PROLOG

83 32 163
                                    

Teruntuk Ayah tercinta, Evan Mahendra.

Surat ini ... Senja tuliskan untuk Ayah yang paling Senja sayangi.

Senja tidak pernah tahu alasan Senja dilahirkan di dunia ini. Jika boleh meminta, Senja ingin menukar kehidupan Senja dengan Bunda. Senja juga nggak ingin Bunda meninggal dan dicap sebagai seorang pembunuh. Senja juga ingin hidup bersama Bunda dan Ayah.

Jika bisa, Senja sangat ingin hidup sebagai anak biasa seperti anak-anak lainnya. Senja ingin dipeluk, dibanggakan, dan disayang oleh Ayah.

Jika boleh, Senja ingin dipeluk untuk pertama dan terakhirnya sama Ayah.

Apakah bisa? Kayaknya nggak bisa, ya, Yah?

Sekarang, Ayah harus bahagia, ya. Karena ... Senja nggak mau mengganggu Ayah lagi. Ayah pasti bahagia, kan? Senja juga ikut bahagia kalau Ayah bahagia.

Senja sayang Ayah selamanya

--Senja Qeisya Qalesya--

***

Malam itu, suasana begitu sangat sepi dan hening. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang melewati jalanan tersebut. Sesekali rintikan hujan pun mulai mengguyur area tersebut. Perlahan, namun pasti, Senja mulai melangkahkan kakinya naik ke sisi jembatan gantung.

Langit yang sangat gelap menjadi saksi bisu betapa putus asanya seorang Senja Qeisya Qalesya. Dunia yang ia impikan tak pernah terjadi. Tak ada kebahagiaan, tak ada keceriaan. Semua kehidupannya penuh dengan kegelapan.

Senja menatap kosong ke depan, air matanya sedari tadi terus mengalir tak henti-hentinya. Ia menghela napas berkali-kali, lalu menutup mata membayangkan kehidupannya yang jauh dari kata bahagia.

"Tuhan, Senja berjanji."

"Senja tidak akan membuat Ayah Evan sedih kembali."

Kematian Untuk SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang