Awal Sandiwara

86 15 2
                                    

Sebelum mulai membaca. Cek Contain warning di bawah cerita.

•Happy Reading•


Damai, adalah kata yang mewakili suasana saat itu. Tempat suci tampak lebih indah oleh karangan bunga aster dan mawar putih suci. Cahaya matahari pagi menembus jendela besar. Menghantarkan hangatnya pada seseorang di seberang sana, sekaligus memberikan Rahmat serta berkat untuk hari yang sakral ini.

Dia berjalan layaknya seorang putri kepada pangerannya, namun perumpamaan itu layaknya nyata. Benar adanya bahwa sang pangeran menunggunya di depan sana. Tersenyum jua saat sang putri tersenyum manis padanya. Rasa-rasanya, waktu tak ingin segera berlalu. Rasa-rasanya, waktu ingin sekali Mark hentikan. Sebentar saja melihat belahan jiwanya tersenyum indah nan cantik dalam putih itu.
Ketika mempelai mencapai dirinya, dia bawa kedua tangan terkasihnya di hadapan Tuhan. Mengucap janji, dan menjadikan mereka menjadi sepasang suami-istri.

"Di hadapan imam dan para saksi, saya Lee Minhyung, mengambil engkau, Lee Haechan menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dalam kelimpahan maupun kekurangan, dalam sakit maupun sehat, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita. Sesuai hukum Allah yang Kudus, demikianlah janji setiaku yang tulus." Di hadapan para Jemaah, Pendeta, calon istrinya, serta di hadapan Tuhan, Ia bersungguh-sungguh, mengucap janji tulusnya.

Doa-doa dipanjatkan setelahnya. Kemudian, Mark raih kembali tangan kanan Haechan dan kemudian ia pasangkan cincin pernikahan mereka pada jari manis yang lentik itu, begitu pun sebaliknya, Haechan pun begitu.

Kedua mempelai hari ini tampak memukau. Ketika sukses sudah mereka untuk saling menggaet cincin pernikahan pada jari-jari mereka, semua tamu undangan pun seketika bersorak-sorai. Pasangan suami-istri itu pun saling memandang. Tersenyum satu sama lain.

"Cium, cium!" Sorak para tamu undangan. Termasuk sepasang kekasih di samping pria matang yang sedari tadi mencebik sebal.

Sorak para tamu undangan semakin menyeruak ke sekeliling sudut gereja. Semakin membuat pria tadi sebal bukan kepalang.

"Berlebihan sekali. Padahal hanya berciuman," cebiknya.

Kedua pasangan yang mendengar kalimat itu lantas berpaling. "Aku tahu kau sedang iri, Jeno," ucap salah satu dari mereka.

Jeno mendengus. "Huh, siapa yang iri? Sendiri lebih baik. Lagi pula, wanita maupun submisif sungguh merepotkan."

"Hey! Kau ingin ku tendang?" Renjun merasa tak terima. Pria submisif tidak menyusahkan!

Respons yang didapat Renjun hanya wajah menyebalkan Jeno. Tak lagi melawan perkataan Renjun.

Hadirnya Jeno di pernikahan Mark dan Haechan adalah terpaksa. Bukan dalam arti yang sebenarnya, namun terpaksa dalam artian bertemu orang banyak, malas bertemu teman-teman lamanya, apalagi para wanita dan pria submisif yang dulu sempat tergila-gila padanya. Ditambah pasangan kekasih- Lucas dan Renjun yang sering kali membuatnya muak.

Selama dua puluh tiga tahun hidupnya di dunia yang fana ini. Tak pernah sekalipun Jeno memiliki seseorang yang dia sukai atau bahkan seseorang yang bahkan sekadar ia kagumi.

Selama dua puluh tiga tahun itu dia habiskan untuk belajar, bermain, dan bermalas-malasan. Tak ada sekalipun peristiwa mengesankan baginya kecuali ketika dia mulai bekerja di perusahaan Ayahnya. Bahkan selama pria itu berteman dengan Mark dan Lucas sejak JHS, hanya dia yang tak pernah berpacaran. Ketika Lucas saat masa SHS berganti-ganti pasangan dan Mark yang seperti budak cinta, hanya Jeno yang gila belajar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjebak Masa ; NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang