Bagian 1

20 8 5
                                    

Bandara hari ini benar benar ramai, mungkin karena hari ini bertepatan dengan libur panjang. Seorang cewek berambut panjang itu membawa tas besar dan akan pergi keluar negeri. Beberapa kali ia menoleh ke belakang, seperti tak rela meninggalkan kampung halaman. Orang tuanya telah kembali pulang beberapa menit yang lalu, dan mungkin ia tak akan bertemu dengan mereka untuk waktu yang lama. Cewek itu segera naik pesawat karena akan segera berangkat.

Pesawat telah terbang di ketinggian 35.000 kaki, pandangannya selalu menuju keluar pesawat lewat kaca. Mungkin ini adalah keputusan yang akan mengubah hidupnya nanti, pikirnya.

"Tuhan, jika kau memang mentakdirkan kami bersama kelak, izinkan aku untuk melupakannya sejenak."

***

07.00
Kasur nyenyak masih menjadi tempat ternyaman untuk cewek itu tidur. Seperti hari minggu saja, padahal hari ini upacara. Setelah terbangun, ia langsung mengambil ponsel untuk melihat jam. Bukannya bingung atau langsung bergegas untuk bersiap ke sekolah, cewek itu malah asik bermain ponsel dan sempat sempatnya mengecek sosial media. Ya, namanya Fela Amalia, cewek Sma Aditama yang suka bolos waktu upacara. Baginya, itu sama sekali tidak penting, menjemur diri sendiri di bawah matahari merupakan hal yang sama sekali tidak ia sukai.

"Lo dimana, Fel?" tanya seorang cowok di pesan whatsapp.

"Home. Kenapa?" balasnya.

"Gak sekolah lo?" tanya cowok itu lagi.

"Ntar habis upacara,"

"Oh, kalo gitu bareng gue aja kek biasanya." ajaknya. "Tapi nanti lo bawa kertas, ya. Biar dikira habis fotocopy."

"Ya, ya, terserah. Nanti lo tungguin gue dimana?"

"Belakang sekolah kek biasanya."

"Oke."

Setelah percakapan pesan singkat itu, Fela langsung bergegas agar nanti tidak terburu buru. Ia melihat suasana rumah memang sangat sepi, orang tuanya pergi bekerja dan adiknya yang masih sd juga sudah berangkat sedari tadi. Seperti biasa, setiap hari senin Fela selalu menyetrika seragamnya secara mendadak. Hal itu juga menjadi salah satu alasan Fela terlambat dan memutuskan untuk berangkat setelah upacara.

Fela begitu santai di depan tv, ditambah lagi dengan sepiring mie instan dan susu. Padahal, lima belas menit lagi Fela harus berangkat ke sekolah untuk menemui temannya.

Setelah dikira cukup lama, akhirnya cewek itu bergegas memakai sepatu dan berangkat sekolah lewat belakang. Ia melihat seorang cowok memakai topi hitam yang bukan almamater sekolah. Ya, namanya Dikta Ramadani, teman Fela yang ia kenal sejak awal masuk Sma. Hubungan mereka begitu akrab, dikatakan dekat, namun hanya sebatas teman.

"Udah selesai upacaranya, Dik?" tanya Fela kepada cowok itu.

"Bentar lagi." jawabnya yang masih terfokus dengan ponselnya. "Habis ini langsung ke gerbang,"

"Terus gunanya kita disini lama lama ngapain?" tanya Fela bingung.

"Lo pikir jam segini satpam gak ada di pos? Kalau udah upacara baru mereka pergi ke parkiran."

"Oh."

Suara mic yang terdengar sedang digunakan pembina upacara kini tak terdengar lagi. Dikta mengajak Fela untuk ke depan gerbang sekolah dan segera masuk. Setelah di depan kantor, arah mereka tak sama. Fela anak ipa, sedangkan Dikta anak ips.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DiktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang