Bab 2 [Berangkat]

3 0 0
                                    

author pov"
Selesai mandi Citra pun menuju meja makan untuk sarapan.
sampai di meja makan Citra tidak melihat ibu nya lagi di dapur,Citra pun sarapan sepiring nasi goreng dan membuat bekal untuk dibawa ke kampus.
Citra adalah mahasiswa semester 2 jurusan sastra dan bahasa disalah satu universitas negeri di jawa barat.

Ayah Citra sudah tiada sejak Citra berumur 15 tahun dan mulailah ibunya yang berkerja mengantikan ayahnya.
rumah Citra dulu sebenarnya kontrakan tetapi ayahnya membeli rumah kontrakan ini sewaktu pensiun dari kerjaan lamanya.Ibu Citra pun berjualan dipasar sudah sejak mereka menikah.

hanya saja semenjak ayah tiada keuangan keluarga semakin menipis untuk itu ibu juga menjadi buruh cuci dan gosok dirumah Ibu rt sehabis dzuhur sampai ashar,terkadang Citra membantu menggosok dan menyapu dirumah Ibu rt dan diberi upah lebih.

tetapi Ibu indah sering menolak karena sudah pekerjaannya,tetapi ibu rt ikhlas memberinya kadang jika menolak bu rt sering bilang"

"ngakpapa Bu buat jajan Citra lagian Citra udah saya anggap anak sendiri,Ibu tau kan dari dulu saya pengen punya anak perempuan" jawab Ibu rt
Ibu rt dan pak rt mempunyai 3 anak dan semua laki laki.
(Gunawan) anak pertamanya sudah bekerja dipertambangan dan sudah menikah.
(Bagasetiawan)  anak kedua bekerja di bekasi dan ngontrak disana pulang seminggu sekali
(Abi)  anak ketiga baru lulus kuliah tetapi sudah bekerja di sebuah stasiun televisi.
(Chandra) anak keempat alias bungsu seumuran dengan Citra,juga sedang kuliah.

Citra sering memanggil anak bu rt dengan sebutan bang bahkan dengan Chandra walaupun hanya selisih 4 bulan.
"kenapa tidak memanggil aa dikarenakan sudah ada farhan dan takut salah memanggil"

Selesai sarapan Citra pergi menuju tempat ibunya berjualan untuk berpamitan karena jarak rumahnya tidak terlalu jauh dari pasar.

"IBUUUU" Panggil Citra

"Apa kamu nih Cit,ibu juga denger ngak usah teriak-teriak ini pasar bukan habitat orang utan" omel bu indah sambil tertawa.

"Dih ibu mah masa Citra disamain sama orang utan udah jelas masih cantikan citra"omel Citra dengan bibir manyun.

" oh iya juga yak kalo diliat liat"kata ibu indah

"diliat liat apa Bu" jawab Citra

"kamu mirip juga sama orang utan" jawab bu indah sambil tertawa terpingkal-pingkal

"ih ibu mah yaudah aku ngambek" kata Citran sambil bersedekap tangan

"iya-iya anak ibu yang paling cantik sekampung kita"jawab bu indah

"loh kok cuma sekampung sih bu?"tanya indah

"lah emang iya kalo sedunia kamu kalahlah orang banyak lebih cantik dari kamu kok"jawab ibu indah

"yah ibu mah baru dipuji udah dijatuhin lagi"murung Citra

"dengar ya Teteh Cantik itu bukan dari wajah,badan,atau yang lain tapi Cantik dari hatilah yang utama apalagi yang bagus akhlaknya karena wanita ibarat sebuah mahkota yang akan membuat siapapun yang mengenakannya menjadi indah" nasehat ibu indah

"iya ibu makasih nasehatnya"jawab Citra

" oh iya kamu ngak berangkat kuliah teh?"tanya bu indah

"oh iya akukan mau pamitan ibu sih ngeledekin amu terus jadinya lupa yaudah aku pamitan dulu,aku berangkat ya" pamit Citra

Citran pun menuju jalan raya untuk menaiki angkot ke kampusnya dikarenakan jaraknya masih bisa ditempuh menggunakan angkot,selain itu lebih murah dari pada memesan mobil gr*b


••••••
So maaf kalo acak-acakan

(nasehat ibu adalah nasehat terbaik sepanjang masa^-^)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malaikat [Tak] bersayapkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang