01 •bully

12 5 5
                                    

⭒🦋⭒

Jika biasanya ada Ragas yang selalu menemaninya, untuk hari ini tidak. Ragas sedang tidak masuk sekolah karena pulang ke rumah kakek dan neneknya selama tiga hari.

Saat ini Rexha tengah membaca buku di perpustakaan. Suasana perpustakaan sangat sepi, tak ada siapapun di sana terkecuali dirinya. Kemudian lima orang siswi masuk dan menghampirinya.

Salah satu dari mereka duduk dimeja sambil menatap Rexha intens, sementara empat yang lain berdiri mengelilingi Rexha. Rexha meremat buku yang dipegangnya kala merasa ia dalam bahaya.

"Kasian yang abis dikeluarin dari circle." Ucapnya dengan nada mengejek, teman-temannya yang lain hanya ikut menertawakan Rexha.

"Lagian jadi cewek gak asik sih. Udah tau circle isinya banyak yang cowok, lo nya gak asik." Gadis ber-nametag Vanka tersebut menyentuh rambut Rexha dan memainkannya.

Rexha menepis tangan Vanka dan hendak pergi dari sana, sayangnya Althea menahan dan mendorongnya hingga kepalanya terbentur tembok.

"Mau kalian apa?!" Sentak Rexha kesal dengan perlakuan mereka.

"Cuma mau main-main bentar sama lo." Jawab Gisca

Vanka kembali memainkan rambut Rexha sambil tersenyum senang. Kemudian, tanpa diduga Vanka menarik rambut Rexha dengan kuat hingga si pemilik berteriak kesakitan.

"AKHH! VANKA!" Jerit Rexha sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan Vanka.

Beberapa helai rambut miliknya berjatuhan, menandakan bahwa tarikan Vanka begitu kuat. Sejak tadi Rexha terus berdoa, berharap seseorang datang untuk menolongnya.

Sialnya penjaga perpustakaan sedang tidak ada, dan bel pelajaran telah berbunyi. Jadi, kemungkinan tidak akan ada seseorang yang lewat perpustakaan, mengingat perpustakaan berada jauh dari kelas-kelas.

"Lepasin rambut gue."

Jenar dan Gisca masing-masing memegangi tangan Rexha, sedangkan Althea dan Audrey memaksa gadis itu untuk memakan kertas-kertas yang ada di sana.

Kini Vanka telah melepaskan cengkraman tangannya dan berganti mencakar pelipis dahi Rexha menggunakan kuku-kuku tangannya. Mengambil sebotol air milik penjaga perpustakaan lalu menyiramkannya ke seluruh rambut gadis malang itu.

Setelah puas mereka berlima akhirnya pergi meninggalkan Rexha yang kini mulai meneteskan air mata. Gadis itu merasa tak memiliki siapapun lagi saat ia dengan mudahnya ditindas oleh orang lain.

⭒🦋⭒

Keesokannya ketika Rexha memasuki kelas ia langsung di hampiri oleh Artasy dan Zhefreand ke tempat duduknya.

"Kemana lo kemarin?" Tanya Zhefreand tenang.

Berbeda dengan Artasy yang panik setengah mati, padahal Rexha sudah ada didepannya dengan keadaan fisik yang baik.

"Lo kemana aja, Rex?! Selama pelajaran gue gak fokus, gue khawatir kalo lo keluar kelas sendirian."

"Tenang aja deh, nyatanya sekarang gue baik-baik aja." Ucap Rexha menenangkan Artasy.

Tak adanya keberadaan Ragas membuat Artasy khawatir.

"Ya kemarin lo dimana?"

"Gue main bola di lapangan sampai lupa waktu." Balasnya berbohong.

Ia tak mau Artasy dan Zhefreand khawatir dan menyebabkan masalah baru. Ia pun memilih diam dan berharap semoga saja kejadian kemarin hanya terjadi sekali saja.

ABOUT US and friendship Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang