Satu

3 1 0
                                    

Scheherazade Anisa Fortunity, umur 20 tahun, lulusan SMA jurusan IPS. Namanya memang ribet, beda dengan motto hidupnya yaitu, "jalanin aja dulu." Impiannya jadi wanita karir dan jadi istri bang Faris alias tetangganya

Panggilannya Shera atau Aber. Shera adalah panggilan formalnya, sementara Aber adalah nama singkatan yang artinya, "Anak Beruntung," walau hidupnya keseringan ditimpa sial.

Seperti saat ini, saat sedang nyenyak terlelap, ada saja gangguan dari manusia menyebalkan. Guncangan pada tubuhnya semakin kuat, tapi matanya sangat lengket untuk terbuka.

"Mbaaa, bangun, anterin Rai sekolah cepetan," ujar seorang laki-laki bernama Rai dengan memakai seragam sekolah lengkap.

Tapi dari tadi Shera belum bergerak sama sekali walau tubuhnya sudah diguncang sekuat tenaga. Entah dia pingsan atau simulasi meninggal.

"Mba, buruan udah setengah tujuh, nanti Rai telat sekolah," ujar Rai sambil merengek.

"Apasih Rai, berangkat sendiri aja, Mba masih ngantuk banget nih, sana hus hus" usir Shera pada Rai sembari merapatkan selimutnya dan melanjutkan mimpinya.

Rai bangkit dari kasur dengan wajah masam. Ia kemudian memikirkan cara agar sang Kakak mau mengantarkannya kesekolah. Walau sekarang Rai sudah menginjak kelas 2 SMP, tapi dia masih takut untuk naik angkutan umum. Alasannya cuma trauma dipalak preman angkot.

Hingga akhirnya Rai tersenyum misterius mengingat ia telah mendapatkan cara ampuh untuk membangunkan sang Kakak. Ia kemudian mendekatkan mulutnya ke arah telinga sang Kakak.

"Mba, ada bang Faris tuh di depan nyariin Mba." Bisik Rai.

Mujarab. Bisikan Rai seolah sebuah mantra. Kelopak mata Shera terbuka sepenuhnya sambil menatap kearah Rai.

"Ada bang Faris, Rai?" Tanya Shera dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Itu didepan udah nungguin. Mandi dulu sana, masa mau ketemu gebetan masih bau iler begini."

Tanpa babibu, Shera mengambil anduk yang tercantol di gantungan pakaian dan berlari menuju kamar mandi.
Sedangkan Rai yang melihat hal tersebut tertawa cekikikan melihat sang Kakak telah berhasil ia tipu. Ia kemudian bangkit dari kasur sang Kakak dan bersiap memakai sepatu.

Bang Faris adalah tetangga mereka berdua. Anak pertama dari dua bersaudara. Kesibukannya saat ini sedang kuliah semester 5 sambil bekerja. Identik dengan motor vespa matic putih yang sudah di modifikasi. Orangnya tampan sekali namun agak cuek. Suaranya suka buat Shera meleleh karna menurut Dia, suara bang Faris itu, "Lakik banget."

10 menit kemudian, tidak pakai lama, tidak pakai drama, Shera telah keluar dari kamar dengan rambut basah dan pakaian yang lebih rapih dari sebelumnya. Kemudian datang mendekati Rai dengan wajah sumringah.

"Mana bang Faris nya, Rai?" Tanya Shera. Bukannya menjawab, Rai malah menyodorkan sebuah kunci motor ke depan wajahnya.

"Mba kelamaan sih, bang Faris udah pulang barusan."

Mendengar itu, wajah Shera langsung berubah menjadi masam, "Yaahh kok gitu sih, padahal Mba mandinya udah cepet banget."

"Daripada sepet gitu mukanya, mending anterin Rai kesekolah, nanti pasti ketemu bang Faris disana, kan bang Faris juga lagi nganterin Fara tadi."

Mendengar itu, wajah Shera kembali bersinar kembali. Tatapannya berbinar-binar, "Kamu serius, Rai?"

"Serius, makanya buruan anterin Rai, biar ketemu bang Faris disana."

"Yaudah ayuk Rai kita cepetan berangkatnya."

Shera terburu-buru. Meraih kunci motor di atas meja tv dan langsung berlari menuju pintu luar. Motornya Ia nyalakan dan di gas tipis-tipis. Sementara Rai sudah siap diatas motor Shera.

Mereka akhirnya melesat menuju sekolah Rai yang lokasinya sekitar 5 KM dari rumah. Shera agak sedikit ngebut agar dapat bertemu dengan bang Faris.

Perlahan tapi pasti, mereka telah sampai di depan sekolah Rai. Rai pun turun dari motor dan salim dengan Shera lalu bergegas masuk ke sekolah. Mata Shera melalang buana, mencari bang Faris yang tak kunjung terlihat di netranya. Ia menghembuskan nafas, gagal bertemu bang Faris dipagi hari pikirnya.

Motor yang dikendarai Shera perlahan bergerak. Shera memilih untuk pulang saja.

🦕🦕🦕

Sesampainya dirumah, Shera duduk di sebuah sofa ruang tamu. Wajahnya ditekuk dan masam seperti tak memiliki semangat hidup. Gagal bertemu sang pangeran tampan yang padahal bisa jadi jackpot dipagi hari.

Sedang ia melamun, Ade--sang ibu datang bersama si bungsu dengan beberapa kantong plastik berisi sayuran di tangan kanan sang ibu. Ia menduga bahwa sang Ibu tengah dari warung sayur.

"Kamu ngapain bengong gitu, Sher, kaya orang gak punya kerjaan."

"Shera gagal dapet jackpot hari ini"

"Jackpot apaan, Sher?"

Sambil menghela nafas panjang dan bibir mengerucut, Shera menjawab, "Harusnya hari ini Shera ketemu bang Faris. Tadi Rai bilang, bang Faris nyariin Shera, tapi Shera malah tidur terus pas mandi juga kayaknya kelamaan, jadi gagal ketemu bang Faris."

Ade yang mendengar itu tersenyum, "Kayaknya kamu dikerjain Rai, Sher. Faris kemarin sore kan pergi ke Malang."

"Apa?! Ke Malang??" Shera syok ringan.

"Iya, kemarin ibunya Faris kerumah, nitip kunci rumah sama ibu. Mau pergi ke Malang lima hari, katanya,"

"Oh iya, terus si Faris juga bilang ke Ibu, katanya dia nitip Musang nya ke kamu. Kasih makannya sehari tiga kali. Kalo mau tanya apa-apa katanya chat aja."

Setelah berkata seperti itu, Ade masuk ke dalam bersama si bungsu, meninggalkan Shera yang masih dalam keadaan mematung. Menerima fakta pahit tentang sang pujaan hati. Bukannya dapet bang Faris, malah dapet si Musang.

Lalu ia teringat, bagaimana Rai telah berhasil memperdaya dirinya. Dengan hidung yang kembang kempis dan wajah memerah, ia mencoba menahan amarah yang meletup-letup.

Tapi tidak bisa.

"RAAAAAAAAAAAIIIIIII"


--------------------------

Haii semuaaaaa!!

Setelah sekian lama nimbun di draft akhirnya aku mencoba buat publish. Mohon maaf yaa bila masih ada kekurangan dan juga kesalahan dalan penulisan. Jangan lupa vote dan comment yaa for the next chapter.

See yaaa!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Scheherazade FortunityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang