Semua orang tau; jikalau Joe benar-benar menyukai Jie—cowok pinter yang manjanya nggak ketulungan. Si anak mami yang punya segudang prestasi. Minusnya Jie tidak suka bergaul. Sombongnya minta ampun. Egonya luar biasa tinggi.
Joe nggak masalah dengan sikap Jie yang luar biasa angkuh. Karena mereka punya banyak kesamaan; salah satunya sama-sama dibenci oleh semua orang.
Bedanya, jikalau mereka membenci Joe secara terang-terangan, Jie malah dipandang segan. Mungkin, karena Jie pintar. Siapa, sih, yang nggak mau bocoran jawaban saat ulangan?
Sayangnya Joe selalu cari perhatian pake cara yang aneh. Atau mungkin malah terkesan lebay bagi Jie. Jie tau kalau Joe menyukainya, hanya saja Jie nggak tertarik sama Joe yang norak abis. Gayanya nggak banget. Cara jalannya apa lagi. Rambutnya yang ... ah entahlah.
Satu-satunya kelebihan Joe ialah wajahnya yang tampan. Yang lain nol besar.
.
.
.Pertama Kali Jie lihat Joe itu waktu kelas sepuluh. Tahun ajaran baru semester satu.
Kala itu Jie mendengar banyak gosip-gosip aneh tentang Joe.
Misal:“Aku denger dia korban santet!”
“Serius?!”
“Lalita bilang, dia ikut aliran bumi datar.”
“Anehnya dia itu udah nggak ketolong; semalem aku liat dia jongkok di parit belakang sekolah. Waktu ku tanya lagi ngapain, dia bilang, dia suka nyium aroma comberan.”
“Euw, jorok banget!”
Jie beranggapan kalau gosip kakak kelasnya itu berlebihan. Dan nggak masuk akal. Tapi setelah ketemu Joe secara langsung, Jie jadi merasa kalau mungkin yang dibilang mereka itu benar!
Joe itu aneh. Nggak ada orang yang bisa dekat sama cowok itu. Jie jadi merasa kalau mereka agak sedikit—benar-benar sedikit—mirip; sama-sama nggak punya teman.
Rabu siang. Setelah istirahat pertama. Jie melihat tasnya terbuka, sedangkan buku-bukunya berserakan. Dia lalu nemuin satu kotak berukuran sedang di bawah lacinya.
Jie menimang-nimang sebelum berniat membuka kotak berwarna merah jambu itu. Agak penasaran karena kotak itu terasa ringan. Saat diguncang sedikit, Jie merasa mendengar sesuatu seperti cicitan.
Waktu dia buka, Jie buru-buru buang kotak itu ke lantai. Panik. Seekor tikus keluar lalu lompat ke arah Jie. Ngebuat cowok itu berteriak dan menangis.
Ini pasti kerjaan Joe. Jie tau itu. Cowok itu benar-benar keterlaluan!
Waktu Jie bertanya pada Joe perihal mengapa cowok itu menghadiahkan seekor tikus padanya, Joe dengan sengang hati menjawab. Sama sekali tidak ada rasa bersalah sedikitpun di wajahnya.
“Anak orang kaya kayak Jie, pasti belum pernah liat tikus asli. Sedangkan di rumahku banyak. Jadi ku berikan saja sebagai hadiah.”
“Niatku baik, kan? Aku nggak salah, toh?”
“Orang macam apa yang ngasih tikus sebagai hadiah? Kamu gila ya?”
Joe malah mengangguk sambil tersenyum. “Hmm gini aja, kenapa kita nggak buat kesepakatan buat nyelesaiin semua ini.”
Jie melirik angkuh. Dia lalu melipat tangannya di dada. “Kesepakatan?”
Joe mengangguk. “Kalau Jie bersedia jadi pacarku, aku akan berhentiin semua ini. Nggak akan ada yang ganggu Jie lagi. Juga bonusnya akan ada orang yang ngucapin 'Selamat malam, Sayang' ke Jie tiap hari.”
“Nggak masuk akal! Aku nggak sudi! Kalaupun aku akhirnya pacaran, pastinya bukan sama orang kayak kamu; nggak jelas.”
“Kalau sudah suka, kabarin aja ya.”
“Dalam mimpimu!”
“Mimpi juga bisa jadi kenyataan.”
“Kenapa, sih, kamu suka ngelakuin hal-hal aneh?” Jie mengernyit. Tatap Joe yang lagi natap dia pake senyuman.
“Karena aku suka Jie!”
“Terus aku harus apa?
“Jadi pacarku! Nggak susah, kan?”
“Kamu ngelakuin hal-hal aneh cuma buat itu?”
“Iya.”
“Kenapa nggak pake cara yang lebih ... normal?”
Joe diam sesaat. “Emang kalau pake cara normal Jie mau?”
“Enggak.”
“Nah itu masalahnya.”
•••
![](https://img.wattpad.com/cover/338505770-288-k667160.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
kachuusha [boyxboy]
Teen FictionJie benci Joe; cowok super lebay yang sayangnya ganteng banget. star 3 april 2023 up tiap hari kamis or sabtu!