🥀 Chapter 7🥀

18 9 0
                                    

🥀🥀🥀🥀🥀
Happy Reading
🥀🥀🥀🥀🥀

DANDELIONS

............

Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam dan Chandra masih belajar untuk ulangan besok, hari ini Chandra tidak jadi les karena guru les nya berhalangan hadir, malam ini entah kenapa ayah nya tidak memberikan tugas kantor kepada nya, saat dia bertanya kepada ayah nya, ayahnya hanya menjawab

" sudah dikerjakan sama sekretaris ayah," ucap ayah sambil tersenyum sebenarnya chandra terkejut karena baru ini ayah nya tersenyum lagi  kepada nya biasa nya ayah nya  hanya berbicara dingin dengan nya, tapi ia senang akhirnya bisa melihat senyum teduh itu lagi, sibuk melamun tiba-tiba Chandra terkejut karena ada sesuatu yang mengalir dari lubang hidung nya,dia pun memegang nya, betapa terkejut nya dia melihat nya, dia mimisan lagi.

sudah selama satu bulan ini chandra selalu mimisan, dia hanya menganggap mungkin saja dia kelelahan karena selama satu bulan tersebut dia tidak memiliki waktu untuk beristirahat pasti ada saja pekerjaan kantor atau ulangan yang datang kepada nya.

namun chandra tidak berani memberitahukan hal tersebut kepada bunda nya.

Pukul 10.30 malam tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Chandra

" Chan kamu udah tidur belum?, ini bunda masuk ya."

Chandra yang masih di kamar mandi pun bergegas membersihkan hidung nya dan keluar dari sana.

"Masuk aja Bun, pintunya enggak Chandra kunci."

Dewi tersenyum melihat anaknya, begitu pula chandra tersenyum melihat kedatangan bunda nya.

Dewi menghampiri chandra yang duduk di meja belajarnya

" Kenapa kamu masih belajar sih ini udah malam, tidur sana bunda nggak mau kamu kecapean."

" bentar lagi bun Chandra besok ada ulangan," ucap chandra tanpa mengalihkan pandangan nya dari buku

" ulangan ya ulangan Chan, tapi jangan paksain diri kamu sendiri."

Chandra pun menatap dewi

" Iya Bun bentar lagi ya, habis itu Chandra tidur."

" Chan muka kamu kenapa pucat kayak ini, kamu sakit ya?" tanya Dewi dengan nada khawatir sambil memegang dahi anak nya, bagaimana dia tidak khawatir muka Chandra sangatlah pucat seperti mayat hidup.

Chandra mengambil tangan bunda nya

" Enggak Bun, Chandra nggak papa, ini mungkin cuma efek kelelahan aja."

" kamu yakin, kamu enggak ngerasain sakit apa apa gitu?" Chandra hanya menggeleng


" Ya udah bunda keluar dulu ya, ingat kalau udah selesai langsung tidur."

"Iya Bunda." Dewi tersenyum dan mencium pipi putra nya,melihat Dewi sudah keluar Chandra pun menghela nafas Untung saja bundanya tidak curiga kalau dia baru saja mimisan.


setelah belajar chandra pun membereskan buku nya dan kemudian dia tertidur, sedangkan di ruang tamu ada Aditya yang sedang duduk bersama Dewi mereka sedang menonton, ah tidak, lebih tepat nya hanya Dewi yang menonton sedangkan Aditya dia sedang fokus dengan laptop nya, perihal kejadian itu mereka sudah saling memaafkan.

"Mas...," panggil Dewi

"Eum, ada apa?" Aditya yang sebelumnya fokus dengan laptop sekarang mengalihkan pandangan nya ke arah istri nya.

"Kamu nggak ngasih Chandra pekerjaan kantor lagi kan?"

Aditya pun menjawab

"Enggak, sesuai janji aku sama kamu, dan papa juga setuju."

Dewi hanya mengangguk mendengar jawaban dari suami nya.

"Kenapa emang nya?" tanya Aditya penasaran

"Enggak aku cuma mau tanya aja." Aditya yang paham dengan kekhawatiran sang istri pun menjawab

"Tenang aja Chandra jadi pewaris keluarga nanti saat Chandra selesai kuliah dan sesuai janji aku ke kamu, aku udah siapin lapangan basket buat dia main di taman belakang."

"Kamu serius mas?"

"Iya aku serius, aku mau kasih lapangan itu buat hadiah ulang tahun dia ke-18 tahun dua hari lagi."

"Makasih mas," ucap Dewi sambil memeluk suami nya sedangkan Aditya hanya mengangguk dan dia berucap

"Seharusnya aku yang harus berterima kasih ke kamu makasih udah mau menjadi istri aku, orang yang gila akan materi dan maaf atas tindakan aku ke Chandra seharusnya aku harus lebih bisa ngertiin putra kita, tapi aku lebih mentingin diri aku sendiri," ucap Aditya dengan penuh sesal.

"Ya sudah berlalu biarlah berlalu mas, mari kita mulai lembaran baru, mari kita isi lembaran kosong itu dengan kenang-kenangan kita." Aditya pun mengangguk sambil mengelus rambut halus istrinya ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak egois dan dia harus memperhatikan keluarga kecil nya, terutama putra tunggalnya Chandra juniar Okta Mahendra.

............

DANDELIONS

Jangan lupa di vote ya

DANDELIONS [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang