3

52 7 0
                                    

Happy Reading!

-----------------------------------------------------------

Helaan nafas terdengar dari seorang laki-laki yang sedang duduk di meja belajarnya. Dikelilingi oleh banyak buku-buku dan tumpukkan kertas yang berisi banyak ketikan.

Namanya, Wiyata Rajendra.

Ketua Osis SMA Garuda Harapan yang sebentar lagi harus lengser, karena kelas 12 akan fokus pada ujian akhir.

Akhir menjadi Ketua Osis, Wiyata dihadapkan dengan projek Ulang Tahun sekolah yang mengadakan cukup banyak kegiatan.

Osis sudah mengadakan rapat, dan setuju untuk membuat Bazar sebagai kegiatan utama untuk projek kali ini. Tidak lupa ditambahkan dengan beberapa lomba-lomba untuk semakin memeriahkan.

Namun, menyusun acara seperti ini bukan lah hal mudah. Setelah menyusun kegiatan MPLS untuk adik kelas, kali ini dia harus menyusun kegiatan baru yang lebih padat.

Wiyata bukanlah orang yang banyak mengeluh, hanya banyak menghela nafas saja. Dia sudah meminta bantuan para Anggota lain agar susunan acara bisa segera di serahkan pada Guru kesiswaan, dan mereka bisa fokus untuk menyiapkan yang lainnya. Sebenarnya sudah ada yang Wiyata fokuskan pada bidang Perlengkapan, namun jika dikerjakan secara bersama, bukankah akan selesai lebih cepat?

Wiyata lalu pergi menuju tempat tidurnya, merebahkan raganya yang terasa begitu lelah. Memeriksa jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul 13.30 siang, artinya latihan untuk pementasan akan dilakukan 1 setengah jam lagi.

Lagi-lagi Wiyata menghela nafas.

Pementasan Tari dilakukan tepat 1 hari setelah kegiatan Ulang Tahun sekolah selesai, yaitu Senin depan.

Kegiatan sekolah akan dilaksanakan selama 5 hari, dimulai dari hari rabu.

Pementasan sudah dekat, sudah dapat dipastikan latihan akan semakin keras.

Ah.. Wiyata sudah bisa membayangkan berapa banyak Koyo yang harus disiapkan oleh Mamanya nanti.

tok

tok

tok

"Masuk aja" Ucap Wiyata.

Terlihat seorang wanita paruh baya, yang datang sambil membawa nampan berisi makanan dan juga obat.

"Kenapa engga panggil Wiya aja, Ma? Nanti Wiya bisa ambil sendiri kebawah" Kata Wiyata sambil menuntun Mamanya untuk duduk di sebelahnya.

"Mama udah panggil kamu, tapi kamu engga jawab. Jadinya Mama bawain aja kesini" Ucap Sekar, Mama Wiyata.

"Hari ini latihan?" Tanya Sekar, lalu diangguki oleh putra sulungnya itu.

"Makan dulu, ya? Masih ada waktu buat kamu tidur dulu. Nanti Mama bangunin" Ucap Sekar sembari mengelus rambut Wiyata.

"Kalau Wiya tidur, nanti pas bangun takutnya malah lemes, Ma.. Wiya makan aja, ya?"

Sekar menghela nafas, "Yasudah, Minum vitaminnya juga"

"Siap! Mama suapin Wiya, ya?" Sekar tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban.

Hanya Mama yang bisa menghilangkan sebagian perasaan lelahnya.

💃🕺

"WAH NGAJAK BERANTEM LO, ANJING! SINI LO!"

"Sabar Ra! Lo di liatin, anjir!" Tegur Fika sambil menahan tubuh Indira yang ingin menghampiri temannya.

Pagi ini, disaat semua kelas sedang bersiap untuk menghias Stand, Indira malah terlibat cekcok dengan salah satu temannya, Ratna.

Berawal dari Ratna yang menyalahkan anggota kelas karena tidak memikirkan konsep untuk Stand, padahal dirinya baru saja datang pukul 11 siang.

Percakapan itu cukup membuat Indira tersulut emosi, dan berakhir adu mulut dengan Ratna.

"Mau pakai hiasan kayak gini, ga?" Tanya ratna sambil menunjukkan hiasan tersebut pada Indira dan teman-temannya.

"Engga mahal? Emang dana cukup?" Tanya Indira. Bukan apa-apa, keadaan dana di kelas mereka bisa dibilang cukup sedikit. Belum lagi mereka harus membeli perlengkapan stand, persiapan lomba dan masih banyak lagi.

"Aduh! Santai aja bisa ga, sih? Temen-temen gue banyak yang punya usaha Hiasan kayak gini!" Balas Ratna dengan nada yang tidak santai, dan berakhir menyulut emosi Indira.

"Gue ga peduli lo punya temen sebanyak apa! Gue pikirin dana nya itu ada atau engga? Kalau ada, ya terserah lo mau hias kayak gimana" Ucap Indira.

"Lagian kalian dateng kesini malah duduk-duduk aja! Kalian ngapain sih dari tadi?! Kenapa ga berusaha buat mikirin sesuatu?! Semua harus nungguin gue aja!" Kata Ratna dengan kesal.

Anggota kelas yang mendengarnya hanya diam, sudah biasa dengan tingkah salah satu teman mereka ini.

Namun tidak dengan Indira.

"Lo mikir, anjing! Lo nyalahin orang-orang yang udah dateng kesini, sedangkan yang ngga dateng gimana?! Sakit jiwa!" Amuk Indira.

"Gue engga nyalahin! Gu--

"ENGGA NYALAHIN APA NAMANYA?! Pikir pake otak lo! Kalau lo pikir gampang, harusnya lo arahin kita dari tadi! Bukan malah dateng siang, terus marah-marah gajelas!" Indira kembali meluapkan emosinya.

Teman-teman yang lain tersenyum senang saat melihat Ratna terdiam.

Indira lantas menyambar tas dan juga kunci motornya.

"Tinggalin aja dia, ngerasa paling bisa, kan? Kerjain dah. Gue mau bikin bahan makanan buat besok"

Lalu Indira bersama Fika, Putri dan juga Kiara pergi meninggalkan Stand.

"KEREN LO, RA! Gue udah kesel banget sama si Ratna!" Kata Putri setelah mereka keluar dari area stand.

"Gausah dibahas lagi. Cepetan beli bahan, gue nanti ada latihan lagi" Ucap Indira yang akhirnya menutup obrolan mereka.

































Jangan lupa kirimkan vote dan komen ya teman teman reader😻

Btw itu kejadian beneran pas aku lagi ada acara Pekan Kreativitas Siswa gitu. Percakapannya juga sama kayak kejadian aslinya mwehehe

Hujan Favorit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang