menutup laptop dan menggulung chargernya serta memasukannya kedalam tas postman-bag berwarna coklat miliknya. Tak lupa sebelum meninggalkan meja kerja, Thomas meraih Obat Lambung dari laci mejanya dan meminum obat itu dengan Air dari Mug bergambar Strawberry favoritnya. Thomas berjalan ke arah luar kantor dan tak lupa mematikan saklar Utama serta menutup pintu kaca, ketika berada di depan lift Thomas meraih Handphone dari saku celananya dan mulai memesan Taksi Online, "Ding" suara pintu lift terbuka dan Thomas melangkah masuk ke dalam Lift. Dalam perjalanannya menuju keluar Salah satu Area Gedung di Pusat Kota Jakarta, Thomas bertemu dengan Pak Wito yaitu salah satu security yang ia kenal cukup Baik, "Lembur lagi mas Thomas" ujar pak Wito menyapa. "Ia Pak, kejar setoran!" Balas Thomas sambil tersenyum, "Lho kok Pak Wito jaga lagi dan shift malam?" tanya Thomas melanjutkan pembicaraan. "Tukeran Shift Mas Thomas, Besok saya Jatahnya off, dan minggu saya mau lanjut off karena Mau Pulang Kampung ke Pemalang, hehehe" Balas Pak Wito lagi sambil terkekeh. "Wah asik nih ketemu Anak Istri" Balas Thomas Lagi, "Ini Pak Titip Buat anak" Seraya Thomas menyelipkan Uang berwarna merah di saku baju Pak Wito. "Wah repot repot amat mas" Ujar pak Wito. "Gak pa pa Pak, titip buat anak, saya Pulang dulu ya" Balas Thomas lagi sambil berlalu meninggalkan Pak Wito.
Tubuh Thomas terasa lelah karena hampir seminggu ini dia selalu pulang Malam, di Trotoar tepi jalan Ia berharap Taksi Online Jemputannya segera tiba. Thomas melirik ke Hapenya dan melihat ke Aplikasi Taksi Online, tertulis nama Jerry-Toyota Sienta-F XXXX LOP, Wajah pengemudi kendaraan adalah lelaki dengan kisaran umur 50 Tahun ke atas. Tak lama kemudian mobil berwarna cokelat yang dimaksud telah muncul dari kejauhan. Mobil itu berhenti tepat di depan Thomas, Thomas membuka slidding door dan segera bergegas masuk ke dalamnya. Tak Jauh dari mobil itu berhenti, di pos Security Pak Wito memandangi dari Kejauhan dan Mencatat Pelat Nomor Kendaraan tersebut, hal itu merupakan kebiasaan rutinnya apabila dia melihat ada karyawan gedung yang pulang malam dan dijemput kendaraan di tepi Jalan. Insting Pak Wito sebagai security senior yang mendorongnya melakukan hal tersebut, karena ia tahu betul kejahatan yang mungkin terjadi di Kota Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Tumpangan
General FictionSemua yang terjadi dalam cerita ini hanyalah fiksi belaka. Bercerita tentang Thomas yang mengalami perampokan, penculikan dan pelecehan seksual hanya karena salah memilih taksi Online