Chapter 1
**********
Sepanjang perjalanan yang dilalui Cleo untuk sampai di mansionnya, netra jenih pria itu terus saja memperhatikan apapun yang terlintas. Ada banyak hal sederhana yang bisa Cleo perhatikan. Para pejalan kaki, pedangang, bahkan kucing-kucing kecil tak bertuan yang meringkuk di samping penjual ikan. Pupil hitamnya yang legam juga selalu terpaku untuk mengamati pepohonan hijau yang mulai menguning, berjejer rapih di tepi jalanan, karena musim gugur hampir tiba di kota ini.
Udara mengepul keluar dari bibir pink milik Cleo. "Tetap saja dingin, semakin lama tak ada yang bisa diprediksi, sekalipun musim."
"Musim gugur yang seharusnya hangat, tetapi justru menjadi dingin seperti ini." Cleo merapatkan mantel bulunya yang berwarna putih gading.
Sekali lagi, karena Cleo adalah pengamat yang sangat baik. Netranya menemukan seorang anak remaja yang sangat kurus, dengan pakaian super tipis yang bahkan robek di beberapa bagiannya. Cleo meminta supirnya untuk menepikan mobil mewah itu, akan tetapi Cleo masih berada di dalamnya, pria itu terdiam untuk mengamati apa yang dilakukan oleh sang anak kecil yang mungkin berusia sekira sepuluh tahunan.
"Apa dia sengaja ditinggalkan oleh orang tuanya?" tebak Cleo.
"Astaga, keapa aku tak membawa kacamataku, aku tak bisa terlalu jelas melihatnya." Cleo memang memiliki pemgelihatan yang cukup buruk. Sejak tadi Cleo mengamati gambaran besar saja, bukan detail kecil yang sulit untuk terjamah dengan mata Cleo.
"Tuan Cleo, sepertinya anak itu gelandangan. Beberapa bulan belakangan, banyak gelandangan baru yang datang ke kota," ucap supir tua berusia hampir lima puluh tahun kepada Cleo.
Anggukan Cleo berikan, karena dia fokus menajamkan pengelihatannya, hingga dia melihat anak kecil itu ditendang dengan sangat kasar oleh pria tambun yang berjualan gulali di dekat anak kecil tadi duduk sambil meringkuk.
"Hei!" Cleo tak tahan, dia segera keluar dari mobilnya dan berlari menghampiri anak kecil malang yang masih ditendangi oleh pria tambun itu.
"Jangan berani mencuri di sini! Pergilah gelandangan!" makian itu sangat menyayat hati Cleo.
Cleo berlutut dan dengan tangannya yang kurus, dia melindungi kepala anak malang itu. "Maaf, Tuan. Akan tetapi tak seharusnya kau memperlakukan anak sekecil ini dengan keras. Dia-"
"Dia sudah sering mencuri barang dagangan penjual lain di sini! Dan sekarang sepertinya dia ingin mencui gulaliku!" marah si pria tabun.
Cleo tak habis pikir, bagaimana bisa seorang penjual gulali yang menjual permen kapas manis kesukaan anak kecil, bisa berbuat sangat kejam dan tak berhati?
Cleo menunduk untuk melihat ke arah si anak malang yang masih menyembunyikan wajahnya di antara poni rambutnya yang panjang. "Apa yang Tuan itu katakan benar? Apa selama ini kau mencuri?"
Hening. Anak malang itu tak bersuara. Lagi-lagi Cleo menghela napasnya, dia begitu tenang dan tak terpancing emosi. Cleo bangkut sambil membimbing anak malang itu untuk ikut berdiri di sampingnya.
Cleo membuka dompetnya, dia mengeluarkan beberapa lembar uanag yang nominalnya sangat besar di mata orang biasa. "Aku memiliki sedikit uang, bagikanlah uang ini untuk orang-orang di sekitar sini," kata Cleo yang masih bisa tersenyum, walau sebelumnya pria tabun tadi sudah memaki Cleo dan si anak malang.
"Te-rima kasih Tuan ..." Sepertinya pria tambun itu menjadi segan kepada Cleo, dia sampai tergagap saat bicara dan membungkukkan badannya.
"Ma-af karena aku sudah bicara tak sopan dan memakimu ..." katanya masih dengan gagap.
"Huh ..." Cleo menggleng sambil membantu pria tambun itu untuk kembali berdiri tegak. Cleo tak suka dihormati dengan berlebihan seperti saat ini.
"Ya, itu tak masalah Tuan. Aku juga meminta maaf atas nama anak ini, maaf jika dia mencuri atau melakukan hal buruk lainnya," kata Cleo sambil mengusap lembut rambut anak malang yang saat ini hanya bisa melirik Cleo di balik poni rambutnya.
Setelah selesai dengan penjual gulali itu, Cleo menarik tangan kurus anak malang ke mobilnya. Cleo harus tahu dengan jelas apa yang membuat anak sekecil itu mencuri dan berkeliaran di jalanan kota dengan pakaian robek yang tak kayak pakai.
Mereka duduk nyaman di dalam mobil yang sudah melaju. Cleo meminta sang supir untuk membawa mereka makan di salah satu restoran.
"Siapa namamu?" tanya Cleo pada akhirnya setelah jeda hening sepuluh menit di antara mereka.
Hening. 'Kenapa dia tak menjawabku?' Batin Cleo.
"Hei ...? Apa kau mendengarku?" Cleo mengangkat dagu anak itu, dan kini anak malang itu bertatapan dengan Cleo.
Cleo menutup mulutnya sendiri. Dia terpesona dengan pupil biru yang sangat indah milik anak malang. Jarak keduanya sangat dekat, jadilah Cleo bisa dengan jelas melihat wajah dan semua bagian yang ada di tubuh kecil anak malang.
"Aku ... River."
Cleo yakin seratus persen, jika anak malang itu sangat tampan. Wajahya dan suara nya saat menyebutkan namanya membuat Cleo berpikir, jika tak mungkin anak laki-laki di depannya saat ini adalah gelandangan.
"River?"
River mengangguk dengan mata yang masih mengunci pandangan Cleo.
"Ah ... Itu nama yang sangat bagus, River. Namamu sangat cocok dengan bola matamu yang sangat indah," kata Cleo dengan menggembangkan senyumannya.
Saat Cleo tersenyum ada bulan sabit dengan garis-garis halus yang muncul di sudut matanya, 'dia tersenyum tulus kepadaku ...' Batin River yang merasa tersentuh.
"River, di mana orangtuamu? Rumahmu? Kenapa mereka membiarkanmu sendirian?" tanya Cleo.
Hening. Jika begini Cleo ragu, 'apakah River mengalami keterlambatan pendengaran?' Batin Cleo.
"River-"
"Aku tidak tahu." Tatapan River menjadi sangat polos sekarang ini.
Jika River tak tahu, lalu bagaimana caranya Cleo akan membantunya? "River, kau tak tahu siapa orang tuamu? Kau tak punya rumah?" Cleo memastikan.
River menggeleng, pertanda jika apa yang dikatakan oleh Cleo salah.
"Aku punya rumah. Rumahku sangat sesak, banyak orang dewasa jahat yang suka memukulku dan anak lain di sana."
Kerutan di dahi Cleo semakin dalam. "Bisa tunjukan aku jalan ke rumahmu, River?" tanya Cleo dengan serius.
River menggeleng. "Aku kabur dari sana. Aku tak mau disiksa mereka-"
"Mereka menyiksamu?" Cleo kaget dan dia tanpa permisi langsung menarik lebih dekat River ke arahnya. Dia memeriksa lengan dan dada River. Dan benar saja, Cleo menemukan banyak bekas memar pukulan benda tumpul, ada pula beberapa bekas sulutan rokok, dan luka sayatan di dadanya.
Hati kecil Cleo yang sangat mudah tersentuh menjadi iba kepada keadaan River. Cleo tak bisa memastikan secara seratus persen, akan tetapi dia meyakini, jika River adalah salah satu dari anak yang dipekerjakan sebagai budak, pengemis, atau mungkin orang peminta di jalanan.
"River, apa kau mau ikut denganku saja?" Pada akhirnya tawaran ini secara langsung keluar dari bibir kecil pink alami milik Cleo.
"Apa boleh?" Masih dengan mata yang memandang Cleo dengan polos, River bertanya.
Lengkung senyum dengan tatanan gigi putuh yang rapih terpatri dengan indah di wajag dengan garis lembut milik Cleo. Pria itu mengangguk dan mengambil tangan kanan Cleo untuk ia gengam.
"Tentu boleh, mulai saat ini kau tinggal bersamaku saja, oke?"
"Hu'um ..." lirih River.
"Siapa namamu?" River masih melirik ke arah Cleo, dia juga sengaja mengeratkan pegangan tangan antara dia dan Cleo.
"Aku Cleo ..."
***
Vote Comment Follow
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Devil
General FictionPertemuan tak terduga antara anak tak bertuan dengan seorang Tuan Muda kata raya yang baik hati. River, anak bermata biru dengan wajah tampan terombang-ambing di jalanan ramai tanpa orangtua ataupun harta. Dia hanya membawa boneka beruang putihnya y...