Anak kecil itu mengintip di balik jendela kecil di kamarnya. Dilihatnya seorang wanita berambut pirang tersungkur di dekat meja makan. Tidak jelas mengapa. Hanya perdebatan yang biasa didengarnya tapi ia tak tau maksudnya apa.
Dia sudah berusaha untuk membuka pintu kamarnya itu. Tapi ia tidak bisa. Bukan karena tangan kecilnya tidak cukup panjang. Hanya saja mungkin memang dikunci dari luar.
'Kas!'
Kaila memukul lengan laki-laki yang ada di sampingnya. Mereka kini sedang berjalan di koridor sekolah menuju kelas. Sampai saat ini, sedari tadi, di perjalanan dari rumah hingga sekolah, Lukas sama sekali tidak mengucapkan apapun. Seharusnya Kaila sudah terbiasa dengan hal ini. Namun, saat ia tahu bahwa sosok di sampingnya itu berjalan dengan pandangan kosong, ia lalu mendahului langkahnya lalu berdiri tepat di depannya.
'Heh, kulkas, stop!'
Lukas tersadar dari lamunannya saat telapak tangan seseorang muncul tiba-tiba di depan wajahnya.
"Apa?", Jawabnya singkat. Sedikit meninggikan nada bicaranya. Mungkin karena kaget.
"Apa, apa! Aku bicara dari tadi tahu!" Kini kesabaran Kaila menjadi tipis setipis dompetnya.
"Ya maaf, makasih tumpangannya, Key.,"
Dia berlalu begitu saja. Sambil masuk ke ruang kelas yang di pintunya tertulis 'Sembada' yang artinya 'Sembilan B si paling Beda'.
Kaila sudah pasti tahu itu. Dia tahu segalanya. Dia bahkan tahu siapa saja yang absen di setiap kelas, baik dari kelas 7, 8, maupun sembilan.
Dia kemudian melanjutkan langkahnya. Duduk di bangku nomor dua dari depan. Bukan karena rajin, ia rabun. Kacamata yang dibelinya 1 tahun yang lalu itu sudah tidak berguna lagi.
Kaila menengok sekeliling. Hanya ada Rita dan geng rajinnya, juga Romi, kucing penunggu kelas.
"Na, boleh pinjam penggaris?" Nana ialah salah satu geng rajinnya Rita, yang tempat duduknya dekat dengan Kaila.
"Aku lupa belum gambar garis tepi tugas bu Sinta."
Entah kenapa garis tepi mengingatkan Kaira pada perkataan seseorang
"Mereka udah gambar garis tepi di kanan dan kiri sejak awal, Key. Pakai bolpen lagi. Jaraknya cukup jauh, dan ngga bisa kuhapus."
Kaila memang masih kecil saat itu, tapi dia tahu betul apa maksud ungkapan tadi.
Lukas, teman kecilnya yang biasa dipanggilnya dengan sebutan "Si Dingin", adalah seorang yang ditinggal pergi kedua orang tuanya. Mereka bukan tiada, mereka hanya menghilang dengan sengaja.
Lain kali, jangan mengharap orang lain untuk tinggal di saat kamu sendiri ngga punya rumah ya, Key.
-tbc-