DR Lucas

15 0 1
                                    

Kala itu pukul empat lewat sepuluh, aku seperti biasa menunggu datangnya mobil seorang dokter yang dimana aku bekerja saat itu, dia menggunakan mobil senia berwarna abu terang, tempat kerja dimana separuh waktunya aku bisa habiskan dengan membaca buku, dari mulai bacaan pak pram hingga fiersa besari, bedanya kala itu dokter tak kunjung juga sampai, aku menunggu lama hingga tiba-tiba terlihat seorang wanita memarkirkan motornya persis disamping kiri garasi mobil, wajahnya nampak lesu, dia standarkan motornya lalu mengecek tangki bahan bakar dan mencoba menghidupkan motor tersebut. Tak berselang lama datanglah dokter dengan kode klakson 2 kali pertanda dia sudah sampai, aku sigap datang membawakan koper yang terisi peralatan untuk sang dokter memperlancar pekerjaannya, setelah semua telah siap aku mulai memanggil pasien satu persatu dan mengecek data untuk pendaftara, tidak berselang lama karena waktu itu kebetulan sedang tidak banyak pasien, aku mencari udara segar diluar, suntuk.

Diluar aku melihat wanita tadi masih asik dengan motornya dia lirik kanan kiri memutar-mutar roda, mencoba engkol motornya beberapa kali namun tiada hasil, motor itu enggal untuk menyala, siwantia tiba-tiba menghampir dengan senyum simpul yang begitu manis, ada bintik2 keringan di dahi juga bibir atasnya, menandakan dia sudah berusaha membuju simotor agar bisa menyala, kurang lebih begini, "mas apa mas punya kunci untuk membuka busi?" Tanyanya dengan senyum yang tak kunjung dia lepaskan dan kehangatan yang menusuk dari suaranya, kebetulan saat itu aku juga memakai motor yang usianya sama dengan ayahku yang otomatis pasti selalu membawa kunci busi, kurang lebih begini "ohh kebetulan saya bawa, kenapa motornya mogok ya mba", kataku seraya mengambil kunci busi milikku, "iya mas biasa motor tua inginnya diperhatikan terus" balasnya.

Aku menghampiri motor wanita itu bersama kunci busi yang kubawa, dengan sigap wanita itu membuka busi membersihkannya kadang sesekali meniup-niup busi tersebut, sambil memperbaiki aku melihat matanya yang coklat, rambutnya diikat sedemikian rupa agar tidak menghalangi kegiatan perbaikan tersebut, celana jeans hitam yang tidak ngetat namun sangat cocok dia pakai, kaos oblong bertuliskan "NIRVANA" dipadukan dengan jaket levis biru yang sudah belel disana sini. Unik hatiku berkata.

Setelah selesai membersihan busi tersebut dia lekas pasang dan mencoba engkol beberapa kali motornya, sudah mulai ada tanda kehidupan namun sang motor tak kunjung mau menyala, seakan mengisyaratkan kenalan dulu saja.

PENGHAYAL HANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang