Sudah bertahun-tahun lamanya sejak penyegelan Babylonia. Meski demikian, Enki tetap tidak bisa berhenti memikirkan tentang semua yang telah ia tinggalkan. Meski sudah berabad-abad, rasanya seperti baru kemaren dia berjuang disisi para Dewa lainnya. Enki memang Dewa, tapi dia bukan tidak berperasaan. Rasanya sangat hampa, sendiri di tempat yang tidak dia ketahui. Menonton kehidupan manusia di Overworld. Melihat orang-orang kehilangan dan saling menemukan.
"Sudah berapa lama aku tidak merasakan kebahagiaan saat bertemu dengan temanku?" Tanya Dewa itu kepada dirinya sendiri.
Tidak jarang Enki mempertanyakan tujuan dari eksistansinya di Overworld. Berpura-pura menjadi manusia, menggunakan nama palsu, menjalani kehidupan "normal" mereka.
Dia tidak mengekspetasikan sebuah petualangan seperti yang dia alami di Babylonia. Dia bahkan siap untuk menjalani kehidupan immortal yang hampar di Overworld. Tanpa dia sadari, hanya butuh 1 manusia untuk merubah itu semua.
Langit sudah gelap, niat awal Dewa itu hanya sekedar berjalan-jalan. Ketika dia bertemu ular yang mencoba menyerangnya, dia hanya memastikan tidak ada manusia disekitarnya.
"ṣēru lemnu." Bisik Enki sebelum menggunakan sihirnya untuk membunuh hewan itu. Tanpa ia sadari, ada seorang anak yang melihatnya tidak jauh dari situ. Saat sadar akan keberadaan anak itu, Enki dengan cepat menyihir penampilan fisiknya agar terlihat kecil seperti anak itu.
"Sihir!" Teriak anak itu girang. Genah, yang masih berumur 7 tahun lalu berjalan menuju ke arah Enki. Masih dengan wajah yang polos, tanpa mengetahui bahwa ia sedang dihadapan seorang Dewa.
"Halo! Aku Genah, sihirmu keren sekali, mau berlatih bersama?" Si rambut biru lalu memiringkan kepalanya, bingung. Enki selalu mengira bahwa anak manusia lebih antusias tentang permainan. Tapi anak ini, mengajaknya untuk berlatih?
"Azre.. Azrealon.. Uh, memang kenapa kita harus berlatih?"
"Memangnya kenapa tidak? Kau tidak mau menjadi kuat? Aku sebenarnya sudah mengajak anak lain berlatih, tapi mereka bilang aku terlalu serius."
Kediaman menyelimuti daerah sekitar mereka. Enki lalu menyodorkan tangannya, menyetujui ajakan Genah. Senyum hangat terukir di wajah manusia itu.
Enki tidak pernah meninggalkan Genah sejak itu. Dia ada pada pelantikan Genah menjadi Clover. Entah apa yang ada di benaknya saat dia bahkan setuju untuk menjadi Ace milik Genah.
Ace dan Clover. Tidak ada satupun Royal Knights atau Kesatria Legendaris yang tidak tau mereka. Menjadi bahu bersandar untuk satu sama lain, dan memberikan dukungan untuk satu sama lain saat dunia menekan mereka.
Enki memang bapak dari pengetahuan, tapi ada satu hal yang tidak akan pernah dia ketahuilah kalau bukan karna Genah. Dia tidak akan tahu perasaan aman, hangat, dan perasaan diterima. Dia merasa bebas, tanpa tekanan, tanpa tuntutan.
Sungguh, mereka hanya memiliki satu sama lain. Ketergantungan itu adalah alasan mereka tidak pernah berpisah.
Bagi Genah, dia berkembang bersama Azrealon. Mereka menghabiskan masa kecil bersama dan perlahan menemukan kekuatan mereka. Tumbuh disisi satu sama lain. Melewati suka dan duka bersama, melewati banyak peristiwa hingga bisa sekuat sekarang.
Bagi Enki, dia memulai kehidupan baru bersama Genah. Jika bicara kebenaran, dia sebenernya tidak perlu latihan. Dia tidak perlu menjadi Ace. Dia bahkan tidak perlu bersembunyi di pulau, jauh dari orang lain dengan sahabatnya. Tapi semua tetap dia lakukan. Karna terkadang, rasanya nyaman untuk sekedar memiliki tempat yang bisa disebut Rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah | Viva Fantasy
FanfictionEnki menemukan rumah untuk pertama kalinya setelah ribuan tahun. [ Viva Fantasy Oneshoot ]