Prolog

146 40 1
                                    

Biasanya orang yang berada di ambang kematian akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap hidup, namun disaat dirinya berada di dalam ambulance yang sedang ngebut menyalip banyak kendaraan untuk membawanya ke rumah sakit setelah kecelakaan menimpa dirinya, [Y/n] tidak berharap dirinya akan selamat.

Umurnya masih muda, 26 tahun. Jalannya masih panjang. Jika rata-rata manusia hidup sampai 60 tahun hampir ke 70, maka [Y/n] masih punya setidaknya 34 sampai 44 tahun.

Waktu yang sangat panjang. Dia masih bisa berkeluarga, bahkan jika dia sampai 70, dia bisa memiliki cucu yang sudah besar.

Namun [Y/n] tidak menginginkan itu. Bukan–bukannya dia tidak ingin, dia hanya ingin beristirahat saja menyusul ayahnya.

Sudah berapa tahun dia memikul semua tanggung jawab untuk keluarganya?

Ibunya pergi melarikan diri dari rumah dengan kekasih gelapnya, meninggalkan banyak hutang berjuta-juta. Ayahnya yang ditinggalkan oleh ibunya menjadi gila karena tidak menyangka selama ini dia diselingkuhi. [Y/n] juga punya adik perempuan yang masih kecil.

Sebagai satu-satunya yang masih bisa berdiri, dia harus putus sekolah dan bekerja paruh waktu di sana-sini demi memenuhi kebutuhan keluarganya dan mencari cara untuk melunasi hutang ibunya yang biadab.

Sebagai anak SMK yang bahkan belum menjalani praktik kerja lapangan, dia hanya bisa bekerja serabutan. Entah menjaga rumah orang, membuka laundry, menjaga toko dan membantu di pasar. Terkadang tetangganya akan memberikannya pekerjaan dan membayarnya.

Terimakasih atas ilmu yang dia terima saat di SMK jurusan perkantoran, setidaknya dia mengerti cara memanage uang. [Y/n] harus menyimpan uang sebanyak-banyaknya dan meminimalkan mengeluarkan sebisanya.

Dia harus membayar hutang ibunya, membayar tagihan listrik air dan internet, membayar biaya sekolah adiknya, dan membayar biaya pengobatan ayahnya.

Selama 10 tahun dia bekerja tak kenal waktu dan istirahat. Bahkan istirahat selama sehari saja dia tidak bisa karena banyak tanggungan yang memiliki deadline dalam jangka waktu dekat, sehingga [Y/n] tidak bisa bersantai sama sekali.

Dan pada akhirnya, disaat dia baru berumur 23 tahun, saat dirinya sudah mendapatkan pekerjaan tetap mengikuti salah satu mantan gurunya saat SMP, ayahnya meninggal dunia.

Tanggungannya berkurang, dan sekarang [Y/n] bisa fokus kepada adik perempuannya. [Y/n] bersumpah kepada dirinya untuk menyekolahkan adiknya setinggi-tingginya, agar adiknya bisa mendapatkan pendidikan yang layak, tidak menjadi seperti dirinya.

Bahkan setelah adiknya menyelesaikan S1, [Y/n] harus memikirkan adiknya sampai adiknya menikah. Tiga tahun kemudian, tepat ditanggal yang sama dengan hari ulang [Y/n], adiknya menyelenggarakan pernikahan.

Akhirnya, adiknya yang cantik dan manis itu menikah dengan orang yang sangat dia cintai. [Y/n] sangat bersyukur adiknya mendapatkan pria yang mencintainya apa adanya dan dari keluarga yang harmonis dan berada, sehingga [Y/n] bisa melepaskan adiknya dengan tenang.

Setelah semua beban menghilang dari pundaknya, [Y/n] mulai merencanakan untuk dirinya sendiri. Dia masih bimbang apakah dia harus menikah atau mencoba fokus ke karirnya?

Sejujurnya dirinya sedikit trauma dengan hubungan pernikahan. Dia tidak bisa membayangkan dia akan menikah dan menghabiskan sisa hidupnya dengan seseorang. Ayah dan ibunya adalah pasangan yang harmonis, namun siapa yang akan menyangka semua hal bisa terjadi saat anniversary pernikahan mereka yang ke-18?

Hidup memang penuh kejutan, dan cinta itu hal yang mengerikan. Bagaimana cinta bisa membuat seseorang terbang sampai ke langit, dan menjatuhkannya sampai ke titik terdalam bumi di detik berikutnya.

Don't Give Up..? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang