END

14.3K 752 147
                                    

Ady berlari padaku, sambil membawa pisau kecil yang selalu ia bawa di saku nya.

Aku menghapus air mata ku, Ady memberikan pisau itu pada ku.

"Ini bakalan ngurangin rasa sakit, coba sayat di sini," Ady menunjuk ke arah nadi ku.

Aku tak ingin mama marah, dengan cepat aku menyayat pergelangan tangan ku, darah mulai merembus keluar, aku tersenyum saat melihat air di bak mandi tercampur dengan darah ku, aku terus melihat nya, namun tiba-tiba saja tubuh ku lemas, pergelangan tangan ku terasa sakit saat ini.

Aku melihat Ady, terus menyayat pergelengan tangan ku, setelah yang kiri terluka parah, Ady melukai pergelangan ku yang kanan, rasanya sakit.

Namun tenang.

___________

Glen menatap tubuh Juan di atas brankar, tangan nya masih bergetar saat ia membawa raga sudah tanpa nyawa itu.

Ialah penyebab nya, ia penyebab Juan mengakhiri penderitaan nya.

Glen terduduk tak kuasa menahan tangis nya, untuk beberapa hari yang lalu ia takut kehilangan Dave, namun ternyata yang nyata meninggalkan nya adalah Juan.

Glen meremas celana nya, kaki nya bergetar karena dirinya yang menangis, Glen tak tahu harus bagaimana, tunangan nya sudah tiada.

"Maaf kan saya, pasien sudah tak bernyawa saat Anda membawa nya ke sini."

Ucapan dokter masih terdengar jelas di telinga nya.

"Glen.."

Ia mendongak mendengar suara itu, mama nya datang setelah ia memberi tahu keadaan Juan.

"Ma.." Glen langsung memeluk Syera, ia tak kuasa.

Sedangkan Syera menangis melihat tubuh Juan yang terbujur kaku, anak kesayangan nya, Syera melepas pelukan Glen.

Ia menghampiri raga tak bernyawa itu.

"Juan...hey, ini mama.." suara Syera terdengar serak menahan tangis nya, ia mengusap wajah Juan yang sudah dingin.

"Maafin mama, mama gak angkat telepon kamu, whatsap mama eror, jadi ayo bangun,"

Syera menutup mulut nya, ia tak percaya Juan tiada, anak itu kemarin masih tersenyum senang padanya, mencaritakan perkembangan hubungan nya dengan Glen, namun apa ini?

"Juan abis ke danau sama Glen ma, lihat foto kita pas lagi senja,"

Syera menelan saliva nya susah payah, ia masih ingat senyuman manis itu.

Bagaimana bisa Juan mengakhiri hidup nya, kematian yang sangat mengenaskan.

Syera beralih menatap Glen yang menangis, ia menarik kerah kemeja anak nya.

"Apa yang kamu lakuin sampe Juan se nekat ini?!"

kilatan ke marahan sangat jelas di wajah Syera, tangan bergetar menahan gejolak di hati nya.

Juan nya, anak manis kesayangan nya telah tiada.

"Katakan brengsek!" sentak Syera, namun Glen tak menjawab ia hanya menggumam kan kata maaf, Gino yang melihat keduanya hanya bisa diam, ia juga sama tak percaya pada Juan, yang mengakhiri hidup nya.

Syera melepas cengkraman nya, ia terduduk lemas se marah apapun ia pada Glen tak akan merubah segala nya, Juan tak akan kembali.

Syera memukul-mukul dada nya, ini sakit.

Bagaimana bisa ia telat mengangkat telepon dari Juan, anak itu pasti merasa ia sendiri.

Syera merogoh ponsel nya, ia melempar ponsel itu sampai hancur di lantai.

Hancur nya ponsel itu, tak sehancur hati nya saat melihat wajah pucat Juan, dan tubuh tak bergeming karena sudah tak bernyawa.

"Ma..." Glen memeluk Syera, "maafin Glen,"

"Kata maaf tak mengembalikan nyawa seseorang,"

"Sudah puas belum kamu hancurin hidup orang sampe dia nyerah?" Syera menatap Glen datar, "dia menyusul ibu kandung nya, lihat wajah yang selalu kamu maki itu, mata nya tak akan pernah terbuka lagi,"

Glen menunduk, ia menatap wajah Juan yang menutup matanya, mata yang tempo hari menatap nya terluka, penuh kecewa kini tak akan Glen lihat lagi.

"Kurang puas kah kamu Glen?"

"Dia pergi, membawa segala harapan nya yang telah hancur tanpa sisa," ucap Syera di sela isak tangis nya.

"Dia pergi tanpa pamit,"

Gino menghampiri istri nya, ia ikut sakit hati anak yang sudah di anggap anak oleh istri nya berakhir mengenaskan.

Gino memeluk Syera menenangkan wanita itu, yang terus meraung memanggil nama Juan.

Sedangkan Glen terus bergumam kata 'maaf', ia bisa apa sekarang? Orang yang ia harapkan maaf nya sudah tak mampu ia untuk bicara, tubuh itu, mata itu, semua nya, sudah mati tak bisa lagi bergerak.

Glen menghampiri raga itu, memeluk untuk terakhir kali nya.

"Maaf Ju, semoga kamu tenang di alam sana," bisik Glen di telinga Juan, persetan jika telinga itu sudah tak berfungsi.

"Gue..gue..bakalan jadi senja, tapi kenapa lo pergi?"

"Ju...hey, cincin kita samaan, kita udah tunangan, katanya lo mau nikah kan sama gue, gue mau Ju, gue mau," ucap Glen sudah seperti orang bodoh berbicara pada mayat.

Glen mengusap air mata nya kasar, ia mencium kening Juan lama menyalurkan rasa bersalah nya.

Juan tiada karena nya.

Ia melihat luka sayatan di pergelengan tangan Juan, andai ia tak terlambat datang, andai ia berpikir sebelum bicara, senyuman Juan yang Glen lihat untuk terakhir kali nya saat ia me maki Juan habis-habisan, senyuman sirna dari wajah manis Juan saat ia mencengkram pergelangan tangan nya kasar.

Glen akui penyesalan memang semenyakitkan ini, ia mundur beberapa langkah, sudah tak tahan melihat Juan si arogan harus segera di semayangkan.

__________

Suasana duka sangat kentara saat ini, foto tersenyum Juan menjadi hal yang menyakitkan saat di pajang di rumah duka.

Alister sang papa bahkan sampai akhir hayat sang anak pun sulit hubungi, pria tua itu belum tahu jika anak nya sudah tiada.

Pesan terakhir Alister di ponsel Juan, adalah sang anak harus bisa masuk univ pilihan nya tanpa uang.

Media sekolah, dan grup alumni di gemparkan oleh kepergian Juan.

Bahkan ada artikel muncul dengan judul 'alumni SMK Perbankan di temukan tewas, mengakhiri hidup nya sendiri', miris.

Banyak karangan bunga memenuhi rumah duka, kiriman bunga menjadi saksi jika orang-orang menyayangi Juan di saat anak itu sudah tiada.

Bass mengepalkan tangan nya, Juan teman yang pernah ia permainkan perasaan nya, kini sudah tenang.

Juan sudah bahagia dengan keputusan nya, Bass hanya bisa menyesali setiap perbuatan se enak nya pada Juan.

Juan Adyatama Alister sudah berpulang membawa rasa sakit nya, membuat semua orang menyesal dengan segala perbuatan mereka padanya.

Keluarga, teman, asmara, semua nya Juan tak beruntung, hidup nya terlalu menyakitkan untuk di jalani.

Juan perlu ketenangan, namun akan kah kematian bisa membuat tenang?

Setidak nya Juan sudah tak menderita mendengar makian, dan juga tuduhan buruk padanya.

Terima kasih sudah membuat semua orang menyesal, dan juga tak bisa melupakan mu, Juan.

_________

Akhirnya END woy
09 april 2023.

Bye-bye sampai jumpa Juan! Terima kasih sudah menjadi sosok kuat selama ini.

IT'S  ME! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang