-1-

45 4 0
                                    

Di kamar, Soren dan Juli tengah berdebat masalah mereka masing-masing. Adu nasib ceritanya

"Yaudah lahh, tinggal testpack doang"

"Matamu testpack doang, kalo garis dua gimana goblok. Bisa kena marah mak bapak gue"

"Ga mungkin lahh, masa iya tuh cowo ga mikir dulu mau nanem benih di perut lo. Pake pengaman pasti dah"

"Semoga aja gitu"

"Lo ga kerja? Udah jam berapa juga"

"Gue dipecat" sahut Juli lesu.

"Lo abis ngapain Jul?Baru juga dua Minggu lo kerja udah dipecat aja" Soren menahan tawanya.

"Diem lo, udah bantuin gue cari kerjaan"

"Hmm y"

Juli sibuk mengotak-atik laptop milik Soren.
Yahh Juli bergantung sekali pada Soren. Karena dia bukan anak dari kalangan atas, untuk membeli laptop saja ia harus bekerja sendiri. SMA dia sekolah sambil bekerja paruh waktu, harapannya uang yang ia kumpulkan akan ditukar dengan sebuah laptop.

Sayangnya, hampir tercapai taget, orang tuanya mengatakan bahwa keluarga mereka sedang dililit hutang.Mau tak mau Juli menyerahkan hasil jerih payahnya untuk melunasi hutang keluarga.

Sampai akhirnya ia lulus sekolah dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Orang tuanya kini yang membiayai kuliahnya. Namun, Juli ingin meringankan beban mereka dan memilih bekerja paruh waktu ditengah kesibukannya berkuliah.

"Jul bukannya tadi lo bilang kalo dapet surat juga dari tuh cowo?"

"Ahh... ga penting palingan juga surat 'selamat pagi cantik, makasih ya buat semalem' udah ketebak"

"Liat aja dulu, lo belum liat udah nebak-nebak aja"

Juli merogoh sakunya mengambil sebuah amplop.

"Baca sendiri nohh" melemparkan amplop kepada Soren.

"Yee babi lo" cibir Soren sambil membuka amplop.
"Pake amplop segala lagi, niat sihh"
"Ini kartu nama kan Jul, coba lo liat dh" Soren menyodorkan kartu itu ke Juli.

"Zyx group?"

"Lahh emang iya? Coba liat
Ini perusahaan yang kemarin katanya mau partner an sama perusahaan bapak gue"

"Wahhh lumayan dong, kira-kira cowonya ganteng gak yaa"

"Tadi aja lo marah-marah sekarang malah kya gini. Ga jelas lo mata duitan"

"Sok asik"

"Mending lo ngelamar kerja di situ dh, siapa tau ntar ke terima yakan"

"Otw deck"

Tak....
Soren menjitak kepala temannya.
"Dak dek dak dek....masi untung gue mau temenan sama lo"

"Bacot lo"

Juli membuat CV untuk melamar pekerjaan di perusahaan Zyx yang kebetulan pada saat itu tengah membuka lowongan pekerjaan.

---•••---

"Permisi presdir"

"Silahkan"

"Ini beberapa data yang mendaftar pekerjaan untuk masuk ke perusahaan, presdir"

"Letakkan di meja, dan pergilah"

"Baik, permisi presdir"

Setelah asisten nya keluar, Alvezz mulai membuka satu persatu lembaran data tersebut. Tak ada yang menarik.

Selang beberapa menit pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan.

"Annyeong hyung"

"Apa?" sahut Alvezz ketus.

"Busett singkat banget jawabnya" ucapnya berbisik.

"Aku mendengarnya, ada apa?"

"Ya emang gue ke sini harus ada alasan gitu?gue pengen liat lo aja"

"Gak jelas"

"Dihhh ga jelas ga jelas gini gue adek lo bang, tega lo bang" dramatis.

"Alay"

"Lagi liatin apa sih bang, serius amat"

"Kepo"

"Gue liat juga dong bentar"

Alvezz menyodorkan dokumen kepada adiknya.

Varo melihat salah satu CV wanita yang ia kenali.
"Bang, ini data yang ngelamar kerja?"

"Hmm"

"Emm...bang"

Alvezz menaikkan satu alisnya.

"Ini cewe masukin aja dh bang" usul Varo menunjukkan salah satu CV.

"Gak"

"Ayolah bang, ntar gue sering-sering ke sini dh buat jengukin lo. Yahh mau yahh" mohon Varo.

"Terserah"

"Nahh gitu dong bang, sama adek sendiri harus baik" rayu Varo sambil merapatkan tubuhnya dengan Alvezz.

"Jauh-jauh badanmu bau keringat campur aspal"

"Biasalah abis latihan, tau sendiri gue pembalap populer"

"Narsis"

Berbeda halnya dengan Alvezz yang tertarik dalam dunia bisnis, Varo justru memilih karir sebagai seorang pembalap. Tak sedikit sirkuit yang telah ia taklukkan dan tak sedikit pula medali-medali yang ia dapatkan.

Alvezz mewarisi perusahaan dari ayahnya. Ayahnya sudah malas mengurus semua berkas-berkas, jadi ia serahkan kepada anak sulungnya-Alvezz, agar melanjutkannya.

"Siapa?" tanya Alvezz.

"Apanya yang siapa?"

Alvezz menunjukkan dengan matanya ke sebuah CV di meja.

Varo mengikuti arah pandang abangnya.
"Ohh, nggak bukan siapa-siapa cuma kenal aja" bohong Varo.

"Oh ..."

"Yaudh phi, gue pulang dulu dh mau mandi"

"Hm"

Alvezz melanjutkan melihat dengan teliti data-data calon pegawainya dan menyisihkan data yang masuk ke dalam kriterianya termasuk permintaan sang adik.

Setelah diteliti, ia menyerahkan data pilihannya kepada asistennya, asisten Han.

Setelah diteliti, ia menyerahkan data pilihannya kepada asistennya, asisten Han

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ASISTEN HAN



































Terima kasih votenya

ALVEZZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang