Arubiru dan Amarta

18 3 1
                                    

Latar dan tokoh dalam cerita ini hanya fiktif belaka, tidak ada kaitannya dengan realita.
Happy Reading..

Amarta, Biru dan lautan.


"Di sebuah desa pesisir di tahun 2004"


.
.
.

Denting suara sendok dan piring beradu memenuhi ruangan berdinding kayu mangrove itu. Keluarga kecil beranggotakan tiga orang itu tampak menikmati makan malam sederhana mereka tanpa sedikitpun ada yang berbicara. Rumah ini milik keluarga Pak Bahrun. Seorang nelayan yang tinggal di desa pesisir bersama istri dan seorang putrinya.

"Bapak, boleh tidak kalau misalkan nanti Amarta lulus SMP, Amarta ingin lanjut sekolah di ibukota? " Tanya Amarta, putri tunggal Pak Bahrun. Pak Bahrun menandaskan segelas air putih di gelasnya, kemudian menatap teduh putrinya.

"Kenapa Amarta ingin sekolah di ibukota? " Pak Bahrun balik bertanya. Nadanya lembut dan tatapannya tenang, itulah yang begitu Amarta sukai dari bapaknya.

"Tidak apa-apa sih, Amarta hanya tidak suka kota kita ini. Begitu kecil, jarang ada gedung-gedung tinggi seperti di ibukota" Keluhnya.

"Bukan tidak boleh, hanya saja Bapak belum ada uang untuk saat ini. Tidak perlu peduli sekolah dimana, bapak hanya ingin kamu sekolah setinggi-tingginya. Bapak khawatir kalau kamu sekolah di ibukota, nanti kuliah tidak ada biaya" Jelas Pak Bahrun.

"Bapak benar, nak. Nanti kalau sudah lulus SMA, kamu boleh kuliah di ibukota, asal kamu belajar yang tekun. " Bu Aini ikut berbicara sembari menuangkan air putih di gelas Amarta.

"Beneran Bu? Pak?" Wajah Amarta langsung berbinar mendengarnya. Sedangkan Bapak dan Ibu hanya mengangguk sembari tersenyum tulus.

"Amarta mau jadi apa kalau besar nanti?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Andala | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang