Selamat datang di cerita ketiga aku dari jilid remaja.
Selamat bergabung yaa
Selamat membaca dengan hatii yang riangଘ()ଓ
Untukmu yang merasa kehilangan, padahal memiliki nya saja hanyalah sebuah angan.
Untukmu yang selalu dijadikan sebuah pilihan.
Dan untukmu yang terluka, namun memilih bersembunyi di balik kata 'baik-baik saja'.
ଘ()ଓ
"Awalnya bikin terbang, tapi di akhir, malah aku yang terbuang," kata Rhea.
"Awal yang manis, untuk akhir yang pahit," sambung Embun.
Mereka berargumen setelah membaca ending dari sebuah novel yang telah di baca. Dimana, sang tokoh utama rela melakukan apapun agar cintanya dapat di terima. Terlebih lagi, tokoh utamanya ialah seorang perempuan.
Aster mendengus pelan seiring memberontak. Mata anggunnya memantulkan sinar mentari pagi. Ia mengambil bola basket dan berjalan menghampiri temannya yang sedang duduk di pinggir lapangan. "Nggak, kali ini gue nggak setuju," cetus Aster.
"Nggak sepakat di kalimat yang mana?" tanya Embun.
"Di bagian pahit di akhir, yang seolah di biasakan agar manusia merasa trauma dengan cinta," kata Aster di selingi dribbling.
"Padahal nggak semua cinta berujung saling menyakiti," lanjut perempuan itu. Aster menatap langit seakan mendengar bisikan bahwa cinta memanglah indah.
"Tapi sebagai manusia kita harus membatasi harapan dengan sadar diri, untuk mengantisipasi luka yang terkadang datang tanpa aba-aba," ucap Embun.
"Memperjuangkan cinta itu nggak sepengecut itu, nggak boleh gampang nyerah. Banyak effort yang harus diberikan, walaupun konsekuensinya adalah patah hati."
"Effort untuk apa? Untuk memperpanjang episode menyakiti diri?" tanya Embun.
"Untuk menggapai cita-cita nya, seorang polisi juga harus menghabiskan waktunya untuk melatih fisik dan mental, kan. Tapi di akhir nanti, dia akan tersenyum bangga menyaksikan hasil perjuangannya," ujar perempuan itu masih kukuh pada garis edarnya.
Rhea tersenyum tipis, masih terbawa perasaan dengan novel yang ia baca. "Tapi ini bukan tentang cita-cita, ini tentang cinta."
"Bagi aku, keduanya sama. Sama-sama perlu di perjuangkan," ucap Aster tersenyum percaya diri.
"Cape, tidak bisa berword-word lagi," pasrah Embun.
"Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepada ku. Meski kau tak cinta, kepadaku," seloroh Aster menyesuaikan lirik lagu milik dewa 19. "Gue bakal buktiin, kalau lagu itu benar adanya."
"Benar kata Albert Einstein, gravitasi nggak bertanggung jawab atas orang yang sedang jatuh cinta," bisik Rhea pada Embun.
Embun menggeleng pelan, "Gravitasi aja angkat tangan, Rhe. Apalagi gue, hamba Tuhan yang serba biasa ini."
Bel pergantian jam sudah berbunyi, yang artinya, jam olahraga pun sudah berakhir. Mereka bertiga kontan bergegas menuju kantin sebelum ramai.
Tentunya, Rhea tidak mau kehabisan rice bowl favoritnya. Embun juga tidak mau ketinggalan mengantri di stand sate usus kesukaannya. Sedang Aster? Perempuan itulah yang paling pasrah diantara kedua temannya. Ia hanya mengambil 2 risol mayones dan 1 es cekek. Pokoknya, Minggu depan gue mau hemat, ucap Aster beberapa hari yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elegi Kafi
Teen FictionDia sederhana, namun dia berhasil membuat luka dengan sempurna.