"AAAADUDUDUDUDUHHHH!!!! KAK!! WOEY!!! SAKIT!!!!", jerit (Name) saat kakaknya mengobati lukanya.
"Resiko, kamunya juga. Ngambil tindakan ga mikir", ujar Runa sambil menutupi luka (Name) dengan perban.
"Tapi nenek tadi kasihan, kalau aku ga cepat bertindak bakal di kuras habis uangnya", gerutu (Name).
"Tapi semua tindakan harus dipikir dulu, sayang", jelas Runa sembari mengemasi alat-alat pengobatan P3K.
"Iya deh, btw malam ini makan apa?", tanya (Name) sambil berbaring di sofa & memainkan ponselnya.
"Hummm, malam ini bebas deh. Kamu mau makan apa kakak izinin", ujar Runa sembari berjalan ke kamar untuk mengambil buku-bukunya.
(Name) tidak menjawab & asyik memainkan ponselnya, tidak lupa dengan earphone yang menyumpal di telinganya.
"(Name)!! Kakak ada kerja kelompok sore ini, teman² kakak akan datang sebentar lagi", teriak Runa dari dalam kamarnya.
(Name) hanya mengangguk & berdehem ria, dia masih asyik memainkan ponselnya.
Kring!!! Kring!!
"Iyaa, sebentar!!", seru Runa sambil berlari ke arah pintu rumah & membukanya.
"Apa aku terlambat?", tanya nya kepada Runa.
"Enggak kok, kamu yang pertama malahan. Ayo masuk, maaf ya agak berantakan", sambut Runa sambil mengantar tamunya masuk.
(Name)? Dia masih asyik bergulat dengan ponselnya di sofa, sehingga tidak menyadari kedatangan tamu.
"(Name), minggir dulu. Ada teman kakak mau duduk", usir Runa sambil menarik sebelah earphone milik (Name).
(Name) merasa terganggu & menatap sinis kakaknya, mau tidak mau dia harus pergi dari sana.
(Name) pun mengambil ancang-ancang & melompat ke balik sofa (Salto ya kak), tentu saja hal itu mengejutkan tamunya yang hendak duduk.
Seketika (Name) membeku, perlahan ia melihat dari bawah ke atas sosok tamunya itu. Rambut berwarna perak dengan ujungnya berwarna hitam, dengan tinggi sekitar 175 cm. (Name) sangat terkejut & lekas berdiri.
"Oh, halo kak. Selamat datang", salam (Name) sambil membungkuk memberi salam.
Namun saat ingin kembali berdiri tegak, tubuhnya sempoyongan. Keseimbangannya tak bisa ia tahan & ia hanya pasrah, ia baru ingat. Bahwa ia tidak boleh banyak bergerak dulu, semenjak insiden tadi pagi.
"S-saya permisi dulu", dengan tubuh yang sempoyongan (Name) pamit ke kamar.
Saat berjalan menuju kamar, dirinya terjatuh. (Name) hanya bisa memejamkan matanya & menunggu benturan keras di kepalanya untuk yang kedua kalinya, namun ekspetasi itu tak segera terwujud.
"Hati-hati", ujar tamu tersebut sambil memegang topi sweeter yang (Name) kenakan. Memang (Name) saat ini sedang mengenakan sweeter kuning, jadi tampak seperti anak ayam.
(Name) memutar kepalanya & melihat tamu itu sedang menahannya agar ia tidak terjatuh, segera ia perbaiki posisinya menjadi berdiri tegap.
"Terima kasih, ka-", ucapannya terpotong saat Runa mengambil alih untuk memegang topi sweeter (Name) & mengangkatnya seperti induk kucing yang menggendong anaknya.
"Excuse me, sir. Maaf ya, kadang si (Name) ini banyak tingkah & ngerepotin. Haha..", jelas Runa sembari menyeret (Name) & melemparnya ke dalam kamar.
Kita yang menyaksikan itu hanya dilanda rasa kebingungan & penuh tanda tanya, ia ingin sekali bertanya "Apa itu adikmu?" Tapi rasanya akan sangat lancang jika langsung menanyakan itu. Jadi ia kurung niatnya & duduk di sofa sembari menunggu yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pétales de cerise [Kelopak Sakura]
RandomCimawo, guys!! Cerita ini berdasarkan ide yang ku punya sendiri, no jiplak, dll. Enjoy!