PROLOG

4 1 0
                                    

"Naura, dimana?" ujar Naura dengan menyipitkan matanya karena terkena cahaya lampu.

Tampak ruangan yang hampir keseluruhan berwarna putih. Dipadukan dengan bau obat-obatan yang begitu menyengat. Pandangan terus berusaha menelusuri seluruh ruangan tersebut. Hingga tatapannya berhenti pada seseorang yang berdiri disampingnya dan menatapnya dengan penuh kebahagiaan.

"Akhirnya non Naura sadar"

"Bentar ya non, bibi panggilkan dokter" bergegas keluar untuk mencari dokter

Naura yang masih bingung dengan apa yang telah terjadi kepadanya. Mengapa dia bisa disini. Apa yang sebenarnya terjadi. Banyak sekali pertanyaan yang melintas dikepalanya. Namun tak menunggu waktu lama dokter pun tiba yang ditemani oleh satu orang perawat.

Dokter pun memeriksa keadaan Naura. Naura hanya diam sampai dokter dan suster tersebut selesai memeriksanya.

"Syukur terimakasih, perkembangan kesehatan pasien mulai membaik"

"Tapi jangan digunakan untuk berbipikir terlalu keras, dan mungkin ada beberapa efek samping apabila digunakan untuk berpikir terlalu keras"

Dokter dan perawat tersebut pun pergi meninggalkan Naura. Seorang Wanita paruh baya yang mendampingi Naura juga ikut mengantarkan dokter dan perawat. Tak lupa ketika berada di luar ruangan dokter tersebut menitipkan salam kepada Wanita paruh baya tersebut, bi Inah.

"Bu, nanti apabila wali dari pasien sudah tiba bisa diminta untuk segera dating ke ruangan saya, karena ada beberapa hal yang akan saya jelaskan"

"Baik, pak dokter nanti bibi akan sampaikan"

Kemudian dokter dan perawat tersebut pergi. Sebelem itu mereka menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah. Namun baru saja bi Inah akan masuk, Alister tiba dengan membawa sekantong makanan kesukaan Naura.

"Bi"

"Eh aden, syukur terimakasih akhirnya non Naura udah sadar"

Alister yang mendengar ucapan dari bi Inah pun sangat merasa Bahagia dan tersenyum lebar "Akhirnyaaa"

Baru saja Alister akan masuk, bi Inah menahannya.

"Sebelum aden masuk bibi mau nyampein pesen dari pak dokter, katanya non Naura gak boleh berpikir terlalu keras dan mungkin ada efek sampingnya terus aden disuruh pergi ke ruangan dokternya soalnya ada hal yang perlu dijelasin"

Raut wajah Alister berubah setelah mendengar penjelasan dari bi Inah. Dia khawatir terjadi suatu hal buruk yang menimpak adiknya. Dia juga belum siap menceritakan kejadian tragis yang menimpa adik dan bundanya, apalagi keadaan bundanya yang telah tiada akibat kejadian tersebut.

"Kalau begitu Alister ke ruang dokter dulu, sama ini kasihin ke Naura terus bilangin kalua bang Alister masih angkat telepon dari kantor"

"Siap atuh den"

Alister menitipkan barang bawaannya kepada bi Inah dan segera menemui dokter yang merawat Sang adik. Dengan Langkah tegas dan cool nya Alister menyusuri rumah sakit tersebut untuk mencari ruangan dokter yang merawat Sang adik. Pastinya dengan pandangan orang-orang disekitarnya yang banyak memperhatikan Alister karena kegantengannya.

***

Tok tok tok

"Masuk"

"Selamat siang, dok, saya wali dari pasien yang Bernama Naura di ruangan VVIP Elisabeth 12"

"Siang, pak, mari silahkan duduk"

Alister yang dipersilahkan untuk duduk pun segara duduk.

"Sebelumnya saya ucapkan selamat karena pasien sudah sadar"

Introvert X Popular BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang