Kinara dan Rama

2 0 0
                                    

Juni 2007 lalu, masih tersimpan jelas kenangan dalam memori Kinara saat pertama kali Rama memberinya sebuah papper bag sepulang bertugas.

"Apa ini, Mas?" tanya Kinara pada Rama yang sedang mencopot tali sepatunya.

"Buka saja."
Rama melirik Kinara sekilas lalu melanjutkan membuka sepatunya.

Kinara yang sudah penasaran sejak awal, tanpa basa-basi dia membuka papper bag itu di depan Rama.

Sebuah rok dan atasan berwarna hijau, sepatu heels lengkap dengan tas berwarna hitam.

Kinara menatap Rama, begitupun sebaliknya. Mereka saling tersenyum.

"Seragam Persit?" Tanya Kinara.

"Ya, aku membelinya untukmu. Semuanya sudah lengkap, tak ada yang tertinggal." Kata Rama dengan semangat.

"Terimakasih banyak, Mas Rama. Aku suka sekali. Ini seragam yang selama ini aku impikan. Warna hijaunya begitu cantik."
Kinara kegirangan hingga memeluk suaminya dengan spontan.

"Lusa, kamu pakai ya seragamnya saat acara rapat. Jangan lupa dandan yang cantik."
Rama tertawa sambil mencolek hidung mancung Kinara.

Rasanya Kinara tak sabar menunggu. Sampai-sampai hari itu Kinara terus saja membayangkan saat dirinya berjalan mengenakan seragam Persit.

Tibalah saatnya hari di mana rapat perdana Kinara. Pagi-pagi sekali Kinara sudah bangun meskipun matanya masih sayu dan mengantuk.

Namun, Kinara bergegas merapikan rumah, memasak, menyiapkan seragam loreng untuk Rama, dan setelah itu Kinara fokus menyiapkan seragamnya sendiri. Bukan hal yang mudah, keringatnya bercucuran di dahi Kinara meskipun sebetulnya cuaca pagi itu cukup dingin.

Kinara sudah rapi dengan seragam hijaunya yang baru saja disetrika. Namun, sedari tadi Kinara kesulitan dengan rambutnya. Ia ingin membuat sanggul kecil di bagian belakang agar rambutnya terlihat rapi.

Sementara Rama sudah menunggunya di meja makan untuk sarapan bersama.

"Kinara, sudah selesai belum?. Aku ingin sarapan bersama kamu." Panggil Rama dari ruang makan.

"Ya, sebentar lagi Mas. Lima menit lagi."

Kinara segera merias wajahnya, tak ingin terlihat terlalu mencolok, secukupnya saja yang penting wajahnya tak terlihat pucat.

Lima menit berlalu, Kinara keluar dari kamar dan menghampiri Rama di meja makan.

"Aku sudah selesai. Gimana? Cantik tidak?"
Kinara memutar badannya di depan Rama, meminta suaminya mengomentari penampilannya hari ini. Kirana tak ingin ada kesalahan sedikitpun.

"Kamu cantik sekali hari ini. Sempurna." Rama memberi jempol dan senyuman.

"Kalau gitu, ayo kita sarapan. Jangan sampai kita terlambat di hari pertama aku ikut rapat. Kan gak lucu, Mas."

Kinara mengambilkan nasi dan lauk-pauk untuk Rama yang telah dimasaknya lalu memakannya bersama.

Setelah itu, mereka berdua bersiap berangkat menuju tempat rapat. Rama sudah menaiki roda dua yang selalu menemaninya sejak masa lajang. Begitu gagahnya melihat Rama dengan seragam loreng.

Namun saat akan naik ke boncengan, Kinara kembali ke kamarnya.

"Eh sebentar, Mas."
Kinara berlari ke dalam rumahnya.

"Kenapa lagi?" Tanya Rama.
Namun, Kinara sepertinya tak mendengarnya.

"Untung sayang, kalau tidak sudah aku tinggal pergi duluan." Celoteh Rama.

Kinara rupanya kembali ke kamarnya. Mematung di depan cermin, memastikan lagi penampilannya dan menyemprotkan parfum di seragamnya berulang kali. Setelah puas, Kinara kembali lagi ke luar dengan buru-buru.

"Kamu ngapain lagi masuk ke dalam? Ada yang tertinggal?" Tanya Rama saat Kinara sedang mengunci pintu rumah.

"Aku cuma berkaca saja sebentar, terus pakai parfum lagi. Aku khawatir wanginya cepat hilang karena terbawa angin saat naik motor." Jelas Kinara.

"Ya ampun, kamu itu sudah cantik dan wangi. Percaya sama aku."

"Yaudah, kalau gitu ayo kita berangkat."
Kinara naik di boncengan motor Rama. Tangannya melingkar di perut Rama yang ramping.

Perjalanan tak begitu jauh, namun di sepanjang jalan Kinara membayangkan bagaimana dirinya yang dulu hanya seorang perempuan biasa bisa mengenal Rama lelaki berbaju loreng secara tak sengaja.

Kinara mengingat bagaimana perjuangannya menunggu Rama yang bertugas di luar pulau juga sulitnya saat pengajuan nikah dengan seorang tentara. Dan hari ini di bulan Juni 2007, Kinara mendapat tugas pertamanya mengikuti rapat memakai seragam kesayangannya.

Kinara sadar betul, sejak awal keputusannya memilih Rama seorang tentara sebagai pendamping hidupnya bukanlah hal yang mudah.

Banyak hal yang perlu diperjuangkan, karena Kinara bukan hanya akan menjadi seorang isteri atau ibu rumah tangga. Tetapi juga mengemban amanah sebagai seorang 'Ibu Persit', yang mana nama baik suami sebagai tentara kini ada di pundaknya.

Namun, dengan segala keyakinannya Kinara percaya bahwa ia mampu mendampingi Rama dan akan terus berjuang menjadi isteri sekaligus ibu persit yang baik.

Sesampainya di depan ruang rapat. Rama memarkirkan motornya. Terlihat beberapa tentara sudah hadir dan ibu-ibu berseragam hijau juga sudah ada yang duduk di kursi dan berbincang santai.

"Mas, aku gugup sekali. Tiba-tiba jantungku berdebar hebat."
Kinara mendekatkan tangan Rama ke dadanya.

Rama merasakan getaran hebat 'Dag Dig Dug'.
Mungkin getarannya sama seperti anak yang pertama kali masuk sekolah, lalu diperhatikan kakak kelasnya.

"Sudah, kamu tenang saja."
Rama mencoba mencairkan suasana hati Kinara yang tegang.

"Tapi......."

"Kamu lihat arah jam dua belas. Itulah tempat kamu duduk, jangan lupa tersenyum dan menyapa ibu-ibu di sana. Oke"
Rama tertawa kecil.

"Kamu kok gitu, malah tertawa lihat isterinya tegang."
Kinara memasang wajah cemberut.

"Selamat berjuang di dalam sana isteriku, ibu Persitku yang cantik."
Rama mengangkat kepalan tangannya memberikan semangat pada Kinara.

"Baiklah, Kinara. Kamu sudah melewati banyak rintangan sebelumnya yang lebih berat dari hari ini. Jadi, kamu pasti bisa. Semangat Kinara!."
Dalam hatinya, Kinara mencoba menguatkan diri agar tidak gugup dan terlihat percaya diri.

Kinara berjalan ke arah tempat duduknya. Beberapa ibu Persit melihat ke arahnya dan memberi senyuman.

"Aku tak akan pernah lupa, 7 Juni 2007 aku berjuang melawan rasa gugup juga hebatnya detak jantungku untuk tetap tersenyum selama berjalannya rapat ini."
Kinara lagi-lagi berbisik pada hatinya.

Mungkin orang lain akan melihat betapa enaknya menjadi 'Ibu Persit' dengan seragamnya yang cantik, tetapi mereka tak bisa merasakan suka duka yang dilalui Kinara hari ini dan mungkin hari-hari seterusnya. Pasti lebih berat lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perempuan Berseragam HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang