"I will never make you lonely. You'll always be beside me."
LoveSTAY-Stray Kids
Di dalam sebuah kamar, seorang laki-laki berusia 17 tahun melongok ke jendela lebar di kamarnya. Senyumnya spontan terukir ketika dia melihat ribuan bintang menghiasi langit. Segera setelah itu, dia mengemas peralatan melukisnya ke dalam tas kulit berwarna cokelat hadiah ulang tahun dari ayahnya satu tahun lalu. Kemudian pemuda itu menuruni tangga dengan riang sambil bersenandung pelan. Dia adalah Bagas Rafardhan.
Sang Bunda yang baru saja kembali dari dapur itu tersenyum melihat anak semata wayangnya tampak berseri-seri. Netranya lalu jatuh pada tas yang tersampir di salah satu pundak anaknya. "Melukis lagi?"
Rafardhan mengangguk.
Tiba-tiba raut wajah Bunda berubah menjadi khawatir. Seakan paham dengan kekhawatiran Bunda, Rafardhan tersenyum lembut. "Bunda tenang aja. Aku pake jam tangan biar gak lupa waktu. Pulang tepat pukul dua belas malam, kan?"
Mendengar itu, perlahan kekhawatiran Bunda hilang.
Rafardhan tiba-tiba menghembuskan napas panjang. "Kalo dipikir-pikir, aku ini kayak Cinderella tapi versi cowok. Harus pulang tepat pukul dua belas malem." Sebelum sang Bunda bersuara, Rafardhan buru-buru menyelanya. "Iya, iya. Ini buat kebaikan aku juga. Kalo gitu, aku pergi dulu."
Pun Rafardhan pergi ke suatu tempat yang lapang, sebuah taman yang tak jauh dari tempat tinggalnya dan juga sebuah sekolah yang Rafardhan harap bisa dia rasakan suasananya. Di sana terdapat banyak bangku taman, namun Rafardhan lebih suka duduk di atas rumput yang dingin karena tersapu angin. Segera saja pemuda itu mengeluarkan buku sketsa dan spidol berwarna-warni.
Langit malam itu sangat indah. Terangnya bulan dan bintang-bintang memberikan Rafardhan ide untuk melukis. Dengan perasaan yang bahagia, spidol dalam genggamannya menari-nari di atas buku. Sehingga, setengah gambarnya sudah jadi, senyum Rafardhan terbit menandakan dia puas dengan hasilnya.
Saat hendak mendongakan kepala ke langit, netranya tak sengaja menemukan seseorang duduk di sebuah kursi taman sendirian. Dia tampak lemas dan tatapannya tampak kosong. Sesaat, Rafardhan bertanya-tanya tentang siapa itu. Pasalnya, dia belum pernah melihat orang itu, padahal Rafardhan cukup sering berada di sana. Dan juga, tempat ini tak selalu ramai, jadi mudah saja mengetahui siapa yang pernah dan tidak pernah mengunjungi taman itu di malam hari.
Entah berapa lama Rafardhan menatap orang itu, yang jelas sekarang orang itu menyadari kalau dia menatapnya. Spontan Rafardhan mengalihkan tatapan dan pura-pura menengadah melihat ke langit, lalu melanjutkan lukisannya.
Tak berselang lama, orang yang diperhatikan Rafardhan menghampirinya. Orang itu duduk di sampingnya. Rafardhan tampak was-was karena bisa saja orang itu berniat jahat padanya.
"Wah, lukisan lo bagus," ujar orang itu saat matanya melihat lukisan Rafardhan.
Refleks Rafardhan membawa buku sketsanya ke depan dadanya. Tidak membiarkan orang itu melihatnya. Dia menggeser tempat duduknya agak menjauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNITY
Fanfiction"Enak kali, ya, kalo belajar di sekolah? Main bareng sama temen-temen di bawah sinar matahari ... ngebayanginnya aja udah seneng banget. Tapi gue yang dari lahir udah musuhan sama yang namanya matahari bisa apa?"-Bagas Rafardhan. "Jika gue terlahir...