Happy reading
🥀
Namanya Pradipta. Laki-laki yang dicintai dengan amat sangat oleh Nadira.
Seperti namanya yang memiliki arti cahaya terang, dia benar-benar bersinar terang dengan banyak hal positif yang dia miliki.
Dulu, Nadira rela mengalah pada Dania, dan berusaha menghilangkan perasaannya. Berharap agar Pradipta bahagia sebab perasaan nya akhirnya terbalaskan oleh Dania.
Namun Sekarang, melihat laki-laki itu nampak berbeda dari sebelum-sebelumnya membuat Nadira benar-benar dilanda kesedihan. Rasanya benar-benar marah pada Dania yang menyakiti hati tulus milik Pradipta.
Maka saat laki-laki itu terduduk lesu sendirian di tengah keramaian kantin, Nadira memberanikan dirinya menghampiri laki-laki itu.
"Aku boleh duduk kan disini? Boleh. Oke terimakasih" Nadira mengambil tempat kosong di hadapan Pradipta yang sedang mengaduk es teh nya dengan lesu.
"Nih, aku lagi baik hati. Jadi aku kasih kamu permen ini" Nadira mendorong satu permen gagang yang sejak tadi ia genggam ke hadapan Pradipta, permen favorit laki-laki itu.
"by the way, kita belum kenalan. Aku Nadira, salam kenal ya Pradipta"
Laki-laki itu mungkin merasa aneh dengan Nadira. Gadis lugu yang sudah dua hari menjadi teman sebangkunya selama ujian.
"Enggak papa, kamu boleh kok sedih-sedih. Aku juga menyiapkan bahu aku buat kamu bersandar" di tempatnya Nadira mati-matian menahan tawanya melihat ekspresi lucu yang di tampilkan Pradipta.
"Nadira?"
Nadira melebarkan matanya saat mendengar namanya dipanggil oleh sang pujaan hati.
"Iya? Kenapa Dipta?"
"Aku kaya pernah lihat kamu"
"Iya, aku selalu ada di manapun kamu berada" Nadira sama sekali tidak pernah meninggalkan senyumnya. Seolah mengatakan pada Pradipta, bahwa dunia ini masih baik-baik saja.
"Oh iya, kita bisa jadi teman. Ini nomor ponselku" Nadira mendorong kertas yang sudah ia siapkan sejak lama pada Pradipta.
"kata papa, patah hati adalah sebuah hal yang wajar di usia remaja. Karena patah hati termasuk kedalam proses pertumbuhan seorang manusia. Kamu tenang aja. Di dunia ini, aku bakal pastiin kamu enggak akan sendirian." Nadira perlahan bisa melihat Pradipta yang lebih baik, tidak se-lesu sebelumnya. Bahkan laki-laki itu menunjukkan raut wajah tertariknya mendengar ucapan Nadira.
"Papa kamu seorang pujangga kah?"
"Mungkin iya, papa itu penggemar berat sastra. Kalau di rumah jadi orang puitis yang tiap hari bikin petuah bijak buat anak-anaknya"
"Pantes ya, first impression pas lihat kamu itu kamu kaya anak sastra banget." Tidak lupa, Pradipta memberikan senyum manis nya pada Nadira. "Papa ku juga suka sastra, tapi hobi nya di rumah menghafal nama-nama ikan" Dengan begitu saja keduanya tertawa.
"Kamu tau dari mana aku lagi patah hati?" Sembari menunggu jawaban Nadira, Pradipta meneguk esteh nya yang sejak tadi ia diamkan.
Nadira mengedikkan bahunya "Tingkah laku mu persis seperti manusia patah hati."
"Kelihatan banget ya berarti?" Nadira mengangguk. Gadis itu berusaha mungkin untuk tidak menyinggung kabar putus Dania dan Pradipta.
"Kamu pernah patah hati?" Nadira menatap Pradipta tidak yakin.
"Pernah, mungkin iya pernah"
"Bagaimana rasanya?"
Nadira menyandarkan tubuhnya pada Sandaran kursi. "Rasanya sama seperti yang kamu rasakan. Hanya saja jangka waktunya cukup lama, lebih lama dari apa yang kamu duga"
"Pasti tidak enak ya?"
"Iya. Tapi aku bisa mengatasinya dengan mudah. Kamu mau tau caranya bagaimana?" Nadira kembali mencondongkan tubuhnya pada Pradipta. Kedua matanya menyipit sebab tengah tersenyum manis.
"Boleh, bagaimana?"
"Sederhana. Syarat nya cuma satu kok. Temenan sama aku" lalu Nadira tertawa, mengabaikan pandangan sekitar yang mendadak mengarah padanya saat itu juga.
"Deal" tawa Nadira perlahan berhenti, menatap Pradipta yang kini tersenyum, seperti melupakan perasaan patah hatinya sebelumnya.
Maka saat Pradipta mengucapkan kalimat setujunya atas ajakan pertemanan dari Nadira. Nadira berkali-kali merutuki dirinya. Lagi-lagi jatuh pada Pradipta, laki-laki yang tidak mungkin untuk ia miliki. Sebab hatinya masih milik Dania walau laki-laki itu telah disakiti oleh nya.
Dania, dia beruntung. Masih bisa dicintai walau telah menyakiti.
🥀
Xie Xie
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Pradipta
Teen Fiction"Mencintai kamu itu mudah, Sebab kamu memang dilahirkan untuk dicintai oleh banyak orang."