Mengetahui

16 3 0
                                    

Karina Adira, divonis terkena kanker darah tepatnya dari 2 tahun yang lalu. Ia merasa sangat terpukul karena hal itu, sejak mengetahuinya ia seakan sudah tidak punya semangat hidup dan merasa semua sia sia saja jika pada akhirnya akan mati juga.

Sebaliknya, berbeda dengan prinsip Karina. Abizar Bahi cowok pengidap penyakit kanker jantung yang telah berjalan 20 tahun. Ya, Abizar mengidap penyakit kanker dari kecil, tepat saat dirinya dikeluarkan dari rahim sang ibu. Dokter menemukan adanya tumor kecil yang telah menempel di jantungnya. Dulu semasa ia kecil, memang tidak terlihat efeknya. Namun, karena terlalu lama tumor itu dibiarkan. Semakin dirinya dewasa semakin besar pula tumor pada jantung nya itu.

Tetapi  hal itu tidak membuat semangat hidup Abizar pudar, sebaliknya ia malah sangat bersemangat untuk menjalani hidup. Ia tahu kesembuhan yang ia inginkan adalah hal bodoh yang mustahil terjadi. Dan Abizar merasa setidaknya ia harus membuat kenangan yang sangat banyak sebelum akhirnya ia pergi dari dunia ini.

 
Kamis, 3 Februari 20XX

“Karina, makan dulu sayang” panggil wanita paruh baya. Ibu dari Karina Adira.

“Males bundaa, percuma makan ntar juga mati” ucap Karina dengan nada muak. Meski sudah diberi semangat oleh orangtuanya, karina seakan-akan tetap teguh dengan prinsip hidupnya itu. Ia sudah tidak bersemangat.

Dyara yang mendengar hal itu, hanya bisa terdiam membisu. Tidak tahu bagaimana lagi cara untuk menyemangati putri satu-satunya itu. Jujur. sebagai ibu, Dyara juga sedih mendengar bahwa putrinya mengidap penyakit yang begitu menggenaskan. Ia takut, karena hanya Karina lah yang ia punya sekarang.

Dyara mengambil handphone dan mencari kontak dengan nama ‘Bizar’. Lalu ia menelpon dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

“Assalamualaikum” terdengar suara berat milik Abizar ditelepon Dyara.

“wa’alaikumussalam..” ucap Dyra membalas salam.

“Ada apa ya tan? Saya kaget..engga biasanya tante menelpon” tanya Abizar heran

“Maaf sebelumnya Bizar..tante..gatau harus pake cara apalagi biar Karina semangat. Ini..tante udah bikin makanan kesukaannya dia. Tapi tetep aja dia engga mau makan. Bizar mau engga, bantu tante biar Karina semangat lagi?”
ucap Dyra sedikit memohon. Berharap sahabat anaknya itu bisa menolongnya.

“Karina engga mau makan lagi?” tanya Abizar memastikan

“iya, tolong ya Bizar.. tante gatau lagi harus gimana”

“Yaudah tante, Abizar otw sekarang” balas Abizar dengan sopan

“Iya, makasih ya Bizar. Hati-hati dijalan”

“Sama-sama tante, kalo gitu. Bizar tutup ya teleponnya? Assalamu’alaikum”

“iya..Wa’alaikumussalam” jawab Dyara mengakhiri panggilan.

Tak lebih dari 20 menit, Abizar pun sampai dirumah Karina. Jarak dari rumah Abizar ke rumah Karina tidak terlalu jauh. Apalagi saat kecil, rumah mereka persis berdampingan. Hanya saja, dikarenakan bisnis ayah Abizar di daerah luar. Akhirnya Abizar pindah rumah yang itupun tidak sejauh sampai keluar kota.

Tok,tok,tok

“Assalamualaikum” ucap Abizar setelah sampai dan mengetuk pintu rumah Karina yang langsung disambut oleh Dyara dari dalam

“Waalaikumussalam, eh udh sampai lagi ternyata” jawab Dyara

“Iya tante, memang jaraknya juga gak terlalu jauh kok” balas Abizar sembari menyalimi tangan Dyara.

Tidak usah ditanya, hal itu sudah menjadi kebiasaan Abizar sedari kecil. Orang tuanya mengajarkan. Bahwa jika Abizar bertemu dengan orang yang lebih tua, ia harus menyalimi orang itu agar mendapat ridho apa yang akan atau sudah ia lakukan. Bahkan, waktu kecil ia pernah menyalimi semua orang tua yang ia temui dijalan! Dan berakhir lelah.

Dyara hanya mengangguk sebagai artian ia mengerti. “yaudah, yuk masuk! Karina nya ada dikamar. Kamu tunggu aja di ruang tamu, biar tante panggilin karina”.

“Iya tante” balas Abizar sambil mengangguk dan berjalan menuju sofa diruang tamu

Abizar mendaratkan pantatnya di sofa empuk itu dan membuka jaket yang ia kenakan dari rumah lalu menyimpannya diatas pinggiran sofa. Tak lama kemudian Karina datang dan langsung duduk di sebelah kanan Abizar.

Karina tidak terlalu menyambut baik kedatangan Abizar. Ia hanya duduk disebelahnya tanpa ekspresi apapun, karen Karina tahu apa yang akan Abizar lakukan disini, ia pasti ingin menghiburnya kan? Atau merayunya lagi agar bisa makan? Hah..itu sangat terlihat dari raut wajahnya yang menyebalkan.

“Eh Kar,”

“Ngapain kesini?” tak sempat Abizar menyelesaikan ucapannya tapi gadis itu sudah terlebih dahulu memotong pembicaraan yang sudah ia tebak akan seperti apa.

Abizar hanya bisa menghela nafas atas perilaku Karina terhadap dirinya. Namun, Abizar mengerti apa yang dirasakan oleh Karina, ia pernah berada di posisi yang sama. Jadi ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan. “Makan kar..kasian bunda kamu, kalo kamu kaya gini terus kapan sembuhnya?” ucap Abizar lembut

“heh, sembuh? Lo tau apa zar?” balas Karina meremehkan. Ia merasa bahwa Abizar tidak pernah mengerti apa yang ia rasakan.

“Justru itu aku kesini, ya karna aku tau. Aku ngerti kar..Aku pernah di posisi kamu. Tapi kamu gabisa kaya gini terus, kamu harus makan biar tubuh kamu ada asupan dan ga lemes. Masalah sembuh apa engga itu urusan Allah. Yang harus kita lakuin sekarang adalah ikhtiar. Gimana mau sembuh kalo kamu nya aja gak berusaha? Ya kan?”

Mendengar itu, Karina hanya bisa bungkam. Tidak merespon apapun mungkin ia sedang kalah telak? Yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah dan menuruti apa yang Abizar katakan tadi. Lagian tidak ada salahnya untuk mencoba?
Walau karina tau apa yang akan Abizar lakukan jika dirinya sedang seperti ini, tapi lagi dan lagi ia selalu luluh terhadap apa yang Abizar katakan. Entah mengapa, jika ada Abizar di dekatnya, ia merasa berfikir dua kali lagi akan prinsipnya.  

Setelah Dyara mendengar apa yang baru saja Abizar katakan pada Karina, ia merasa tenang. Ia sangat bersyukur mempunyai Abizar untuk putrinya itu. Lalu Dyara segera meletakan nampan ke atas meja yang diatasnya adalah sepiring nasi berserta lauknya dan juga susu putih. “Nah, ini udah bunda siapin. Dimakan ya sayang, bunda ke dapur dulu” ucap Dyara setelah meletakan nampan tersebut dan mengecup hangat kening Karina.

“Tante nitip Karina ya!” ucapnya pelan pada abizar dan meninggalkan ruang tamu.

Melihatnya, Abizar tersenyum dan mengangguk dengan sopan. “Tuh udah ada makanannya, dimakan ya. Atau mau disuapin?” tanya Abizar mencairkan suasana

“Apasih, engga usah. Gue bisa sendiri” Balas karina sedikit tertawa dan mengambil piring diatas nampan itu. Yah..setidaknya ia bersyukur punya Abizar, cukup berguna untuk menambah nafsu makan. Hahah!

“Aku menyesal mengetahuinya, tapi akan lebih menyesal jika aku baru mengetahuinya”

 
 

Yeee...maaf ya dikit dulu mweheheheh

Sangat minta kritik dan saran! ➡️➡️

Makasih udh baca♡

SADNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang