Senin, 20 Januari 2020
Aku pikir aku tak akan merindukannya
Ternyata, jarak ini membuatku merasa hampa
Dulu kita sering tertawa bersama
Kini, kita hanya saling bertegur sapaIngin rasanya aku memusnahkan kerenggangan ini
Namun, aku tak punya nyali
Aku hanya bisa mengutarakan kerinduan dalam hati
Karena malu bila kamu mengetahuiKamu bagian dari masa laluku
Yang sempat membuatku bahagia sepanjang waktu
Banyak kisah kulalui bersamamu
Tak jarang pula kamu menjadi penyelamatkuDi masa itu, kamu selalu mengisi hari-hariku
Selalu berbagi suka duka denganku
Ingin rasanya aku bisa kembali merasakan masa-masa itu
Aku berharap setidaknya kamu tidak lupa dengan kenangan ituMudita Puspasari
***
Mudita baru saja menulis ungkapan hatinya di buku hariannya. Ia merasakan kerinduan yang cukup dalam pada Aldo, teman masa kecil sekaligus kakak kelas di sekolahnya yang usianya berbeda dua tahun dengannya.
Gadis dengan rambut lurus yang tidak terlalu panjang itu tadinya sedang belajar fisika, salah satu pelajaran yang ia sukai. Kemudian, ia merasa jenuh dan teringat pada Aldo sehingga ia menghentikan kegiatan belajarnya sejenak untuk menulis ungkapan hatinya.
Mudita teringat pada Aldo karena ia sedang memikirkan apa yang terjadi minggu lalu.
"Kalau minggu lalu aku gak lolos seleksi, aku gak bakal mikirin Aldo sampe kayak gini kali ya," pikir Mudita.
***
Senin, 13 Januari 2020
"Ditaaa! Nama kamu ada di daftar murid yang lolos seleksi olimpiade!" pekik Asya sambil menghampiri Mudita yang sedang duduk santai di tempat duduknya saat jam istirahat sekolah.
Asya, sahabat Mudita, baru saja melihat mading sekolahnya sehabis dari kantin dan terkejut saat melihat nama sahabatnya ada di daftar murid yang lolos seleksi tingkat sekolah untuk mengikuti olimpiade.
Gadis yang biasa dipanggil dengan Dita itu terkejut dengan perkataan Asya. "Seriusan? Masa sih? Aku gak nyangka."
Mudita tahu bahwa hari ini memang ada pengumuman hasil seleksi tingkat sekolah untuk mengikuti olimpiade, tetapi dari tadi ia masih mengumpulkan nyali untuk berani mengecek mading sekolahnya, tempat hasil seleksi tersebut dipampang dengan jelas.
"Iya, barusan aku liat sendiri. Ayo, kamu juga liat." Asya menarik pergelangan tangan Mudita untuk mengajaknya melihat mading.
Mudita langsung berdiri dan mengikuti Asya berjalan keluar kelas. Dari pintu kelas, mereka berjalan ke arah kiri menyusuri koridor. Nampak di depan mereka banyak murid berkerumun di depan mading yang terletak di depan kelas X MIPA 8, terpisah satu kelas dengan kelas Mudita di X MIPA 6.
Mudita langsung bergabung ke dalam kerumunan tersebut, ingin melihat langsung namanya di daftar murid yang lolos seleksi tingkat sekolah untuk mengikuti olimpiade.
Kini, posisi Mudita sudah berada di depan daftar tersebut. Ia mengecek namanya yang ternyata berada di perangkat sepuluh dari sepuluh murid yang lolos seleksi untuk olimpiade bidang fisika.
Setelah puas melihatnya, Mudita kembali menghampiri Asya.
"Ciee lolos, selamat ya, Ta. Kamu keren banget," ucap gadis berambut ikal tersebut.
"Makasih, Sya. Aku seneng banget bisa lolos, tapi aku takut, Sya. Aku peringkat terakhir, itu artinya peluang aku untuk bisa dapet juara di olimpiadenya kecil banget dong, Sya," ujar Mudita.
"Eits, jangan bilang gitu dulu. Gak apa-apa peringkat terakhir juga, Ta. Yang penting kan lolos seleksinya." Asya menenangkan Mudita.
Mudita menghela napas. "Oke deh meskipun aku minder, jujur emang gak yakin bisa nandingin mereka yang peringkatnya lebih tinggi dari aku."
"Kenapa mesti minder?" celetuk sebuah suara yang tiba-tiba terdengar di belakang mereka.
Mudita dan Asya pun menoleh ke sumber suara dan agak terkejut.
***
Halo semuaa!
Selamat datang di prolog cerita baru aku. Cerita ini aku buat dalam rangka mengikuti lomba Nulis Novel Bebas Noia.Mungkin aku perkenalan diri singkat dulu juga kali ya. Salam kenal untuk kalian yang mampir di awal cerita ini. Perkenalkan:
Aku adalah seorang gadis yang sering insecure,
Yang untungnya masih bisa bersyukur
Di tengah banyaknya rintangan hidup yang ingin membuatku kabur
Dan membuat beberapa impianku seolah harus terkuburWkwk gitu aja kali ya perkenalan singkatnya. Makasih banget buat yang udah mampir ke sini. Gimana nih tadi prolognya? Semoga gak aneh lah ya :")
Sekian dari aku, terima kasih ^^
-Deby Hermiyanti
KAMU SEDANG MEMBACA
Near, but Not Close
Teen FictionMudita, seorang siswi yang introvert, lolos seleksi dari sekolahnya untuk mengikuti olimpiade fisika tingkat kabupaten. Akan tetapi, ia mendapat peringkat terakhir dari seluruh murid yang lolos seleksi di sekolahnya sehingga ia harus berusaha amat k...